Istri yang dimanfaatkan olehnya telah tiada, meninggal dalam pelukannya. Wanita berwajah rusak yang tidak pernah lelah menunggunya.
"Bangun Foline..." gumamnya, tidak pernah mengijinkan pemakaman sang istri. Memeluk jenazah yang berada dalam peti mati dalam kamarnya.
Pemuda keji, yang menampik rasa kasih dari istrinya. Menghancurkan keluarganya, hanya demi ambisinya untuk memiliki segalanya.
"Sayang...jika aku dapat mengulangi waktu, aku tidak akan membiarkanmu menangis, tidak akan membiarkan jarimu tergores..." gumamnya hendak mengakhiri hidupnya. Kala bahkan tidak ada lagi rasa kasih dari keluarganya.
*
Namun, ada yang aneh. Otto Celdric tidak meninggal. Matanya terbuka mengamati ruangan, dirinya kembali ke masa 12 tahun lalu.
Mencari keberadaan istrinya, melindungi keluarganya, itulah yang akan dilakukan psikopat itu kali ini.
Menginjak tubuh orang-orang yang akan menghancurkan keluarganya.
"Kalian tidak ingin bermain lagi denganku?"
"Aaggh!"
"Adios!"
Dor!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Plating
Tidak ada yang dapat dikatakan oleh Ace. Hanya duduk di samping Diego, sedangkan Eric duduk berhadapan dengan mereka.
"Jadi ayahmu seorang investor?" Tanya Diego, meminum teh hangat di hadapannya.
Eric mengangguk."Ayah ingin aku membuka usaha sendiri. Karena itu setelah melihat acara TV, aku langsung tau bakat terpendam seseorang (Ace). Menyingkirkan penghalang yang seperti ular, adalah hal yang harus dilakukan."
"Wallet restauran tidak menghargaiku." Diego sedikit tertunduk.
"Kebetulan aku membawa kontraknya sekarang. Aku sudah membahas segalanya dengan pengacara ayahku. Keuntungan akan dibagi 75:25. Kamu selaku pengelola akan menerima laba 75% dan aku akan selaku pemodal akan menerima laba 25%." Kelas Eric menyodorkan beberapa lembar kertas kontrak.
Diego membacanya dengan seksama. Pria yang terdiam sejenak menelan ludahnya."Denda 2 kali lipat dari modal awal jika aku terlibat kasus hukum?"
"Benar! Modal awal kita 8 juta dollar (129 miliar rupiah)." Eric menghela napas kasar, menikmati teh hangat di hadapannya."Sebenarnya ini poin yang ditambahkan ayahku. Dia orang yang taat hukum, begitu menjunjung tinggi kebenaran. Jadi ayahku hanya sedikit paranoid. Lagipula, Diego tidak terlibat kejahatan bukan, paman orang terbaik yang pernah aku kenal."
"Poin ini agak..." Diego terdiam sejenak.
"Maaf, itu hanya karena ayahku yang begitu menjunjung tinggi adat timur." Eric menunduk bagaikan pemuda lugu yang baru memulai bisnis.
Diego tersenyum kemudian menatap ke arah Eric."Aku setuju, tapi dengan sedikit revisi pada kontrak. Keuntungan untukku menjadi 82%, bagaimana?"
Rasa serakah dalam diri manusia. Perlahan Eric yang menunduk menahan tawanya. Semakin ingin mengoyak tubuh ular ini.
"Tapi...18%..." Eric membulatkan matanya.
"Terima atau tolak!? Aku lumayan sibuk. Lagipula bukankah dengan nama Chef Diego kamu tidak mungkin mengalami kerugian." Ucap Diego tersenyum, begitu mudah membohongi anak ini.
"Iya! Aku setuju." Pada akhirnya Eric mengangguk.
"Diego...aku ingin bicara---" Kalimat Ace disela.
"Kita akan bicara." Diego menghela napas, kemudian kembali menatap ke arah Eric."Eric, tolong revisi kontraknya tentang pembagian keuntungan! Aku harus bicara dengan Ace terlebih dahulu. Mungkin dia ingin meminta maaf."
"Baik, aku pulang dulu. Nanti sore aku akan datang lagi. Membawa kontrak yang sudah direvisi." Eric segera bangkit, masih terlihat begitu baik, pemuda yang melangkah pergi meninggalkan apartemen.
Kala pintu tertutup, senyuman ramah Diego berbuah."Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya pada Ace.
