PENGANTIN PENGGANTI

Kalah merasakan remasan tangan Mathew didadanya, suara erangan keluar dari bibirnya.

Dengan mata terpejam, Miranda menikmati setiap sentuhan Mathew.

"Oo aahh Math," racau Miranda sambil menggigit bibir bawahnya.

Mathew, tersenyum mendengar suara Miranda.

Ciumannya dialihkan ke leher Miranda, sementara tangannya melanjutkan pekerjaan yang tertunda sebelumnya melepaskan kancing kemeja Miranda hingga bagian terbawah.

Miranda merasakan sesak.

Ia butuh oksigen, sepertinya persediaan oksigen disekitar mereka habis. Yang ada hanya hawa panas yang menjalar ke tubuhnya.

Miranda kembali mengeluarkan suara erangan, kala Mathew mencium lembut dadanya. Dan meninggalkan tanda kepemilikan disana.

"Ahh Mathew..

"A-ku mohon hentikan", lirih Miranda dengan nafas tersengal-sengal.

"Bagaimana kalau aku tidak mau", goda Mathew melanjutkan buaiannya.

Kaki Miranda rasanya tidak kuat lagi menopang tubuh nya. Andai Mathew tidak memegang pinggangnya ia yakin akan jatuh kelantai tempat dimana mereka berdiri.

Entahlah, Miranda tidak tau menjelaskan nya bagaimana penampilan nya sekarang.

Seandainya nya ada cermin didepannya, ia yakin penampilan nya sudah sangat kacau akibat perbuatan Mathew.

Hingga nada musik lembut menyadarkan mereka.

"Shitt, siapa yang berani mengganggu ku ", gerutu Mathew sambil menyugar rambutnya yang acak-acakan akibat remasan tangan Miranda.

Mathew, merapikan baju Miranda dan pakaian nya sendiri.

Dengan nafas masih tersengal-sengal, Mathew me*umat bibir Miranda.

"Kita lanjutkan nanti", ucapnya menahan gairah yang ada.

Tangan Mathew mengusap lembut bibir Miranda.

Sedangkan Miranda masih terdiam mematung dan mencerna semua yang terjadi pada dirinya.

Mathew kembali ke dalam ruangannya.

Sedangkan Miranda merapikan penampilannya di balkon tempat mereka bercumbu rayu beberapa saat yang lalu.

Miranda masih berusaha menyadarkan dirinya, sesaat ia menerawang dan mencerna yang terjadi padanya dan Mathew.

Miranda sangat sadar sebelumnya mereka adalah dua orang asing, yang tidak saling mengenal sama sekali.

Lihatlah sekarang bahkan mereka berciuman, begitu intens seolah-olah sudah lama saling kenal .

Miranda memijit keningnya mencoba berpikir dan mencari solusi.

Ia yang biasanya berpikir cepat sekarang justru berpikir lamban.

"Ayo Miranda berpikir lah, temukan solusi nya...

Sebaiknya nanti aku bicarakan langsung saja dengan Mathew, masalah yang ada bukan hanya hanya melibatkan mereka berdua bahkan keluarga mereka juga terlibat.

Miranda berniat membicarakan nya nanti dengan Mathew.

Miranda masuk keruangan Mathew, wajah dan penampilannya sudah kembali normal.

Nampak Mathew sedang berbicara dengan perempuan yang ditemui diluar tadi dan juga seorang pria berpenampilan parlente yang duduk di kursi didepan meja kerja Mathew.

Miranda tidak mau mengganggu mereka yang tampak serius memperhatikan Mathew menjelaskan sesuatu, seperti nya masalah pekerjaan.

Miranda memilih duduk di sofa mewah yang cukup jauh dari keberadaan Mathew dan tamunya.

Miranda membaca majalah mode. Yang ternyata ada dirinya sendiri di majalah itu.

Miranda ingat ia pernah diwawancara oleh salah satu majalah mode terkenal di Italia. Ia tidak bisa menahan senyuman melihat dirinya sendiri.

"Dunia ini terasa sempit ya",

Suara bariton mengagetkan Miranda.

Mathew mengambil posisi duduk di samping Miranda sambil menyilangkan kaki nya.

"Sapa sangka kau pernah melakukan wawancara dengan majalah mode milik ku".

"Jadi yang mewawancarai ku berapa bulan yang lalu dari perusahaan mu?", tanya Miranda seolah tak percaya.

"Iya. Dan aku sempat berulang-ulang melihat hasil photo mu itu", Mathew menunjuk majalah yang dipegang Miranda dengan dagunya.

"Aku terkesan dengan perjuangan mu meniti karir Miranda".

"Kenapa kau tidak mau memakai nama besar orang tua mu hah?", tanya Mathew.

"Itu memang keinginan ku, aku ingin membuktikan kepada ayahku bahwa aku bisa berdiri diatas kaki ku sendiri. Itulah kenapa aku memilih negara Prancis tempat ku berkarir, agar orang-orang tidak menghubungkan ku dengan kesuksesan keluarga ku.

Mathew, tampak berpikir dengan penjelasan Miranda barusan sambil mengusap dagunya.

"Miranda benar-benar berbeda dengan Mirabel. Gadis ini begitu mandiri.

Bahkan ia mau tertatih-tatih berusaha dari bawah, padahal untuk mencapai puncak popularitas bisa saja dilakukannya secara instan seperti karir Mirabel.

Karena campur tangan Robin Anderson ayah mereka", Batin Mathew.

...***...

Hai, readers sayang...

Semoga kalian suka dengan cerita ini.

Jangan lupa like, komen, dan vote yaa 🙏