Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Belas
Ana menyeret kopernya menuju ruang tunggu. Hanya satu tas koper berisi pakaian kerja yang dia bawa. Tak ingin nanti saat mengambil pakaian di rumah ayahnya, akan ada drama lagi. Beruntung tabungannya kembali setelah dia meminta uang yang terlanjur di setor buat penyewaan pelaminan dan tenda.
Saat sedang termenung, Ana mendengar ponselnya berdering. Dia lalu mengambilnya dari dalam tas. Terlihat ada pesan masuk dari Erik. Dia membukanya. Entah di mana pria itu, sehingga bisa mengirim pesan.
"Ana, dari lubuk hatiku terdalam, aku mohon maaf. Mungkin kata maaf ini tak cukup untuk mengobati luka hati yang aku torehkan, tapi sebenarnya aku tak pernah bermaksud menyakiti hatimu. Aku merindukan setiap momen yang kita habiskan bersama. Aku merindukan sentuhanmu, tapi menyakitkan karena aku tidak bisa bersamamu, karena akulah penyebab rasa sakit mu. Aku benar-benar minta maaf."
Pesan pertama dari Erik. Ternyata itu terkirim dua jam yang lalu. Dan dibawahnya, ada pesan lain.
"Sayang, aku telah mengkhianati kepercayaanmu, aku tidak berhak bertanya padamu tentang sesuatu, tapi aku ingin mengatakan bahwa cintaku padamu akan hidup selamanya. Aku mohon, maafkan aku. Jika aku tau apa yang aku lakukan ini salah, aku tidak akan melakukannya. Tolong maafkan aku, Ana. Hubungan kita adalah perjalanan pasang surut dan aku seharusnya memegang erat dirimu di setiap tantangan yang kita hadapi. Maaf aku tidak melakukannya, aku justru meninggalkan kamu. Sekarang aku menyesal. Baru aku sadari kau sungguh berarti bagiku. Doaku, semoga Tuhan selalu memberikan kebahagiaan untukmu."
Ana tertawa dengan suara sangat pelan, takut ada yang salah sangka jika melihatnya tertawa sendiri. Dia sebenarnya menertawai kebodohannya selama ini. Dia yang selalu terbuai dengan ucapan manis pria itu.
Diakui memang dia sangat bucin sehingga tak tahu jika Erik telah lama bermain dibelakangnya. Pria itu selalu bertutur kata lembut, sehingga Ana terbuai dan tak mengira akan di terkamnya. Dia kembali melihat pesan yang Erik kirim ke gawai miliknya.
"Aku minta maaf untuk segala-galanya. Maaf karena membuat kamu menangis. Maaf karena membuat kamu kecewa dan sedih. Maafin aku. Aku sayang kamu. Aku berharap aku dapat memutar kembali waktu ke hari ketika kamu pertama kali masuk ke hidupku, ke semua saat bahagia yang kita alami, dan ke hal-hal yang telah berubah menjadi lebih baik. Namun, itu tak mungkin terjadi. Dan aku hanya bisa menyesali apa yang aku lakukan. Tapi perlu kamu tau, aku masih mencintaimu, kemarin, saat ini dan mungkin selamanya. I Love You, Ana."
Kembali Ana tersenyum membaca pesan dari mantan kekasihnya itu. Tak ada satu katapun yang dia percaya, baginya jika cinta, tak akan ada pengkhianat.
Ana berniat untuk mengganti nomor ponselnya. Sebelum itu dia mengirim balasan untuk sang mantan kekasihnya.
"Mas Erik, walau waktu dapat berputar kembali, aku tak ingin kembali lagi padamu. Bahkan jika kamu kembali dengan versi terbaik pun, aku tak akan kembali denganmu. Sebab luka yang kau tancapkan menjadi trauma yang sangat mendalam."
Ana tak lupa mengirim pesan untuk adiknya Ayu. Itu semua agar sang adik ingat akan kewajibannya.
