#mafia + komedi
Rachel adalah seorang perempuan berusia 21 tahun yang merupakan anak satu-satunya dari gangster penguasa jakarta yang bernama serigala hitam.
Gangster serigala hitam telah menguasai jakarta dan sekitarnya semenjak ayahnya rachel yang bernama Rehan bersama teman setianya bernama Budi merantau kejakarta pada tahun 1980.
Rehan menikah dengan Kurenai yang merupakan warga negara jepang, akan tetapi Kurenai yang merupakan seorang putri yakuza yang mencoba menghindari kekerasan dan lari ke indonesia merasa kecewa dengan pilihan Rehan untuk menjadi mafia.
Akhirnya Kurenai meninggalkan Rehan dan Rachel yang baru berumur 5 tahun, Kurenai kembali ke jepang tanpa mengucapkan salam perpisahan untuk Rachel dan Rehan.
Rehan muda berhasil membangun dan mendirikan kerajaannya dari darah dan mayat lawan-lawannya.
sampai pada suatu hari rehan dibunuh oleh saingannya.
sanggupkah Rachel membalas dendam atas kematian ayahnya?
akankah Kurenai mengakuinya?
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gugun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
upaya perdamaian
#22 Desmber 2010, Jakarta, Indonesia.
Di sebuah cafe di daerah Jakarta Selatan, disebuah cafe yang bernama Sky View. Rehan bersama Budi Budiman dan 10 orang anak buah kepercayaan Rehan terlihat duduk bersama seorang pria yang memiliki bekas luka di pipinya.
Disebelah pria yang memiliki luka codet di pipi sebelah kiri, duduk seorang pria yang rambutnya menutupi sampai ketelinganya. Pria yang mempunya luka codet itu adalah Rudi Ketua baru The Beast Sedangkan Pria berambut pirang yang rambutnya menutupi kuping adalah Sony.
Sony adalah pria yang kupingnya di potong oleh Rachel ketika sedang mengadakan jamuan di antara Serigala Hitam dengan Alex ketua The Beast pertama. Sony juga saksi kunci atas kematian Alex, saat ini dibelakang Rudi berdiri sekitar 10 orang anggota The Beast.
“Terima kasih telah datang, Rudi.” kata Rehan dengan suara tenang namun tegas. “Kita perlu menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin.”
Rudi mengangguk, meskipun matanya tetap waspada. “Aku di sini untuk mendengar apa yang kau tawarkan, Rehan. Tapi ingat, kami tidak akan membiarkan pembunuhan Alex berlalu begitu saja.”
Rehan menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, kemudian Rehan membakar cerutunya dan sesuai kebiasaan Mafia dijakarta. Rudi segera menyodorkan koreknya untuk Rehan membakar dan menghisap cerutunya.
“Aku mengerti kemarahanmu, Rudi. Tapi aku bersumpah, Serigala Hitam ataupun Putri ku tidak pernah terlibat dalam pembunuhan Alex. Kami juga kehilangan banyak dalam konflik ini, selama seminggu kita sudah saling serang dan saling bunuh karena kesalah pahaman ini.” Rehan berkata sambil mengisap kuat-kuat cerutunya dan mengehembuskan asapnya ke wajah Rudi.
Secara tidak langsung Rehan mencoba mengintimidasi Rudi dan sekaligus meyakinkannya bahwa Serigala Hitam dan Rachel putri satu-satunya Rehan tidak terlibat dan terkait dengan kematian Alex.
Rudi mengepalkan tangannya di atas meja. “Bukti-bukti menunjukkan sebaliknya. Alex ditemukan mati dengan leher digorok. Sony juga melihat seorang wanita berambut panjang keluar dari tempat cukur langganan Alex. Selain Dewi Perang dari Serigala Hitam siapa lagi yang bisa membunuh dua pengawal pribadi Alex dalam hitungan detik dan tanpa suara.”
Rehan menggelengkan kepala. “Itu bisa saja jebakan. Seseorang ingin kita saling menghancurkan. Kita harus lebih pintar dari para sutradara pembuat skenario kekacauan ini Rudi.”
“gampang saja bagi mu Rehan berkata seperti itu, karena bukan Serigala Hitam yang kehilangan pemimpin. Aku rasa jika kau mati mengenaskan seperti Alex, Putri mu yang gila perang itu langsung akan menyerang kami secara membabi buta.” Rudi berkata sambil menenggak Whisky di gelasnya.
Kemudia setelah Rudi secara tidak langsung menantang Rehan untuk melakukan konfrontasi, Rudi dengan santai mengambil sebatang rokok dan menatap Rehan dengan rokok terselip di bibir Rudi.
Rehan segera melakukan hal serupa sama seperti yang Rudi lakukan. Rehan menyalakan dan menyodorkan sebuah korek untuk membantu Rudi membakar rokoknya tersebut.
“Aku menawarkan gencatan senjata sementara. Kita bentuk tim investigasi bersama untuk mencari tahu siapa sebenarnya yang membunuh Alex. Jika terbukti Serigala Hitam bersalah, aku akan menyerahkan pelakunya padamu. Tapi jika tidak, kita harus bekerja sama untuk menghentikan musuh yang sebenarnya.” Rehan mencoba memberikan solusi untuk menurunkan tensi dalam pertemuan ini yang sudah mulai terasa tegang.
Rudi terdiam sejenak, merenungkan tawaran tersebut sambil memegang dagunya.
“Dan jika kita menemukan bahwa pihak ketiga yang terlibat, apa jaminannya bahwa kau tidak akan menyerang kami lagi?” Tanya Rudi sambil menatap lekat-lekat dua mata tua yang melekat di wajah Rehan.
