Anstasya lausia adalah wanita cantik berumur 17 tahun dia hidup sendiri semenjak ayahnya meninggal dunia dua tahun yang lalu karena kecelakaan.
Tasya hidup sederhana di pinggiran kota dengan berandalan sebuah warung kecil. Walaupun hidup Tasya sendiri dia tetap menjalani hidupnya dengan rasa syukur.
Di suatu malam tasya tidak sengaja menemukan seorang pria sangat tampan yang tergeletak di pinggir jalan. Karena memiliki hati yang baik dan rasa tidak tega tasya akhirnya membawanya ke rumah dan merawatnya.
Tasya tidak tahu siapa pria itu tapi dia mengaku bernama alfred yang memiliki wajah tampan bak seperti dewa Yunani bahkan terlihat seperti tidak nyata.
" Siapa kamu Alfred? "
" Ternyata kamu memiliki darah yang istimewa. "
" Setelah aku kembali kamu adalah satu satunya ratu di dunia ku dan hatiku. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suriyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Bersama
Tasya merentangkan kedua tangannya di atas kasur. Matanya menyipit saat melihat gorden kamarnya terbuka membuat cahaya matahari memasuk menerpa wajahnya.
" Aku sepertinya lupa menutupnya. "
Hari ini Tasya bangun kesiangan padahal biasanya dia bangun sebelum matahari muncul. Tapi karena kejadian semalam dia terpaksa tidak membuka warungnya untuk sementara waktu karena ingin menenangkan diri.
Kaki jenjangnya melangkah ke kamar mandi sebelum ke dapur. Matanya tidak sengaja melihat siluet orang yang sedang berdiri di dapur.
"Si.." mata Tasya membelalak. " Al kamu ngapain? " Pemandangan pagi yang langka. Baru kali ini Tasya melihat penampilan Alfred memukau hanya dengan menggunakan celemek.
Alfred tersenyum kecil melihat wajah bantal Tasya. " Aku masak untuk kita. "
Tangannya sedang menghidangkan makanan yang baru masak.
" Wah! kamu pintar masak? " Heran sekaligus terkejut.
Alfred melangkah mendekati wanita yang telah menjadi kekasihnya semalam. " Tentu, keahlian ku tentu hanya bisa di lihat pada orang yang ku cinta. "
Busshhh!!
Pipi Tasya langsung memanas. Alfred kurang ajar sekali, pagi pagi sudah membuat Tasya ingin salto karena salting.
" Imutnya. " Mencubit pipi Tasya yang merona.
" ISS apasih! Aku mau mandi dulu. " Buru buru kabur dari hadapan Alfred yang kini tersenyum dengan menggelengkan kepalanya.
.
" Wah! " Mata Tasya Berbinar saat lidahnya merasakan rasa nikmat pada makanan Alfred.
" Gimana? " Alfred jadi gugup sendiri saat melihat reaksi Tasya.
Tasya tidak mengatakan apapun dia malah mengacungkan jempolnya dengan mulut yang penuh. Tasya menelan makanan lalu membuka mulut.
" Gak nyangka loh ternyata kamu sangat pintar memasak. " Takjub Tasya pada Alfred. Dia tidak menyangka pria yang sudah menjadi kekasihnya ini ternyata memiliki bakat.
Kekasih? Hem mungkin hehe. Tasya jadi menahan senyum karena merasa geli dengan tingkahnya.
" Mau ini Hem. " Suara berat Alfred membuat Tasya tersadar dengan fikirannya.
Tasya mengangguk. "Aku bisa..."
" Buka mulutnya. " Tangannya sudah ada di depannya Tasya. Mau tidak mau Tasya membuka mulutnya. Kecanggungan langsung hilang saat merasakan makanan buatan Alfred.
" Wah rasa pas. Gimana kamu masak Al? " Penasaran Tasya karena tidak pernah melihat Alfred memasak.
" Melihat ini hehe. "
Mata Tasya membelalak Tidak percaya.
" Cuman liat itu? " Mulutnya terbuka namun kembali tertutup saat tangan Alfred menutupnya. Ekspresi Tasya langsung di stabilkan seperti semula. Malu sekali rasanya.
" Ehem. " Dehem Tasya.
" Mau minum. " Tawar Alfred memberikan air dan dengan cepat Tasya teguk sebelum berucap.
" Jadi kamu hanya menggunakan YouTube? Wah bener bener hebat. " Kagum tasya.
Alfred berdehem pelan, tiba tiba dia merasa malu saat melihat tatapan binar Tasya, tangannya masih menahan agar tidak mencubit pipinya yang membuat tangannya gatal.
" Biasa aja. " Jawaban singkat. Ekspresi wajahnya mengatakan seolah itu bukan lah yang patut di banggakan.