Pemuda yang menelan ludahnya, untuk pertama kalinya mengancam orang."Tolong mengakulah pada petugas kepolisian."
"Kenapa?" Tanya Diego tertawa, mengeluarkan minuman keras dari dalam rak."Bukankah memang kamu yang membuat orderan."
"Bukan aku! Kamu tau itu bukan aku. Aku tidak bersalah! Bahkan semua resep yang aku buat kamu patenkan atas namamu! Jika kamu tidak mengakui segalanya. Aku akan membongkar siapa sebenarnya yang membuat resep---"
Brak!
Brak!
Brak!
Kerah pakaian Ace ditarik, wajahnya dipukuli. Tidak sekali, namun berkali-kali, tidak dapat melawan. Akibat serangan tiba-tiba dan postur tubuh Diego yang begitu besar.
"Apa kamu masih mau menuntutku? Bibirnya masih mau berkicau?" Tanya Diego, menarik tubuh Ace keluar dari apartemen. Setelah memukul bagian perutnya.
Lemas, tidak berdaya, apa ada tulangnya yang patah? Entahlah.
Mengikuti Diego yang menyeret paksa dirinya. Hingga sampai ke ujung lorong, dimana balkon umum yang sepi terlihat. Hanya ada beberapa kursi di sana, tempat yang menghadap ke arah timur. Dimana sinar matahari tipis terlihat, walaupun ini musim dingin.
Lehernya dicekik, tubuhnya hendak dijatuhkan di dorong paksa.
Hingga.
Krak!
Tak!
Suara sekotak krayon terjatuh terdengar. Namun tidak ada satu orang pun disana. Diego menelan ludahnya, mengurungkan niatnya membunuh Ace. Menyamarkan sebagai kasus bunuh diri adalah tujuannya.
Tapi, jika ada satu orang saja saksi. Maka segala impiannya untuk memiliki restauran sendiri akan hancur.
"Hah! Hah! Hah!" Ace berusaha menghirup napas sebanyak-banyaknya, dirinya hampir mati?
"Dengar! Jika kamu berani mengatakan bahwa semua resep milikku adalah buatanmu. Maka aku akan menghabisi mu!" Ancam Diego menendang tubuh Ace."Selain itu, resep-resep makanan buatanmu benar-benar busuk. Tidak berharga."
Pria paruh baya yang kemudian meninggalkan tempat ini sebelum ada orang yang melihat.
Ace berjalan sempoyongan, menginjak salah satu crayon yang menggelinding dari kotaknya. Berusaha berpegangan pada dinding.
Hingga.
Tangannya ditarik, tubuhnya dipojokan pada dinding dalam sudut lorong yang gelap.
"Sttt..." Eric meletakkan jari telunjuk pada bagian depan bibirnya sendiri."Sudah aku bilang dia ular. Kamu bahkan hampir mati, jika aku tidak mengorbankan krayon kesayanganku."
Air mata Ace mengalir, ingin mati rasanya. Begitu sakit, ancaman pembunuhan, direndahkan, menerima hujatan semua orang."Aku hampir mati..."
"Nah... sekarang ingin menjadi teman baik Otto Celdric, kemudian menandatangani kontrak. Atau tenggelam dalam lumpur hisap?" Tanya Eric tersenyum menyeringai.
Perlahan Ace tersenyum, tepatnya tersenyum dalam tangisannya."Apa kamu dapat menghancurkan Diego? Ji...jika bisa, aku bahkan bersedia menjual jiwaku."
"Tidak menjual jiwa, hanya bermain...teman baruku..." Bisik Eric bibirnya masih tersenyum, tepat berada di dekat telinga Ace.
*
Rumah yang dihuni oleh dua orang pria. Satunya seorang pemuda gemuk yang kini tengah mengobati lukanya.
"Agh! Agh!" Pekik Ace, kala luka di tubuhnya diobati.
"Jadi kamu teman paman?" Tanya Ryu.
"Benar." Ace menghela napas kasar. Segalanya cukup biasa, bukan tipikal rumah mewah, hanya rumah berlantai dua dilengkapi dengan loteng dan basement. Namun, dirinya tidak salah, pemuda itu (Eric) merupakan salah satu pemegang Black Card American Express."Siapa sebenarnya pamanmu? Maksudku bagaimana sifatnya?" tanyanya ragu.
"Paman? Aku baru beberapa bulan tinggal dengannya. Tapi dia orang yang terlalu baik, dia selalu diganggu, begitu lugu, begitu bodoh dan gampang diselingkuhi." Kata demi kata yang diucapkan Ryu menbuat Ace mengerutkan keningnya.