“Aku memberikan kata-kataku sebagai pemimpin. Aku hanya ingin melindungi keluargaku dan memastikan masa depan yang lebih baik untuk kita semua.” Rehan berkata sabil balik menatap Rudi dengan serius.
Rudi hanya tersenyum sinis menanggapi perkataan Rehan sang GodFather dari Serigala Hitam yang legendaris yang dikagumi dan di idolakan oleh terlihat terdesak dengan permainan kata-katanya.
Setelah melihat reaksi Rudi Rehan menarik napas panjang, matanya memperhatikan Rudi dengan seksama. Dia tahu bahwa negosiasi ini berada di ujung tanduk. Tawaran gencatan senjatanya tidak akan cukup untuk memadamkan api balas dendam di hati pemimpin baru The Beast.
“Aku menghargai niatmu untuk perdamaian, Rehan,” ucapnya dengan nada sinis. “Tapi gencatan senjata tanpa jaminan? Itu hanya angan-angan kosong. Kami kehilangan pemimpin, dan kehormatan The Beast dipertaruhkan. Jika kau serius ingin berdamai, aku ingin sesuatu yang lebih nyata.” Rudi berkata sambil menghisa rokoknya dan menyemburkannya kuat-kuat.
“Katakan dengan jelas apa yang kau inginkan, Rudi?” ucap Rehan sambil menyipitkan matanya.
“Serahkan separuh wilayahmu di Bekasi kepada kami. Itu akan menjadi jaminan bahwa Serigala Hitam sungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungan.” Rudi berkata sambil tersenyum tipis, sorot matanya memancarkan hawa dingin yang tidak bersahabat.
Budi Budiman, yang sejak tadi duduk di samping Rehan dengan tenang tiba-tiba mengepalkan tangannya dan langsung berdiri dari tempatnya duduk.
“Kurang ajar! Wilayah Bekasi adalah darah dan keringat kami! Kau pikir kami akan menyerahkannya begitu saja?” Budi Budiman berkatan dennga Suara yang menggelegar di dalam ruangan, menarik perhatian semua orang.
Rudi tetap tenang, bahkan terlihat menikmati kemarahan Budi Budiman yang sudah di anggap sebagai saudara kandung oleh Rehan.
“Tenang, Tuan Budi Budiman. Aku hanya memastikan kami mendapatkan kompensasi yang pantas. Jangan lupa, Alex mati dengan leher yang digorok dan aku serta anggota The Beast yang lainnya mencurigai Rachel sebagai pelakunya berdasarkan saksi mata yang saat ini ada dihadapan mu. Kematian Alex sang Pendiri The Beast adalah harga yang tidak bisa kau bayar hanya dengan kata-kata manis.” Rudi berkata sambil tersenyum mengejek Budi Budiman.
Rehan mengangkat tangannya, meminta Budi untuk tenang. Tapi sahabatnya itu sudah terlalu marah.
“Rehan, ini sudah kelewatan. Orang ini tidak datang untuk berdamai. Dia hanya ingin menjarah apa yang kita bangun!” seru Budi Budiman dengan nada gusar.
Rudi mendekatkan tubuhnya ke meja, tatapannya tajam ke arah Rehan. “Pilihan ada padamu, Rehan. Wilayah Bekasi, atau perang? Jika kau benar-benar ingin damai, tunjukkan itikad baikmu. Atau aku akan memastikan darah mengalir di jalanan.”
Ruangan menjadi sunyi. Semua mata tertuju pada Rehan, menanti keputusannya. Rehan menghela napas, pandangannya beralih ke Budi yang wajahnya memerah karena marah, lalu kembali ke Rudi.
“Rudi!” ujar Rehan pelan tapi tegas. “Permintaanmu terlalu besar. Separuh wilayah Bekasi adalah jantung dari Serigala Hitam. Menyerahkannya sama saja dengan menyerahkan keluarga kami kepada musuh.” Ucap Rehan sambil menggelengkan kepalanya.
“Jadi kau menolak?” Rudi menyeringai, jelas dia sudah menduga jawaban itu.
Rehan mengangguk perlahan. “Aku menolak. Tapi aku masih menawarkan investigasi bersama. Ini satu-satunya cara untuk menemukan keadilan tanpa menghancurkan fondasi kita dan mencegah kehilangan lebih banyak nyawa.”
Rudi berdiri, mendorong kursinya dengan kasar. “Kalau begitu, kau telah membuat keputusanmu, Rehan. Kita bertemu di medan perang.”
Rudi berbalik dan berjalan keluar dari kafe bersama anak buahnya, meninggalkan suasana tegang di dalam ruangan.
Budi mengepalkan tinjunya, memandang Rehan dengan penuh emosi. “Kita seharusnya menghancurkan mereka di sini dan sekarang, Rehan. Mereka tidak datang untuk berdamai!”
Rehan hanya menggelengkan kepala, wajahnya terlihat lelah.
“Perang akan selalu menjadi pilihan terakhir, Budi. Tapi jika itu yang mereka inginkan, kita harus siap.” Rehan menjawab sambil menghisap cerutunya dan menatap kepergian pemimpin The Beast.
Langkah kaki Rudi menghilang di kejauhan, membawa pertanda akan datangnya konflik besar. Di malam itu, langit Jakarta Selatan terasa lebih kelam dari biasanya. Sebuah badai besar sedang menanti, dan Serigala Hitam harus bersiap menghadapi perang yang akan terjadi dengan The Beast.
aq suka2.. lanjutkan