Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius
Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.
Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.
Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Langkah pertama yang dilakukan Kaiya ketika masuk apartemennya adalah, pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya didepan wastafel. Setelah itu minum air putih dan mengatur nafasnya untuk menetralkan detak jantungnya. Kaiya sadar jantungnya berdetak kencang karena Ginran, tapi dia tidak ingin membiarkan pria itu tahu. Dia akan merasa sangat malu kalau sampai Ginran tahu kalau lelaki itu berhasil membuat jantungnya berdetak secepat ini. Mau taruh di mana mukanya nanti?
Setelah detak jantungnya mulai stabil, gadis itu melangkah pelan masuk ke kamar. Ia berbaring di atas kamar tersebut dengan pandangan lurus ke atas, ke langit-langit kamar. Kaiya mengingat kejadian di toko tadi dan langsung meringis, merasa malu berat atas kelakuannya. Ada Ginran lagi yang melihatnya. Pasti laki-laki itu sedang meledeknya habis-habisan sekarang.
Ahh, Kaiya terus menjerit dalam hati. Bisa-bisanya dia lupa dompetnya tadi. Hufft, hari ini ia benar-benar sial. Bukan sial karena bertemu Ginran, namun karena tidak jadi beli semua belanjaannya tadi dan itu dilihat oleh Ginran. Gadis itu mendesah berat sampai matanya mulai terasa berat dan akhirnya dia ketiduran.
\*\*\*
Pagi harinya, saat Kaiya berjalan menyusuri gang kampus menuju kelasnya, banyak orang yang terus memperhatikannya sambil berbisik-bisik. Kabar tentang Ginran menggendongnya di pertemuan club kemarin sudah tersebar di seluruh kampus. Dan gadis itu tengah menjadi pembicaraan oleh hampir semua perempuan yang tergila-gila pada Ginran. Tentu saja mereka tidak senang mendengar Ginran dekat dengan gadis lain, selain Naomi.
Naomi adalah satu-satunya sahabat perempuan terdekat Ginran. Namun, mereka belum pernah melihat Ginran dan Naomi sedekat cowok itu dengan junior perempuan yang baru menjadi mahasiswa baru dikampus tersebut. Ginran juga kan pernah marah besar ke tim bazar karena membuat si cewek bernama Kaiya itu memakai pakaian seksi.
"Cantikan Naomi menurutku." kata seseorang dalam kumpulan para cewek di seberang sana. Mereka menatap julid ke Kaiya yang berjalan melewati mereka.
"Bener. Kok sih Ginran terus belain dia sih? Mukanya saja pas-pasan begitu, jauh bangetlah kalau dibandingin sama Naomi." yang lain mengiyakan dengan kompak.
"Pas-pasan gimana, menurut gue dia cantik banget loh."
Dalam kelompok itu ada Sandra. Gadis itu terus mengamati Kaiya bahkan sampai Kaiya hampir menghilang dari pandangan mereka. Menurut Sandra, gadis yang sepertinya ada hubungan dengan Ginran itu kalah cantik darinya. Dari tinggi badannya saja sudah kalah. Sandra memiliki tinggi badan sekitar seratus tujuh puluh sentimeter, sementara Kaiya mungkin hanya sekitar seratus enam puluh sentimeter. Sandra tertawa sinis. Menurutnya Ginran tidak cocok dengan gadis pendek itu. Lebih cocok dia.
Sementara itu Kaiya akhirnya bisa bernafas lega setelah melewati kelompok-kelompok cewek yang membicarakannya tadi. Ia bisa dengar dengan jelas mereka bergosip tentangnya dan Ginran. Bukannya Kaiya takut pada mereka, hanya saja kondisinya sekarang tidak menentu. Kalau ia terus mendengar sesuatu yang negatif, itu akan mempengaruhi perkembangan penyembuhannya. Itu sebabnya gadis itu selalu menghindar di saat merasa ada hal-hal yang mengusiknya.
"Kaiya!" Ia menoleh ke Lory yang berlari kecil ke arahnya.
"Ayo ikut gue." kata Lory meraih lengan Kaiya sontak membuat gadis itu kebingungan.
"Kemana?" tanyanya.