" Mana bisa ini...ammhh! " Tasya melotot saat Alfred dengan seenaknya malah kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
" Udah makan. " Singkat Alfred.
....
Plak!
Tasya langsung meringis kesakitan saat sebuah tamparan mendarat padanya. Matanya menatap tidak percaya orang di depannya.
" Apa? Mau marah? Atau mau bales? " Nopi berkacak pinggang dengan wajah bengis. Tatapan bencinya tidak di sembunyikan sama sekali di depan Tasya.
" Nopi yang kamu lakukan. " Tasya menatap tajam Nopi yang kurang ajar padanya.
" Menampar mu! Aku ingin merusak wajahmu! Aku ingin melihat dirimu menderita seperti diriku!! " Teriak Nopi membuat Tasya kaget.
" Maksud apa? Kenapa kamu..."
" Tutup mulut busuk mu!! " Mata Nopi memerah, urat-uratnya bermunculan menandakan bahwa dia sangat marah. Tangannya mengepal kuat seolah menahan diri tidak membunuh wanita di depannya.
Tasya menatap Nopi dengan menelisik penampilan yang sangat jauh dari kata baik. " Kamu kenapa?" Melupakan rasa kebas di pipinya Tasya malah merasa sedih melihat menampilkan Nopi.
Gigi Nopi menggelatuk. " Itu semua karena mu dan anggun. " Tasya sampai memundurkan langkahnya melihat tatapan mengerikan Nopi.
Nopi melangkah maju dengan ekspresi seram. " Seandainya bukan karena kalian, aku tidak akan di buang dan di campakkan bagaikan sampah. "
Tasya tertegun. " Maksudnya bagai..."
Dug!
Ssstt!
Tasya meringis saat merasakan punggung menghantam dinding. Siapa sangka Nopi akan langsung mendorongnya.
" Itu semua kelakuan kalian! Semenjak kak Ani di penjara, kau tau hidupku hancur! Ayah tidak memperhatikan hidup ku lagi, bahkan dia pergi begitu saja tanpa meninggalkan sepeserpun uang. Hidup ku menderita sangat menderita saat itu. Hidup Luntang Lantung tidak punya arah. Apalagi mau makan aku harus berusaha sangat keras. Punya Abang tapi kelakuan kayak setan, mana perduli dia dengan hidup kami di sini? Dia lebih suka hidup di kota tanpa beban, hidup enak! Mereka gak ada perduli dengan aku! Aku sendirian di sini!! Kau tau? Kau tau Tasya!! Ini semuanya karena kalian hidup ku hancur!!! Aku di perkosa! Aku tidak suci!! Aku hancur! Aku hancur!! Itu semua karena kalian!! Karena kalian!! "
Setelah Berteriak histeris, Nopi dengan wajah pucatnya dia langsung merosot di dinding kotor itu. Dia menangis keras Sebagai meluapkan emosi yang selama ini terpendam di dalam hatinya.
Air mata Tasya tanpa sadar mengalir, Dadanya sesak mendengar perkataan Nopi. Tasya langsung memeluk Nopi yang menangis histeris, awalanya Nopi menolak tapi lama kelamaan di diam tapi diamnya lah yang membuat Tasya panik.
" Pingsan? " Seketika Tasya panik bukan main.
" Alfred!! Al! Cepat keluar! "
Teriakan Tasya berhasil membuat Alfred yang sejak tadi bersembunyi langsung tersentak kaget.
" Bagaimana.." heran sekaligus terkejut. Siapa sangka Tasya akan mengetahui keberadaannya, padahal Alfred sudah bersembunyi dengan baik saat Tasya yang di tarik paksa oleh Nopi tadi.
Beberapa menit yang lalu, mereka berdua sedang berjalan jalan ke pasar. Karena keramaian pegangan tangan mereka sempat terlepas. Tapi Alfred tau di mana keberadaan Tasya, saat dia datang dia tidak langsung keluar melainkan bersembunyi untuk mendengarkan apa yang mereka bicarakan.
" Alfred!! Kamu dengar gak sih. " Lama lama Tasya kesel dengan Alfred yang masih anteng di tempatnya.
Alfred tersadar langsung berjalan ke arah Tasya. " Apa yang perlu aku lakukan sayang? " Menatap Tasya penuh senyuman.
" Hentikan senyuman mu itu, cepat angkat Nopi dan bawa ke rumah sakit. "
Perintah Tasya yang masih memegangi Nopi yang terkulai lemas.
Apa? Apa baru saja di di perintahkan untuk mengangkat manusia rendahan?
" Aku tidak mau! Dari pada mengangkatnya lebih baik aku mengangkat mu. " Tolak Alfred mengedipkan sebelah matanya yang menggoda.
Dahi Tasya mengerut menandakan di kesel sekarang. " Alfreddddddd!!! "