Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33: persidangan
**Tadinya udah ngantuk, eh ada yang kasih kopi🤭🤭🤭. Gak di sangka ternyata ada yang suka juga dengan cerita ini, aku kira bakalan sepi🤭🤭.
Maaf jika ada kesamaan, dan ketidak jelasan dalam alur✌. Tentang persidangan, modalku hanya modal melihat sinetron😅😅😅. Harap maklum kalau gak nyambung😪😪**
Sudah berapa hari sejak kejadian itu, Alea masih saja terus kepikiran. Jika benar sahabat Gehna yang mencelakainya, kenapa ia begitu tega? sungguh Alea tidak habis pikir, padahal Ady menceritakan padanya jika wanita itu adalah teman baik Gehna.
Di tambah dirinya memikirkan Edgar, anak itu selalu menghindar darinya. Bahkan ketika makan pun dia tidak ikut dengan alasan pr yang masih menumpuk, Alea khawatir pada adiknya itu.
"Al," panggil Ady saat melihat istrinya yang tengah melamun.
Ady menghela nafasnya, dia memindahkan laptop dari pangkuannya dan berjalan mendekati Alea yang sedang duduk melamun di tepi tempat tidur.
"Al." panggil Ady sambil menyentuh pundak sang istri.
Alea terkejut, sontak saja di mendongakkan kepalanya.
"Sampai kapan kamu.melamun? lihat Ara, dia main sendiri. Apa kau tidak menemaninya?" tanya Ady.
Tatapan Alea terjatuh pada Ara yang sedang memainkan tangannya, tangan Alea lun terulur mengelus pipi bulat putrinya.
"Apa kau masih memikirkan Gehna?" tanya Ady.
"Iya, aku merasa bersalah. Apa sebaiknya kita serahkan saja tanda pengenal itu? aku juga sebagai saksi bukan?" ujar Alea.
Ady menghela nafasnya, dia menduduki dirinya di sebelah Alea dan menatap istrinya itu dengan lekat.
"Persidangannya di adakan siang nanti, apa kau yakin jika bukti itu sudah kuat?" tanya Ady.
Alea menggeleng, dia juga tidak yakin jika pihak kepolisian percaya padanya. Apalagi hanya dengan satu saksi, yaitu dirinya saja.
"Begini saja, aku akan memberikan barang itu pada Arga. Biar dia yang mengurusnya, jika di butuhkan saksi baru kau datang ke persidangan," ujar Ady.
"Tapi aku harus melihatnya, bisa saja teman Gehna itu mengatakan kesaksian palsu," ujar Alea.
Ady membenarkan apa yang istrinya itu pikirkan, tetapi dia juga tak bisa membiarkan Alea banyak pikiran.
Dertt!
Dertt!
"Halo," seru Ady saat ia mengangkat panggilan ponselnya.
"Ady, tersangka sudah di tetapkan. Pelayan yang memberikan Gehna minuman itu, dia menjadi tersangka utama," ujar Arga.
"Hana?" tanya Ady dengan bingung, apakah Hana juga tidak jadi tersangkanya?
Sambungan terputus, Ady kembali mencoba menelpon Arga. Namun tetap saja, tidak bisa tersambung.
"Gimana mas?" tanya Alea.
"Yang jadi tersangkanya hanya pelayan yang membuat minuman Gehna, sedangkan Hana dia tak ada di daftar tersangka," ujar Ady.
Alea semakin takut, dia segera beranjak menuju nakas. Dia mengambil dompet, ponsel serta barang yang menjadi barang bukti.
"Kamu mau ngapain?" heran Ady.
"Ke pengadilan, aku mau menyerahkan barang bukti ini. Jika pelayan itu tidak bersalah, bagaimana?" ujar Alea dan segera mempersiapkan dirinya.
Alea memakai tas selempangnya, setelah itu dia memakaikan Ara jaket dan menggendongnya.
"Jangan bercanda Alea, kau akan membawa Ara ke persidangan?" tanya Ady dengan sedikit kesal.
"DI rumah sedang tidak ada siapa-siapa, Ara harus aku titipkan ke siapa? kalau ke kak siska, pasti Shaka akan membuat Ara menangis," ujar Alea dan beranjak keluar kamar.
Ady mengacak rambutnya, keras kepala sang istri membuatnya frustasi. Ady pun segera menyambar kunci mobilnya yang ada di meja dan berlari menyusul Alea.
***
"Yang mulia, klienku yang bernama Gehna meminum sebuah jus. Setelah meminum minuman itu, selang beberapa menit dia kejang-kejang dan berakhir tak sadarkan diri. Hasil pemeriksaan, di temukan sebuah racun di dalam aliran darahnya," ujar pengacara Li.
Tampak hakim menuliskan sesuatu, hingga dia menyuruh tersangka untuk menjelaskan.
"Saya hanya membuat pesanan saja pak, selebihnya pelayan lain yang memberikannya pada korban," ujar tersangka dengan takut.
"Yang mulia, izinkan saya untuk bertanya pada tersangka," pinta pengacara Li.
"Izin di berikan," sahut sang hakim.
Pengacara Li mendekati tersangka, dia menatap tersangka dengan pandangan serius.