Lory tidak mengatakan apa-apa. Yang pasti ketika mereka memasuki sebuah ruangan, ada cukup banyak orang di dalam sana. Kira-kira hampir dua puluan mahasiswa yang tengah duduk di dalam ruangan itu. Kedatangan Lory dan Kaiya cukup menyita perhatian, namun perhatian tersebut lebih tertuju ke Kaiya. Hingga Kaiya sendiri merasa risih. Ia ingin berbalik pergi tapi Lory buru-buru menahannya.
"Lo mau kemana? Jangan pergi dulu, kita ada pertemuan club siang ini." ujar Lory kemudian menarik Kaiya duduk di kursi bagian tengah.
"Club?" Kaiya ingat kemarin Lory mengajaknya bergabung dengan salah satu club dikampus, tapi gadis itu juga yang meninggalkannya sampai-sampai dia harus berhadapan dengan Ginran. Lagian mereka bergabung dengan club apa juga Kaiya sama sekali tidak tahu.
Kalau boleh keluar, ia akan keluar sekarang juga. Tidak mau terlibat dengan kegiatan kampus yang tidak ia gemari. Kaiya lebih memilih berdiam diri di apartemennya dibandingkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan kampus yang membuatnya harus terlibat dengan banyak orang.
"Semua sudah ada?" terdengar suara dari depan. Suara itu tidak asing ditelinga Kaiya. Ia kenal siapa pemilik suara tersebut. Naomi, itu suara Naomi. Ketika gadis itu mengangkat wajah, ia bisa melihat Naomi yang tengah berdiri bersama Jiro.
Pandangannya tanpa bisa dicegah bertemu dengan tatapan sinis Jiro. Sepertinya pria itu berubah jadi membencinya sekarang. Kaiya tersenyum pahit. Dadanya sesak, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Semua memang salahnya, jadi ia harus menerima resiko dibenci oleh para mantan sahabatnya tersebut.
"Lihat, kak Ginran udah dateng!"
"Ya ampun ganteng bangeeett..." beberapa anggota baru club tersebut bersorak gembira karena kedatangan Ginran yang bak seorang selebriti. Memang Darrel yang datang bersama cowok itu tak kalah tampan, tapi para makhluk perempuan itu jauh lebih tertarik pada Ginran. Seolah pria itulah bintang utamanya. Padahal Ginran tidak pernah tersenyum pada mereka sama sekali.
Di antara semua mahasiswi yang berbondong-bondong ingin melihat Ginran, hanya Kaiya yang berusaha bersembunyi dari pria itu. Gadis itu menundukkan kepalanya sambil merapalkan doa dalam hati semoga Ginran tidak melihatnya. Sekarang ini dia lebih memilih menghindari mereka semua.
Rupanya Ginran menyadari keberadaan Kaiya. Karena pria itu sempat berhenti dan menoleh ke arah Kaiya sebentar, lalu duduk di bangku kosong bagian tengah. Melihat Ginran yang kini duduk membelakanginya, Kaiya langsung bernafas lega. Ia tidak menyadari Darrel yang tengah memperhatikannya lama. Cowok itu terus mengamati gerak-gerik Kaiya. Tapi kemudian fokus menatap kedepan, pada Naomi yang mulai bicara.
"Lor, kok bawa gue ke sini sih?" bisik Kaiya ditelinga Lory. Ia memang pernah janji ikut Lory masuk club kampus. Tapi kalau ada ke-empat mantan sahabatnya itu, lebih baik ia keluar saja. Lagian kemaren dia belum benar-benar jadi anggota.
"Kenapa pertanyaan lo begitu? Kan kita berdua anggota club ini, jadi wajar dong kita ikutan rapatnya." Lory balas berbisik.
"Tapi gue ..."
"Yang dibelakang sana tolong diam," tegur Jiro dari depan. Dia paling tidak suka ada orang yang berbincang ketika mereka sedang bicara didepan. Pandangannya tampak dingin saat menatap ke arah bangku Kaiya dan Lory. Para mahasiswa yang berada dalam ruangan tersebut ikut menatap ke belakang sehingga Kaiya dan Lory menunduk malu.
Apalagi Kaiya. Ia paling tidak suka menjadi perhatian seperti ini. Rasanya ia ingin keluar dari ruangan itu sekarang juga, tapi tidak bisa.
Belom tau pawang nya kaiya 😂😂
Peter diikuti, Ginran diikuti..
hidup cm buat sakit hati
MURI (Museum Rekor Indonesia), ya adanya di Indo aja😭gak sampe luar negeri
bikin naik darah aja