Ini Kisah Anak Loli
Lita kini yatim piatu, ibunya meninggal dunia saat melahirkannya sementara ayah biologisnya hingga detik ini dirinya tidak tahu.
Kakek Neneknya juga telah meninggal dunia karena kecelakaan di hari perpisahan sekolah Lita di bangku SMP, harta warisan milik keluarganya habis tak bersisa untuk membayar hutang Kakek Nenek.
Dan akhirnya Lita menikah dengan seorang pria yang begitu meratukan dirinya dan membuatnya bahagia, namun ternyata semua kebahagiaan itu hanya sebentar.
Ikuti ceritanya yuk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Air mata Leon mulai menggenang di pelupuk matanya, lagi-lagi Lita di buat terdiam oleh ucapan putra sulungnya. Dirinya tak tahu harus bagaimana menjelaskan, pada kedua putranya.
"Papa masih sayang sama kalian berdua, tapi karena sebuah alasan jadi Papa gak bisa tinggal disini lagi sama kita" ucap Lita dengan lembut lalu memaksakan bibirnya untuk tetap tersenyum
"Nanti saat kalian dewasa, kalian akan mengerti mengapa Papa gak bisa tinggal disini bersama kita. Leon, Daniel. Kalian ngerti kan maksud Mama?" lanjut Lita menatap kedua putranya secara bergantian
Leon pun menjawab mengerti maksud sang mama, begitu pun dengan Daniel yang ikut mengangguk. Lalu Daniel bercerita Kak Nico mengatakan kalau mereka tak punya Papa, karena Papa tak pernah datang menemui mereka.
"Kak Nico salah, meski pun Papa gak pernah datang kesini. Tapi Leon dan Daniel punya Papa, Papa kalian kan Papa Doni" sahut Lita dengan lembut
Leon dan Daniel terdiam, Lita tersenyum kemudian membelai pucuk kepala kedua putranya dengan penuh kasih sayang, Lita pun meminta keduanya untuk tidak memikirkan apa-apa.
Lalu Lita memerintah kedua putranya untuk segera tidur karena malam sudah mulai larut, jika keduanya bangun kesiangan akan Lita tinggalkan berangkat kerja, canda Lita.
Leon dan Daniel mengangguk lalu segera merebahkan tubuh di samping sang mama, Lita mengingatkan keduanya untuk berdoa sebelum tidur agar bisa tidur nyenyak dan mimpi indah.
"Semoga dalam mimpi kalian bertemu Papa, untuk mengobati rasa rindu kalian" ucap Lita kembali membelai pucuk kepala kedua putranya secara bergantian
Leon dan Daniel menurut, keduanya langsung membaca doa sebelum tidur. Setelah kedua putranya tertidur Lita menangis seorang diri, hatinya sakit saat mengingat Doni.
Namun Lita tak ada pilihan lain, dirinya tak bisa egois. Dirinya harus memikirkan kebahagiaan Leon dan Daniel, meski pun dirinya membenci Doni tapi dirinya tak akan menghalangi kedua putranya untuk bertemu Papa mereka.
Keesokan harinya Ambu datang ke kontrakan Lita pagi-pagi sekali, bahkan Leon dan Daniel saja belum bangun karena hari masih gelap serta adzan subuh pun belum berkumandang.
"Ambu, ada apa kok tumben pagi-pagi datang kesini?" tanya Lita penasaran bercampur khawatir
"Begini, Lit. Niatnya kan hari ini Abah, Ambu dan Aisyah akan pergi menemui WO. Tapi tiba-tiba Abah tak enak badan, jadi otomatis Ambu menemani Abah di rumah"
Ambu menjelaskan dengan wajah panik, Lita mengangguk dirinya baru saja kemarin mendengar jika Aisyah akan melanjutkan ta'aruf nya dengan Zain ke jenjang yang lebih serius.
"Kira-kira kalau kamu menemani Aisyah bagaimana? Bukan maksud Ambu ingin melukai hatimu, Ambu tak tahu harus minta tolong sama siapa lagi"
Ambu melanjutkan ucapannya dengan wajah sedih namun tatapannya sedikit memohon, Lita terdiam berpikir sejenak lalu bertanya bagaimana pekerjaannya dan anak-anaknya.
