mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memutuskan untuk rujuk
"APA?! AARON MEMBATALKAN PERNIKAHANNYA?!"
Teriakan Laras membuat suaminya yang tengah membaca chat masuk di ponselnya mengalihkan tatapannya pada sang istri.
"Maaf Rena, aku akan bicarakan hal ini pada putraku," ujar Laras.
"Putramu benar-benar keterlaluan Laras! keluarga kalian mempermainkan keluarga kami!! Kami tidak akan terima semua ini!" Marah Rena.
"Tenang Rena, iya sebenernya Aaron sudah menikah. Tapi, dia sedang proses bercerai dari istrinya. Kamu sabarlah dulu, Aaron pasti jadi menikah dengan Sofia,"
"Bercerai? putramu gak ada bilang bercerai, dia hanya memutuskan pernikahannya dengan putri ku! kami tidak bisa menerima ini Laras! Sepertinya keluarga kita tidak bisa bersahabat lagi,"
Laras membenarkan duduknya, raut wajahnya terlihat sangat cemas.
"Rena sabar yah, aku akan coba bicara pada Aaron." Perkataan Laras tak di dengarkan, malahan setelahnya sambungan telpon itu terputus.
TUUTT!!
"Halo?! Rena! Rena! ck ... ini semua gara-gara wanita itu! semuanya jadi kacau!" Marah Laras.
"Kenapa sih?" Tanya Haikal yang masih terlihat bingung.
"Kamu tau mas, si Aaron datang ke kediaman keluarga Rafassyah hanya untuk membatalkan pernikahan mereka!"
Haikal terdiam, entah dia harus merasa tak terim atau justru lega. Haikal hanya tak ingin Marsha akan bernasib sama seperti Aaron, dan dia tidak terima karena perjodohan batal dan mengakibatkan hubungan persahabatan mereka.
"Bagaimana ini mas, aku gak enak sama keluarga Rafassyah. Mereka udah banyak bantu kita," ujar Laras.
Pernah saat perusahaan Haikal di ambang kebangkrutan, keluarga Rafassyah menyuntikkan dananya. Hingga perusahaan Smit sampai saat ini masih berdiri dan semakin jaya. Sehingga, mereka sangat berterima kasih dengan keluarga Rafassyah dan ingin hubungan keduanya semakin erat dengan menikahkan anak mereka.
"Sebenarnya aku gak masalah dengan keputusan Aaron, tapi ...,"
"APA?! APA KAMU BILANG?! GAK MASALAH?!"
"Denger dulu!" Kesal Haikal ketika perkataannya langsung di potong.
Laras merengut kesal, dia tambah kerasa jengkel dengan Zeva. Karena menurutnya Zeva lah yang sudah membuat putranya membatalkan pernikahan keduanya.
"Keputusan Aaron sudah benar, memangnya kamu mau dia meninggalkan putrinya?" ujar Haikal.
"Ya putrinya Aaron suruh tinggal aja disini, ambil hak asuh nya! gampang kan?!"
Haikal menatap tak percaya pada istrinya, dia pikir istrinya akan mengerti dengan perasaan Zeva. Namun nyatanya tidak.
"Kamu egois kalau gitu, anak itu butuh orang tuanya! gak bisa kamu main ambil gitu aja! Zeva sudah merawat anaknya tanpa suami, dan itu enggak mudah!" Peringat Haikal.
"Kamu kenapa sih mas jadi belain dia?! memangnya kamu gak malu sama keluarga Rafassyah!" KEsal Laras.
"Ya aku malu, justru kenapa Aaron menerima perjodohan ini. Kalau saja dia menolak saat itu dan memberitahukan alasannya, pasti gak serumit ini," ujar Haikal.
Laras terdiam, benar yang di katakan suaminya. Namun, hatinya menolak untuk melihat kebenaran.
"Besok akan ku temui Zeva, pernikahan Aaron dan sofia enggak boleh batal. Putraku harus mendapatkan wanita yang haik, bukan seperti Zeva." Batin Laras.
***
Pagi hari, kamar rawat Marsha. Terdapat dua krang manusia sedang membagi kehangatan di atas sofa. Keduanya saling memeluk, tanpa tersisa jarak.
"Eungh!!"
Zeva menggeliatkan badannya, lalu dia mengerjapkan matanya. Tangannya mengusap d4da bidang seseorang.
"Kenapa sofanya hangat sekali." Gumam Zeva.
Zeva baru menyadari sesuatu, tangannya bukan memegang sandaran sofa. Melainkan d4da seseorang, perlahan dia mengangkat wajahnya.
Seketika bola matanya melebar melihat wajah Aaron yang berada di dekatnya, sontak Zeva langsung mendorong d4da Aaron karena reflek.
Bugh!!
"E-eh!!" Pekik Zeva karena Aaron menarik tangan Zeva ketika dia merasa akan terjatuh, hingga keduanya pun jatuh ke lantai secara bersamaan.
Cklek!
"Segarnya mandi pa ... Astaga ...,"
Raihan yang baru dari kamar mandi sontak terkejut melihat Zeva yang berada di atas tubuh Aaron. Bahkan bibir keduanya tak sengaja bertemu, membuat Raihan langsung berbalik.
"Mata suciku ternodai, mata suciku ternodai." Gerutu Raihan.
"Ekhee!!"