"Saudari Lena, siapakah yang mengantar pesanan korban ke mejanya?" tanya pengacara Li.
"Itu temanku, tapi dia sudah keluar dua hari yang lalu," ujar tersangka bernama Lena.
"Keluar? begitu tiba-tiba?" tanya pengacara Li.
Lena hanya mengangguk, dia tidak bersalah. Dia hanya menjadi tersangka, bukan pelaku. Bahkan temannya yang lain tak percaya jika dia melakukan hal tersebut.
"Yang mulia, bisakah saya memanggil teman korban untuk menjelaskan?" izin pengacara Li.
"Di izinkan," sahut Hakim.
Tampak Hana memilin tangannya, dia duduk di depan hakim dan pengacara Li yang berdiri di sebelahnya.
"Saudari Hana, bukankah kau yang mengajak korban untuk makan di resto itu?" tanya pengacara Li.
"Benar, aku yang mengajaknya. Tapi aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, saat itu aku ke kamar mandi dan saat aku kembali ke meja tak lama Kemudian Gehna mengalami kejang," terang Hana tanpa di minta.
"Kenapa anda takut sekali? saya hanya bertanya apa kau mengajaknya?" heran pengacara Li.
Pengacara Li merupakan pengacara keluarga Dominic, Ady telah menjelaskan semuanya dan kini pengacara Li ingin menjebak Hana yang tampak ketakutan.
"Yang mulia, bukankah sahabat korban harus juga menjadi tersangka?" tanya pengacara Li.
"Apa alasan yang kau pikirkan mengenainya pengacara?" tanya Hakim.
Pengacara Li mengangguk, dia mengeluarkan flashdisk dari dalam sakunya. Setelahnya dia menyerahkan, flashdisk itu kepada Hakim.
Layar lebar pun di siarkan, tampak disana Hana ke kamar mandi dengan gelagat menunggu seseorang.
"YAng mulia! itu adalah pelayan yang mengantar minuman ke meja korban," seru Lena.
"Saudari Lena, anda belum di izinkan berbicara," tegur pengacara Li.
Lena menutup mulutnya, dia kembali melihat layar itu.
"Berdasarkan bukti yang ada ... Disini kami menyimpulkan jika saudari Hana menjadi tersangka utama," tegas Hakim.
"Izin berbicara yang mulia," ujar Hana.
"Izin diberikan,"
"Bukan saya yang meracuninya yang mulia, saya hanya pergi ke kamar mandi. Saya juga tidak mengenal pelayan itu," ujar Hana membela dirinya.
Terdengar suara pintu sidang yang terbuka, di sana muncullah Ady dan Alea yang memasuki ruang sidang dengan tergesa-gesa.
"Kalian tidak boleh masuk saat sidang berlangsung," ujar penjaga yang berhasil menahan Alea dan Ady.
Arga yang melihat kedatangan Ady segera berdiri dari duduknya, dia berbisik pada penjaga itu. Sehingga Ady dan Alea di izinkan untuk masuk.
"Tolong kau suruh teman adikmu berbicara, istriku ingin mendengarnya," ujar Ady.
Arga mengangguk, dia mendekati pengacaranya dan membisikkan sesuatu. Pengacara Li pun membuat Hana angkat bicara.
"Nona, bisakah anda mengucapkan beberapa kata," bisik pengacara Li.
"Untuk apa?" tanya Hana.
Alea berdiri tepat di belakang Hana, sehingga suara Hana sangat di dengar olehnya.
"Yang mulia, klien saya izin memasukkan satu orang sebagai saksi dalam kasus ini," seru pengacara Li.
"Izin di berikan,"
Terlihat wajah Hana terkejut, Alea pun berjalan santai dan mendekati pengacara Li sambil memberikan kartu tanda pengenal itu.
"Yang mulia, saksi memberikan saya sebuah benda yang dapat di jadikan barang bukti," ujar pengacara Li dan menyerahkan bukti itu.
"Saudari Alea, bisa anda jelaskan kronologi yang terjadi?" tanya pengacara Li.
Alea mengangguk, dia berjalan maju hingga berdiri di sebelah Hana. Saat Alea akan berucap, bunyi gebrakan meja terdengar sangat jelas. Beruntung Ara berada di gendongan Ady, sehingga bayi itu tidak terkejut.
BRAK!
"BUKAN! BUKAN AKU! AKU TIDAK MERACUNINYA, DIA MEMINUM RACUN ITU! KENAPA HARUS AKU YANG DI SALAHKAN?!"
Semua orang tampak terkejut, bahkan hakim juga. Mereka mengarahkan tatapannya pada Hana yang tengah mengatur nafasnya.
"Yang mulia, saya mendengar jika wanita di belakang saya telah merencanakan kejahatan pada Gehna. Dia menyuruh seseorang untuk memasukkan obat kedalam minumannya, saya tahu Karena saat itu saya berada di salah satu bilik toilet. Anda bisa lihat jelas di rekaman CCTV jika saya masuk ke dalam toilet sebelum dia masuk," terang Alea.
BRAK!
Apa tuh? besok lagi yah, kita bocan dulu biar sahur gak ngantuk. Bye-bye😘