Pernikahan yang di awali dengan perjodohan memang tidak banyak yang endingnya bahagia. Hal ini yang di alami oleh Nur Azizah, bahkan di usia nya yang baru menginjak usia ke 25 tahun dia harus menjadi seorang single parent alias janda.
"Maaf Zah.." ucap Raka Abdillah yang tak lain adalah suami dari Azizah.
"Kenapa kamu tega sekali melakukan ini pada ku Mas.."
Bagaimana kehidupan Azizah setelah di ceraikan oleh suami nya, dan fakta apa saja yang Azizah ketahui tentang suami nya selama ini? Ikuti terus karya terbaru author ya Readers...jangan lupa dukungannya selalu 🥰☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ny.Irawana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 2 Demi kebahagiaan mu
"Lihat tuh Mas kelakuan calon mantan istri kamu yang kata nya kemah lembut, cih...lembut dari mana nya. Sama suami saja bisa berbicara kasar seperti itu," kata Rania sengaja memprovokasi Raka.
Azizah bukan nya tersulut emosi dengan perkataan madunya itu. Justru dia terkekeh pelan mendengar ucapan wanita manipulatif di depan nya.
"Azizah, aku tidak menyangka jika menantu yang mama papa bangga - bangga kan seperti ini ternyata. Aku yakin jika kedua orang tua ku masih hidup pasti mereka akan malu mempunyai menantu seperti mu," ucap Raka.
"Justru jika mama sama papa masih hidup beliau yang akan malu mempunyai seorang anak laki - laki yang pengecut seperti mu mas. Asal kamu tahu mas, wanita bisa berubah lebih kuat dan kejam jika diperlakukan seenak hati oleh pasangan nya. Dan satu yang harus kamu ingat, aku bukan tipe wanita yang pasrah begitu saja jika diperlakukan tidak adil seperti ini mas !"
Azizah mengucapkan hal itu dengan begitu dingin, sorot mata nya begitu tajam menatap suaminya. Mata yang dulu selalu teduh dan penuh cinta saat menatap suaminya sekarang lenyap begitu saja.
"Tundukkan pandangan mu, bagaimana pun aku ini masih suami mu Zah, jadi kamu harus tetap menghormati ku !"
Azizah terkekeh kembali," menghormati yang seperti apa lagi yang kamu inginkan mas? kurang selama hampir tiga tahun aku menghormati mu sebagai seorang suami, kurang selama hampir tiga tahun aku selalu menerima semua nya tanpa mengeluh sekalipun kamu perlakukan aku tidak selayaknya seorang istri, kurang selama hampir tiga tahun aku mencintaimu dengan begitu tulus yang nyata nya aku hanya mencintaimu seorang di sini, kurang mas ! Bahkan di saat aku dan Rizky membutuhkan kamu, tidak sedikit pun kamu ada waktu untuk kami, kurang semua itu Mas! Bahkan aku tidak pernah sedikitpun memprotes itu semua, aku selalu menerima nya dengan ikhlas. Bukankah kamu paham agama Mas? Jelas kamu tahu bukan jika apa yang kamu lakukan padaku selama ini adalah sebuah dosa?"
Deg,
Perkataan Azizah mampu membuat hati Raka menjadi mencelos. Lagi - lagi ada desiran aneh dalam diri laki - laki itu, apalagi saat melihat mata teduh sang istri penuh dengan luka dan kecewa. Mata yang selalu dia lihat berseri - seri dan penuh dengan cinta ketika memandang nya selama ini. Ya walaupun dia lebih banyak menghindar dari tatapan istri nya selama ini.
Raka akui selama ini Azizah tidak pernah lalai sedikit pun untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri. Dia juga sosok ibu yang baik untuk anak nya, sekalipun dia tidak pernah peduli pada anak yang sudah Azizah lahirkan dua tahun yang lalu. Karena bagi dia anak yang ada di kandungan Rania lah yang hanya dia akui, karena dia sangat mencintai wanita itu.
