Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 17 Calon Kakak Ipar
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (17)
Bukankah barusan aku menelponnya? Ada apa ya?. Salma heran karena tidak biasanya Rama mengiriminya pesan. Bahkan lebih dari satu.
Sedetik kemudian, Salma malah tersenyum sendiri. Melihat isi pesan dari suaminya itu.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Pukul dua siang, Salma kedatangan guru-guru dari sekolah tempatnya mengajar. Mereka datang dengan membawa berbagai buah tangan.
" Kenapa repot-repot bawa ini segala, Bu?," ucap Salma kepada guru-guru yang menengoknya.
Tidak semuanya hadir. Karena satu dan lain hal sisanya tidak bisa datang.
" Tidak repot, Bu Salma. Ini hanya ala kadarnya saja." timpal Bu Nurul.
Panggilan formal kepada sesama rekan pengajar. Awalnya Salma merasa tidak cocok dengan panggilan "Ibu" apalagi ia mengajar saat masih lajang. Masih belum terbiasa. Namun, kini ia sudah terbiasa.
" Ummi cuma titip salam dan do'a agar Bu Salma cepat sembuh dan bisa kembali mengajar seperti sedia kala. Kondisi beliau sedang kurang enak badan." Bu Hanifah menyampaikan pesan Ummi Syahidah, pemilik Yayasan yang menaungi sekolah mereka.
" Aamiin. Ummi sakit apa?,"
" Biasa, faktor usia," jawab Bu Nurul tersenyum.
Mereka pun mengobrol kesana-kemari. Setelah hampir satu jam, akhirnya mereka pamit pulang.
" Bu Aisyah jadi pulang bareng?," tanya Bu Nurul yang membawa mobil.
" Saya pulang nanti, Bu." ucapnya karena Salma menahannya di sana.
" Ya sudah, kami pulang duluan. Assalamu'alaikum."
" Wassalamu'alaikum." jawab Salma dan Aisyah bersamaan.
" Kamu harus menjelaskan sesuatu padaku." Todong Salma. Kini keduanya berada di teras rumah.
" Soal kakakmu?,''tebak Aisyah.
" Iya, aku kaget. Tahu-tahu kalian mau lamaran aja. Gak tau kapan dekatnya."
" H@h, aku juga awalnya tidak tahu kalau dia kakakmu. Soalnya, belum saling bertukar informasi dan saling mengenal, dia langsung bilang mau ke rumah buat ngelamar." jelas Aisyah.
" Kak Zayden memang gercep." Salma terkekeh. Tidak menyangka kakaknya akan bergerak cepat.
" Jadi, bagaimana ceritanya?,"
" Pasti kamu sudah tahu. Masa iya adiknya belum di ceritain sama sekali."
" Aku mau tahu versimu."
" Ya kurang lebih sama."
" Ayolah cerita." pinta Salma sudah tidak sabar.
"Tofan , sepupuku ternyata kenal dengan Kak Zayden. Dia mengirimkan fotoku pada kak Zay tanpa sepengetahuanku. Tidak lama dari itu Kak Zay langsung menghubungiku.
Awalnya aku acuh saja. Aku kan tidak kenal. Karena di acuhkan, Kak Zay menghubungi Tofan dan meminta bantuannya. Akhirnya, Tofan menjelaskan siapa orang yang menghubungiku dan maksudnya menghubungiku.
Awalnya aku akan tetap menolak. Enak saja main di jodohkan. Memangnya aku tidak laku?,"
Salma hanya terkekeh karena ucapan Aisyah. Aisyah bukan tidak laku tapi, terlalu pemilih.
" Lalu,, lalu?," seru Salma antusias.
" Ekh, ayah dan ibu langsung nyeletuk. Katanya, mereka sudah mengizinkan kak Zay untuk melakukan pendekatan padaku. Akhirnya, mau tidak mau aku mulai menanggapi pesannya."
" Bisa sampai dapat lampu Hijau untuk lamaran itu bagaimana ceritanya?,"
Zayden memang menceritakan kalau dia akan melamar Aisyah namun tidak terlalu rinci. Sehingga Salma semakin penasaran.
" Ya, hebatnya kakakmu, dia tidak cuma mendekatiku. Tapi, dia mendekati ayah dan ibuku. Kamu sendiri tahu kalau ada yang sudah berhasil mengambil hati ayah dan ibuku apa yang akan terjadi?," Aisyah mengerucutkan bibirnya.
" Haha.. " Salma mengangguk. Aisyah pasti diminta untuk menerima kakaknya.
" Jadi, kamu terpaksa menerima kakakku?," Salma mulai sedikit sedih.
" Tidak juga sih. Aku juga kan tidak mau salah pilih. Aku mulai memantapkan hati.Meminta petunjuk. Ya, akhirnya aku terima karena memang atas kesadaranku. Bukan atas paksaan."