"Jangan lupa kirimkan uang penjualan motor jika tak mau aku perkarakan dan penjarakan! Setelah lunas, aku akan mengirimkan BPKB nya. Nomor rekening aku kirimkan sekalian. Jangan coba-coba melupakan hutangmu!"
Ana langsung mematikan gawainya setelah mengirim pesan. Dia telah membeli nomor baru. Dia ingin memulai hidup baru tanpa keluarga dan kekasih. Mungkin awalnya akan terasa begitu berat, tapi dia yakin akan mampu menjalani. Bukankah selama ini dia juga menghadapi semua tantangan hidup seorang diri.
Sementara itu di kediamannya Ayu, tamu undangan sudah sepi dan hanya tersisa tetangga dekat. Ayu masuk ke kamar. Tubuhnya terasa sangat lelah. Mungkin juga karena kehamilannya.
Erik sengaja menjauh dari istrinya, tak ikut masuk ke kamar. Dia duduk di bawah pohon samping rumah. Membuka gawainya dan menunggu balasan dari Ana. Saat melihat ada pesan dari gadis itu, dia segera membukanya.
Raut wajah Erik tampak kecewa setelah membaca pesan dari Ana. Dia lalu menekan tombol telepon, mencoba menghubungi Ana. Namun, tak aktif. Pria itu lalu menarik napas dalam.
Erik tak menyadari jika Ayu berada di belakangnya. Wanita itu dapat membaca siapa nama yang sedang suaminya hubungi. Tangannya terkepal menahan amarah. Dia lalu berjalan ke depan menghadap sang suami.
"Untuk apa kau masih menghubunginya? Apa kau ingin memintanya kembali? Ingat Mas, aku saat ini telah menjadi istrimu yang sah!" seru Ayu dengan penuh penekanan, agar pria itu sadar jika mereka telah menikah.
"Aku hanya ingin meminta maaf," jawab Erik.
"Bukankah sudah sering kata maaf kau ucapkan?" tanya Ayu dengan suara ketus.
"Ayu, cobalah mengerti posisi aku dan Ana. Kami berhubungan bukan sebentar. Empat tahun. Bukan hal mudah untuk melupakan begitu saja!"
"Kenapa saat kita berhubungan badan kau tak ingat jika memiliki kekasih dan tak ingat dengan hubunganmu yang empat tahun itu?"
Erik menarik napas dalam. Beberapa dia lakukan dan membuangnya perlahan. Menarik rambutnya frustasi. Baru dia menyadari semua kesalahannya dan sangat menyesali.
"Aku khilaf ...!"
"Khilaf katamu? Kau melakukan berulang kali denganku. Kau juga melakukan dengan kesadaran penuh, kenapa sekarang baru kau katakan jika itu khilaf? Apa kau juga menyesali pernikahan ini? Aku pusing mikirin bagaimana cara mengembalikan uang motor Kak Ana, kau malah sedang memikirkannya dengan senang hati tanpa mau tau kesulitanku!"
"Aku sudah melarang mu untuk menjualnya. Kenapa sekarang jadi aku yang disalahkan? Dari awal aku katakan, adakan pesta sesuai keuangan saja. Kenapa harus mewah-mewah," ucap Erik dengan suara datar tanpa rasa bersalah.
"Kau juga harus memikirkan cara mengembalikan uangnya. Bukankah pesta ini juga kewajiban pihak pria! Aku capek, mau istirahat. Jangan lupa carikan uang buat pengganti motor Ana," seru Ayu.
Setelah mengucapkan itu dia lalu berjalan meninggalkan suaminya seorang diri. Setelah kepergian Ayu, pria itu tampak mengusap wajahnya dengan kasar. Kembali menarik rambutnya dengan frustasi. Baru saja menikah, seharusnya sedang mesra-mesranya justru dia dan Ayu bertengkar.
"Mau di bawa kemana hubungan ini, baru satu hari menikah saja dia sudah cari ribut," ucap Erik dalam hatinya.
Kawin..... kawin.... kawin.... kawin...