Sedangkan Rizki, hanya dia gunakan sebagai alat supaya kedua orang tua nya mengembalikan nama nya menjadi pewaris utama keluarga Abdillah. Kedua orang tua Raka semasa hidup nya selalu mengatakan kepada Raka, jika syarat untuk mengembalikan hak waris pada nya kembali maka dia harus mempunyai keturunan dari Azizah maka dari itu terpaksa dia membuat Azizah hamil. Dan miris nya Azizah tidak mengetahui semua ini.
Rania yang melihat ekspresi sang suami berubah sedikit panik, wanita itu jelas merasa takut jika Raka akan luluh dan tidak jadi menceraikan Azizah. Karena beberapa bulan belakangan ini Raka sudah menunjukkan ketertarikan nya pada Azizah. Maka dari itu Rania memutuskan untuk segera hamil, padahal dari awal mereka menikah Rania sendiri yang meminta pada Raka untuk menunda hamil karena status mereka belum Syah secara hukum.
Tapi setelah melihat gelagat aneh sang suami, Rania segera mengubah segala rencana nya. Dan selalu mendesak Raka untuk segera menceraikan istri sah nya itu. Terlebih sekarang penghalang terbesar dia sudah tiada, yaitu kedua orang tua Raka.
Rania selalu merengek bagaimana nasib anak nya saat lahir nanti jika di akta kelahiran nya tidak tercantum nama sang ayah karena pernikahan nya hanya sah secara agama saja. Hal itu membuat Raka segera mengambil keputusan besar ini akan menceraikan istri sah nya itu, karena Raka tidak ingin membuat Rania semakin sedih di kehamilan nya ini.
"Mas..." rengek Rania dengan wajah yang di buat memelas.
"Sudah ya sayang, ingat kata dokter kalau kamu ngga boleh stres dan banyak pikiran okey, kasihan dedek bayi nya nanti..." kata Raka dengan lembut dan penuh perhatian, bahkan laki - laki tampan itu mengusap lengan sang istri guna memenangkan nya.
Hal itu tak luput dari pandangan Azizah. Betapa nyeri hati nya melihat perlakuan suami nya yang begitu lembut dan penuh perhatian kepada istri siri nya itu. Padahal saat dia hamil dulu tidak pernah di perlakukan seperti itu oleh suami nya, untuk mengantar kontrol ke dokter saja Azizah selalu meminta bantuan sang mama mertua supaya membujuk sang anak untuk menemani nya kontrol. Itu pun hanya dua kali saja, setelah itu Azizah selalu pergi kontrol sendiri ke dokter.
"Sebegitu cinta nya kamu pada dia mas," batin Azizah sambil memejamkan mata nya menahan segala gejolak dalam dadanya yang terasa begitu sesak. Air mata yang sejak tadi dia tahan - tahan air nya meluncur begitu saja, saat melihat sikap sang suami yang begitu perhatian pada istri siri nya sangat berbanding terbalik saat bersama nya.
Beberapa kali Azizah menghela nafas nya berkali - kali guna mengurangi rasa sesak di hati nya.
"Maafin bunda Rizki," lirih Azizah.
Sambil mengusap air mata nya sambil memejamkan mata nya kembali dan beberapa kali mengucapkan istighfar meminta ampunan pada sang pencipta berharap keputusan yang akan dia ambil ini adalah yang terbaik untuk nya dan tidak akan menjadi petaka bagi nya kelak.
"Bismillah...." Azizah menarik nafas nya dalam - dalam dan menghembuskan nya perlahan.
"Mas Raka Abdillah, demi kebahagiaan mu, aku bersedia berpisah dari mu," ucap Azizah dengan bibir yang bergetar namun tetap berusaha begitu tenang.
Tidak ada emosi pada setiap kata yang dia ucapkan tadi, bahkan bibir nya terlihat tersenyum sekalipun ada getaran yang nampak pada bibir tipis itu.
Deg,
Raka langsung menatap ke arah Azizah yang berada di sana, ini benar - benar di luar dugaan. Dia mengira Azizah akan menangis memohon - mohon pada nya supaya tidak di ceraikan tapi ini Azizah begitu tenang nya mengatakan jika siap berpisah dengan nya.
Jujur ada bagian dalam hati nya yang tidak terima dengan apa yang Azizah katakan barusan, ini memang yang dia mau sebenarnya tapi mengapa justru hati nya sekarang palah goyah.
"Ada apa dengan ku..."