Salma tenang mendengarnya.
" Jadi, orang tuamu sudah tahu kalau Kak Zay itu kakakku?"
" Belum. Biar kejutan." jawabnya sambil membayangkan bagaimana reaksi kedua orang tuanya jika tahu hubungan Salma dan Zayden.
" Oh ya, bagaimana hubungan kamu dan suamimu?," Aisyah tiba-tiba penasaran.
" Baik,"
" Serius loh ini. Soalnya aku bisa lihat kamu sepertinya marahan sama suamimu saat acara ulang tahun Ical dulu. Mana ada mantannya juga."
"Memang sempat ada masalah. Tapi, sekarang Alhamdulillah sudah baik-baik saja."
" Hmm. Syukurlah. Soalnya lihat sikap ibu kandung Ical waktu itu aku yakin dia ingin kembali sama ayahnya Ical."
" Begitulah. Niat dia kan memang itu."
" Emang dia bilang sama kamu bergitu?," Aisyah terkejut sampai tidak sadar sudah meninggikan suaranya.
" Iya. Dia bilang katanya ingin memperbaiki semuanya."
" Dengan cara kembali pada suamimu?," Salma hanya mengangguk.
" Ya Allah. Benar-benar ni orang bikin gemas. Kalau kamu tahu hebohnya ibu-ibu menggosipkan ibu kandung Ical. Pasti ketawa ."
" Jadi bahan gosip ortu siswa?," Salma memastikan.
" Pandangan mereka pokoknya negatif lah. Tidak enak juga bilangnya. Takut kedengaran Ical " Salma mengangguk. Faisal memang sedang tidur siang.
" Ekh, balik lagi nih ke masalah lamaran. Kak Zay ngajak melamar kamu lusa. Benar kamu sudah tahu?"
" Kan aku yang minta. Kalau memang serius, sebelum dia kembali ke luar kota, aku maunya ya hubungan kita jelas dulu. Biar kalau ada yang melamar ke rumah, orang tua ada alasan untuk nolaknya."
" Orang itu masih berusaha?." Salma menebak-nebak.
" Iya, katanya mau datang ke rumah dan langsung melamar karena dia terus aku acuhkan,"
" Tangguh juga. Sudah jelas di tolak masih nekat."
Di balik jendela, Zayden mendengar pembicaraan kedua perempuan yang ada di teras. Awalnya tidak niat menguping. Tapi, rasa penasaran membuatnya tidak beranjak dari sana.
...******...
Malam harinya, Salma dan Rama sudah duduk di ruang tamu. Mereka akan membahas mengenai lamaran Zayden pada Aisyah.
" Begini, aku berencana untuk melamar seseorang. Aku berharap kalian mau menemaniku menemui orang tua Aisyah, besok." jelas Zayden pada Salma dan Rama. Sementara ,Faisal ikut ke rumah sang nenek.
" Besok?," Salma terkejut. " Bukannya lusa?," Ia ingat kalau kakaknya akan melamar Aisyah lusa.
" Aku merubah rencanaku. Takutnya keduluan orang lain."
Salma diam dan detik kemudian ia tertawa. "Jangan bilang kakak menguping pembicaraan kami tadi siang."
Rama hanyan menjadi pendengar setia dulu. Ia masih mencermati pembicaraan mereka .
" Niat baik kan jangan di tunda-tunda.," Elak Zayden ketimbang memilih mengakuinya.
" Ya, baguslah. Memang Aisyah sudah tahu kakak jadinya datang besok?,"
Rama mengernyitkan keningnya. Mungkinkah Aisyah yang di maksud adalah guru Faisal di sekolah?
" Sudah. Tadi aku menelponnya sekalian menelponnya orang tuanya juga."
" Aisyah teman kamu sesama guru?," tanya Rama memastikan.
" Iya. Aku juga baru tahu tadi siang. Ternyata calon kakak iparku, Aisyah."
" Besok waktunya jam berapa?," tanya Rama kemudian.
" Sesudah Maghrib."
Setelah pembicaraan mereka selesai, semua kembali ke kamar.
" Apa ada yang bisa aku bantu untuk acara besok?," tanya Rama saat keduanya sudah berbaring di tempat tidur.
" Mas tidak perlu repot. Aku sudah meminta bantuan Hasya dan Insi."
Rama mende_sah. Ia masih merasa Salma menjaga jarak.
" Kenapa memilih minta bantuan sahabatmu daripada meminta bantuan ku?. Kenapa masih segan padaku. Seolah kamu masih menjaga jarak,"
" Eh..."
Salma melihat ke arah Rama. Sepertinya ada yang salah paham.
TBC