"Baik? Bodoh? Lugu darimananya. Dia---" Kalimat Ace terhenti kala menatap Eric berdiri di ambang pintu.
Menelan ludah, tidak mengerti dengan makhluk ini. Tapi makhluk inilah yang menyelamatkan hidupnya.
"Ryu, bisa belikan aku cheese cake?" Tanya Eric.
"Tidak mau! Di luar dingin!" Keluh Ryu.
"Paman punya foto terbaru Almira yang dikirimkan ayahmu. Belikan paman Cheese cake ya?" Ucap Eric, menyodorkan uang cash.
Untuk ayang, apa yang tidak. Secepat kilat Ryu Dean mengambil uang pamannya. Hanya demi selembar foto tunangannya yang jauh disana. Mengambil shall segera keluar dengan cepat, tidak peduli hujan salju yang turun.
"Ace... temanku...mari kita bicara." Eric tersenyum, memimpin jalan menuju ruang makan.
Dua orang yang terdiam tanpa kata sejenak. Hingga Eric meletakkan kontrak di atas meja."Isinya hanya kontrak kerja. Gaji yang sesuai, naik mengikuti kondisi usaha."
Perlahan Ace meraihnya, kontrak dengan gaji yang lebih baik dari Wallet restauran. Dan jabatan sebagai Chef?
"Bagaimana dengan Diego?" Tanyanya.
"Dia hanya ular yang sudah berada di atas piring."
🌠🌠🌠🌠❄️❄️❄️❄️☃️☃️☃️☃️
Edisi khusus, tidak ada hubungannya dengan cerita. Bagaimana mimpi Eric dan Foline di malam natal?💐💐💐💐
Wanita yang tengah terlelap dalam tidurnya perlahan bermimpi. Menatap ke arah bintang jatuh kemudian berharap.
"Aku ingin punya pacar yang tampan, baik, perhatian..."
Kala itu suara lonceng aneh terdengar. Dengan cepat Foline keluar dari selimutnya. Matanya menatap tidak percaya, pangeran idamannya terlihat. Pemuda dengan senyuman secerah langit pagi.
"Foline, aku datang untuk bertemu denganmu." Ucap sang pemuda mengecup jemari tangannya.
"Pangeran, aku mencintaimu, tidak akan melepaskan mu!" Teriak Foline mengecup pangeran impiannya. Padahal aslinya mengecup bantal guling, dengan liur menetes dari mulutnya.
✨✨✨✨
Lalu bagaimana dengan Eric? Sebuah mimpi yang mirip. Pemuda yang menatap ke arah bintang jatuh. Kemudian berharap."Aku ingin Foline ada disini. Aku ingin bermain dengannya."
Suara lonceng terdengar, kala Eric membuka matanya sebuah karung merah yang masih terikat terlihat. Dengan cepat Eric membukanya, wanita dengan separuh wajah yang rusak terlihat disana.
"Foline!" Teriak Eric bagaikan anak kecil kegirangan, menariknya ke kamar mandi, memandikannya, memakaikan baju yang bagus, kemudian menyisir rambutnya. Bagaikan orang ini adalah boneka Barbie kesayangannya.
"Eric, aku mencintaimu." Ucap Foline, wanita dengan wajah yang rusak.
"Aku tau! Aku juga mencintaimu."Eric memeluknya erat."Karena itu, setelah ini aku akan mengikat tangan dan kakimu. Kamu tidak boleh turun dari tempat tidur sama sekali. Untuk makan biar aku yang menyuapi. Jika ingin mandi biar aku mandikan. Dunia di luar sana terlalu berbahaya bagimu."
"Iya! Sangat berbahaya. Terimakasih Eric, aku tidak akan mati lagi. Aku hanya akan hidup untukmu..."
"Oh...Foline..." Gumam Eric yang tengah tertidur dengan wajah yang tenang bak pangeran.
☃️☃️☃️☃️❄️❄️❄️❄️✨✨✨✨
Belakangan ini saya sering baca terputus putus..
Dalam artian... kadang dalam satu part butuh bererapa waktu..
Apakah pengaruh pada rwtensinya author?
kalau iya...
saya akan baca setelah benar2 ada waktu..
🙏🙏🙏🙏
semangat kak, ditunggu terus kelanjutannya 😍😍😍😍
semangat semangat semangat
jadi ga sabar menunggu up selanjutnya.
semangat kak
tinggal iblis yang bertindak