Terpaksa menikah karena persoalan resleting yang tersangkut pada rambut seorang gadis bernama Laras ketika Polisi Intel itu sedang melaksanakan tugas mengejar pengedar narkoba. Polisi Intel itu menyembunyikan identitasnya dari sang Istri, ia mengaku sebagai seorang Ojol. Karena gagal menyelesaikan tugasnya. Aliando Putra Perdana hendak dipindah tugaskan ke Papua.
Tanpa Ali sadari, ia sengaja dikirim ke sana oleh sang Ayah demi menghindari fitnah kejam dari oknum polisi yang menyalahgunakan kekuasan. Ada mafia dalam institusi kepolisian. Ternyata, kasus narkoba berhubungan erat dengan perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum polisi di tempat Aliando bertugas.
Ingat! Bukan cerita komedi, bukan pula dark romance. Selamat menikmati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pilips, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penghianat
Kota J, pukul 12.00 siang.
Ali tiba di markas polisi. Ia segera mengambil pistol dan borgol. Atasannya sedang makan bersama anggota yang lain sedangkan ia sama sekali tidak nafsu makan. Setelah Aliando kena omelan atasan, dirinya langsung sadar untuk segera meringkus pengedar narkoboy itu. Untung saja penjelasannya diterima oleh Pak Abraham sehingga tak ada kesalahpahaman mengenai menghamili anak gadis orang.
“Kalau begitu, saya pamit, Komandan Abraham.” Tunduk Ali, sekali. Kemudian hormat.
“Yakin mau pake baju begitu?” tanya Pak Abraham. Memperhatikan dari atas hingga bawah. Sebab Ali mengenakan baju kaos bapak-bapak yang tak lain dan tak bukan adalah baju bapak mertuanya, Pak Kaget.
“Puffft,” tawa Baskara, rekan polisi Ali yang sejak dahulu sudah menjadi saingan.
“Kenapa kamu?” Maju Ali hendak meraih kerah baju seragam polisinya Baskara.
“Hehh.” Bas menahan dada bidang Ali sambil mengangguk. “Tenang calon bos besar.”
“Ali mah gitu, suka banget mukul orang,” timpal rekan lainnya yang berada pada pihak Baskara.
Namun, Pak Abraham segera memukul meja. Mie cup pun tumpah semua. Baskara yang melihat itu jadi kesal, keningnya mengkerut sempurna. Baskara memutar bola matanya. “Bela aja dia terus, Pih.”
“Ali! Segera bawa pengedar narkoboy itu ke sini!” titah Pak Abraham.
“Siap laksanakan perintah, Pak!” Ali memberikan sikap hormat pada atasan sekaligus Ayah angkatnya itu. Ali pamit undur diri dan segera naik ke atas motor supranya.
Setelah semua orang pergi dari ruangan makan siang para polisi intel. Baskara melirik kesal pada Pak Abraham. “Papi kenapa sih? Dari dulu selalu belain si Ali goblok itu.” Dengus Bass dengan wajah memerah.
“Kamu jangan gitu, Bass. Aliando itu pembawa rejeki buat Papi sama Mami kamu,” terang Pak Abraham menghela napas panjang kemudian duduk di kursi. “Dulu, karir Papi susah naik. Tapi, semenjak Ali diangkat sebagai anak, sontak jabatan Papi jadi melonjak.”
“Tapi Baskara selalu jadi yang kedua!” sentak Bass.
“Kata siapa, Bass?” tanya Pak Abraham dengan kedua mata memicing. “Kamu salah paham. Papi sengaja kasi Ali tugas yang sulit dan berbahaya selama ini agar kamu bisa selesaikan tugas yang lebih mudah. Kamu gak lihat? Saat ini posisi kamu dan Ali sama rata.”
Baskara menelan salivanya. “Tapi Papi janjiin dia buat naik pangkat kalau dia berhasil menangkap jaringan narkoboy itu, Pih.”
“Berhasil atau tidaknya Ali …, anak itu akan tetap dikirim ke Papua.”
Baskara sontak menengok, menatap Papinya. “Loh …, ‘kok?” Kening Bass mengernyit. “Atas dasar apa, Pih?”
“Papi akan menggunakan status Aliando yang sudah menikah diam-diam.”
“Apa?!” kaget Bass bukan main.
“Siang ini juga, berita Ali yang menghamili seorang gadis kampung akan tersebar.” Pak Abraham memasukkan kedua tangannya ke saku celana kain cokelatnya. “Aliando sudah tidak dibutuhkan lagi untuk keluarga kita.”
Baskara seketika tersenyum. Ia tak menyangka bahwa Papinya selama ini hanya meganggap Aliando seperti penglaris. Nampak wajah penuh kebanggaan yang diperlihatkan Bass.
Pelan-pelan Baskara mendekati Sang Papi kemudian bicara, “Pih …, kapan Papi akan bantu Baskara buat dapat promosi? Baskara mau nikah, Pih.”
Pak Abraham berbalik. Ia tatap putranya lekat-lekat. “Kamu sudah siap jadi suami yang baik? Pekerjaan kamu aja masih sering berantakan. Bass …, menikah itu bukan tentang sudah siap semprot rahim anak gadis orang, tapi …, menikah berarti siap untuk menjadi pria yang layak dicontoh dan didengarkan bagi istri dan juga anaknya.”
Pak Abraham menggeleng. “Kamu belum siap dalam hal apa pun, Bass. Kamu harus buktikan sama Papi kalau kamu memang layak.”