Keduanya segera sadar setelah mendengar rengekan Marsha, Zeva segera menjauh kan tubuhnya dari Aaron.
"Syutt ...," Sementara Ayla yang tidur di sebelah Marsha berusaha untuk menenangkan ponakannya.
"Hiks ... hiks ...,"
Zeva yang sudah beranjak bergegas menuju putrinya, seperti biasa Marsha akan selalu menangis ketika bangun. Entah karena mimpi, ataupun haus.
"Kenapa sayang?"
Marsha merentangkan tangannya, Zeva pun membawa Marsha ke gendongannya dengan hati-hati.
Sedangkan, Aaron lini terduduk sembari memegang bibirnya. Raihan yang melihat sang abang seperti itu bergegas meledeknya.
"Pagi-pagi udah buat dosa aja." Sindir Raihan.
Tersadar, Asrom segera berdiri. Dia berdehem kaku lantaran kepergok oleh adiknya.
"Dosa apaan si?" Tanya Ayla dengan wajah bantalnya.
"Enggak usah di dengerin." Sahut Zeva.
Ayla memilih tidur kembali, sementara Zeva. Dia membantu Marsha minum susu dari dot yang tersedia.
"Apa dia kalau bangun selalu menangis?" Tanya Aaron mengejutkan Zeva.
"Iya, tapi cuman sebentar." Cicit Zeva.
Seperti kebanyakan anak kecil, pasti ada drama di saat dirinya bangun pagi. ENtah karena mencari sang ibu, ataupun karena mimpi buruk.
Terlihat Marsha kembali tertidur, mungkin dia merasa kaget karena suara Aaron dan Zeva yang terjatuh padahal tidur anak itu masih lah kurang.
"Ehm ... aku pamit pulang dulu," ujar Aaron.
Zeva menatap suaminya yang berdiri di hadapannya.
"Hem, mungkin sore nanti Marsha sudah di perbolehkan pulang. Aku juga sekalian pamit untuk pulang ke bandung." Sepertinya Zeva lupa akan keadaan mereka saat ini.
Pernyataan Zeva membuat Aaron lagi-lagi meradang, sang istri seperti mengajak ribut dirinya.
"Kamu tidak akan pernah kembali ke bandung!" Sentak Aaron dengan tatapan marah.
Zsva menatap Aaron dnegan kening mengerut. "Loh, rumahku kan di sana? terus, aku pulang kemana kalau bukan kesana?" Bingung Zeva.
"Ke rumahku lah, aku masih suamimu kalau kamu lupa!" Kesal Aaron.
Zeva tak duku menjawab, dia kembali merebahkan Marsha di samping Ayla. Setelah Marsha berhasil dia tidurkan, dirinya pun mengajak Aaron berbicara sejenak di luar kamar.
"Mas, keadaan kita saat ini rumit. Keluarga kamu pasti membenciku setelah tahu tentang status dan kesalahanku. Terlebih, kamu sudah akan menikah dengan sahabat kak Adinda." Ujar Zeva dengan tatapan sendu.
"AKu sudah membatalkan pernikahan ku dengannya kemarin, sudah aku bilang. AKu memilihmu dan Marsha." Sahut Aaron.
Zeva tak tahu harus mengatakan aoa pada Aaron, dia ingin mengungkapkan tentang kebencian ibu Aaron padanya. Namun, Zeva tidak ingin menjadi orang yang membuat hubungan antara ibu dan anak menjadi rumit.
"Lalu, bagaimana dengan orang tua kamu? apa mereka bisa menerimaku dan Marsha?" ujar Zeva.
"Aku akan membicarakan hal ini nanti." Balas Aaron.
"Mas, jika ibu kamu gak bisa menerimaku. Tolong, jangan di paksakan. Kamu akan semakin menambah rumit keadaan." Pinta Zeva.
Aaron mengangguk, keduanya lalu sama-sama terdiam. Mereka sebenernya agak canggung untuk memulai kembali hubungan mereka.
"Aku sudah mencabut surat gugatan cerai itu dari pengadilan," ujar Aaron memecah keheningan keduanya.
"Mas, apa kamu mau rujuk denganku hanya karena Marsha?" Tanya Zeva dengan hati-hati.
Mendengar pertanyaan itu, wajah Aaron berubah menjadi dingin.
"Menurutmu?"
"Mustahil jika kamu masih cinta padaku," ujar Zeva dengan sendu.
Satu sudut bibir Aaron terangkat, netranya menatap Zeva yang kini menundukkan kepalanya. Aaron melihat-lihat keadaan sekitar, di rasa aman. Tangannya tergerak meraih pinggang Zeva, lalu tanga yang lain dia selipkan di belakang leher sang istri.
Cup!!
Zeva tertegun sejenak, jantungnya berdebar sangat kencang. Zeva tidak tahu harus melakukan apa, tubuhnya mendadak kaku.
Aaron melepaskan tautan bibirnya, dia mengusap bibir Zeva yang terlihat basah.
"Apa bukti ini cukup untuk mengatakan soal perasaanku?"
Zeva memejamkan matanya, dia langsung mendorong Aaron untuk menjauh.
"Aku belum gosok gigi!" Lekik Zeva segera menutup mulutnya.
*****
lucu banget daah...
syedih nih kayanya..
perlu bawa kanebo kering gak yaaaah
K E R E N !!!!