Mayang terpaksa harus menikah dengan Randi. Ia di jodohkan oleh ibu tiri nya pada pria arogan dan tempramen itu, demi bisa melunasi hutang kakak tiri nya bernama Sonya pada Randi.
Mayang menempati rumah orang tua Randi dan satu rumah dengan mertua juga kakak ipar nya yang sudah menikah.
Selama ini Mayang selalu di perlakukan semena-mena oleh suami dan keluarga suaminya. Kecuali Rion yang merupakan suami Lia, kakak ipar Randi.
"Mayang, kenapa kamu tidur di teras? Ayo masuk, disini dingin. Apa Randi yang melakukan ini?" ajak Rion, yang baru pulang dari bekerja. Ia terkejut melihat Mayang yang tidur meringkuk diatas lantai teras.
Mayang yang kaget mendengar suara bariton milik kakak iparnya langsung duduk dan menunduk malu. "Nggak papa mas! Aku takut mas Randi akan memarahiku, jika aku memaksa masuk dan tidur di dalam."
"Keterlaluan sekali Randi, bisa-bisa nya menyuruh istrinya tidur di luar, padahal di luar hujan deras." Rion menggertakkan rahangnya hingga menegas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Sesampainya di Peninsula, Rion langsung menuju ke ruangan Presdir yaitu Lutfi. Ia membuka pintu kaca ruangan Lutfi tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
"Ahs sial!" umpat Rion ketika tak sengaja melihat Lutfi tengah mengungkung seorang wanita berusia sekitar 20 an di sofa ruangannya.
"Hei! Keluar kau!" bentak Lutfi seraya bangkit dari atas tubuh wanita belia itu. Mereka berdua pun sama terkejutnya dengan Rion.
Rion langsung keluar dan menutup pintu ruangan sang kakak.
"Kenapa tidak di kunci sih, menodai mataku saja." umpat Rion ketika sudah berada di luar ruangan.
Ia mendekati meja sekertaris Rebecca. "Kenapa tidak memberitahuku jika Abang sedang bersama wanita?" ucap Rion tiba-tiba hingga membuat Rebecca yang sedang menyeruput kopi merasa terkejut dan membuatnya tersedak.
Uhuk
Uhuk
Uhuk
"Haiis! Kau ini, minum itu pelan-pelan, tidak ada yang minta minumanmu." ucap Rion sambil menepuk-nepuk punggung Rebecca.
Rebecca mengelap tumpahan kopi di dagu dan pakaiannya dengan tissue. "Tuan mengagetkan saya!" jawab Rebecca kesal. Bibirnya mengerucut sambil mengelap blazer nya yang basah karena kopi.
"Maaf! Aku hanya kesal, kenapa kamu tidak memberitahuku jika Abang ku sedang bersama wanita?"
"Anda yang datang tiba-tiba langsung membuka pintu ruangan tuan Lutfi." Rebecca berusaha membela diri.
"Ck! Menyebalkan sekali." Rion berdecak kesal ketika melihat Lutfi dan seorang wanita berusia 20an keluar dari ruangan Lutfi.
"Dasar pedofil." umpat Rion. Ia heran, mengapa kakaknya yang sudah berumur malah berkencan dengan wanita belia. Padahal wanita dewasa banyak yang masih single.
"Permisi om!" pamit wanita itu pada Rion dengan senyum manis dan menunduk sopan.
Rion hanya diam tak menanggapi wanita itu, ia merasa terperangah mendengar panggilan 'Om' dari wanita itu.
"Om!" cicitnya pelan.
"Jika memanggilku saja Om, lalu dia memanggil Abang siapa? Kakek?" ucap Rion pada Lutfi ketika wanita itu sudah masuk ke dalam lift.
"Apa yang kau lihat tadi, tidak seperti yang kau pikirkan Ri."
"Sudah ayo masuk." ajak Lutfi, yang lebih dulu masuk ke dalam ruangannya. Rion mengekori Lutfi dari belakang. Dan ketika sampai di dalam, mereka duduk di sofa.
Rion menyerahkan berkas yang ia bawa dan meletakkan diatas meja. "Ini laporan yang Abang minta."
Lutfi langsung mengambil laporan yang Rion berikan. Membaca dengan seksama dan membolak balik berkas di tangannya.
"Kenapa anggarannya bisa melebihi apa yang sudah di tetapkan?" tanya Lutfi dengan tatapan mengintimidasi.
Rion meneguk liurnya dengan susah payah. "I-itu ka-rena truk material yang mengangkut material ke lokasi pembangunan mengalami kecelakaan bang, jadi mau tidak mau harus mengeluarkan uang lagi untuk membeli material baru."
Lutfi mengangguk paham, kemudian kembali membaca laporan lainya. Rion merasa seperti sedang melakukan sidang skripsi bersama dosen killer.
Membuang nafas saja rasanya sangat takut. Meskipun ia dan Lutfi cukup akrab, namun jika sedang mode kerja Lutfi benar benar seperti orang asing baginya.
"Baiklah, semuanya sudah sesuai. Kau boleh pergi." Lutfi langsung berdiri dan berjalan menuju tempat duduk di belakang meja kerjanya.
"Bang, a-ada yang ingin aku katakan." ucap Rion terbata. Karena ia merasa gugup berhadapan dengan Lutfi, meskipun ia tau Lutfi menyayanginya. Tapi Lutfi lebih galak dari papanya Doni.
Lutfi memicingkan matanya menatap Rion. "Ada apa?" tanya nya dengan suara berat.
Rion menatap Lutfi sesaat, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tidak jadi, ya sudah aku pergi." ucapnya kemudian berdiri.
Lutfi sangat mengenal adiknya. Ia tau jika adiknya pasti telah melakukan sebuah kesalahan. "Kesalahan apa yang telah kau lakukan?" tanyanya.
Rion yang akan membuka pintu mendadak membeku. Dengan kaku ia membalikkan badannya.
Menatap Lutfi secara intens sebelum mengatakan hal yang mengganjal di hatinya. Rion berjalan dan kembali duduk di sofa.
Meraup wajahnya kasar dan kembali menatap Lutfi. "Bang, bagaimana jika aku menghamili Mayang?" ucapnya kemudian. Ia terus memikirkan ucapan dokter yang mengatakan jika dirinya mengalami kehamilan simpatik.
ketika di Jogja, Rion sempat memeriksakan kondisinya di rumah sakit, karena merasa ada yang tidak beres dengan dirinya.
Lutfi tercengang dan syok, diam selama beberapa menit. Kemudian berdehem untuk menetralkan rasa terkejutnya.
"Ehem!" ia berjalan mendekati Rion dan duduk kembali di sofa.
"Jika sampai itu terjadi, aku akan menggantung mu di depan kantor firma mu."" jawab Lutfi santai, sambil menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangannya diatas dada.
kenapa harus Buta 🤔🤔🤔
Rion
apa othor ya yg ......