"Kamu tak usah pikirkan pekerjaan hari ini, kamu tak usah bekerja. Kalau untuk Leon dan Daniel, biarkan mereka tinggal bersama Ambu. Mereka kan anak-anak yang pintar jadi Ambu bisa menjaga mereka sembari merawat Abah, kamu mau kan Lit menemani Aisyah? Kasihan dia, minim tentang persiapan pernikahan"
Jelas Ambu dengan tatapan memohon dan penuh harap pada Lita, Lita menarik napas dalam-dalam kemudian akhirnya mengangguk lalu Lita bertanya berangkat jam berapa agar dirinya bisa siap-siap.
Bibir Ambu melengkung ke atas membentuk sebuah senyuman yang sempurna, Ambu pun mengatakan berangkat pukul 08.00 pagi dan memberitahu sebenarnya lokasinya dari sini tak terlalu jauh.
Hanya saja karena Aisyah belum paham, jadi Aisyah merasa canggung dan meminta tolong pada teman-teman. Semuanya pada sibuk dengan urusan masing-masing, sehingga tak ada bisa menolong.
"Ya sudah Ambu, setelah anak-anak bangun kami kesana" jawab Lita dengan santai karena mengerti keadaan Aisyah
Namun dengan cepat Ambu menyahuti kalau Lita sudah siap bersama anak-anak minta di kabari melalui telepon, agar nanti mereka di jemput oleh Kang Asep mengunakan mobil.
Karena tak mau anak-anak sampai kelelahan gara-gara jalan kaki, tapi di tanggapi Lita dengan kekehan kecil mengatakan tak apa mereka jalan kaki. Hanya dekat sini, anggap sedang olahraga.
"Ya sudah kalau begitu, Ambu pulang dulu ya. Maaf sudah merepotkan kamu"
Ambu berpamitan lalu membalikkan badan untuk melangkah pergi, namun baru beberapa langkah Ambu berbalik menghadap Lita lalu meminta Lita untuk tidak usah masak pagi ini.
Dan untuk sarapan di rumahnya saja, Lita mengangguk sembari tersenyum lembut. Setelah Ambu tak terlihat dari pandangannya lagi, Lita masuk ke dalam rumah dan kembali ke dapur.
Kemudian Lita memasukan kembali brokoli dan wortel yang hendak di masaknya tadi, rencananya tadi Lita ingin memasak sayur capcay namun karena Ambu datang dirinya menunda acara masaknya.
Syukurnya dirinya belum masak tadi, karena Ambu meminta dirinya dan anak-anak sarapan di rumahnya. Sembari menunggu anak-anaknya bangun, Lita membersihkan kontrakannya.
Tak lama terdengar adzan subuh berkumandang, Lita segera mengerjakan kewajibannya sebagai umat muslim. Setelah itu, Lita kembali melanjutkan menyapu dalam hingga ke halaman luar.
Kebetulan Leon sudah bangun pas adzan subuh tadi bahkan ikut Lita sholat juga, dan sekarang Leon memilih bermain di teras seorang diri. Tiba-tiba ada tetangga Lita, menyapa Lita.
"Rajinnya pagi-pagi sudah nyapu" tegur Bu Retno
Lita mengangguk dengan senyum yang ramah, dengan jiwa kepo-nya Bu Retno pun bertanya kenapa pagi-pagi Ambu sudah ke kontrakan. Nganterin sarapan kah?.
"Bukan kok, Bu. Ambu kesini meminta aku buat nemeni Teteh nanti" jawab Lita jujur
"Mau temani kemana? Biasanya wara-wiri kesana-sini sendirian" tanya Bu Retno penasaran
"Mau belanja, kebetulan Abah lagi gak enak badan jadi Teteh di suruh belanja dan aku yang di suruh menemani"
Lita terpaksa berbohong, dirinya melakukan itu sesuai permintaan keluarga Ambu yang tak ingin kabar tentang pernikahan Aisyah tersebar luas, mendengar itu Bu Retno mengangguk.
"Ohh mau belanja, saya pikir nganterin makanan soalnya pagi-pagi sekali sudah datang ke kontrakanmu" sahut Bu Retno
"Bukan kok, Bu"
Kemudian Bu Retno mulai menggosip simpang siur mendengar kabar kalau Aisyah mau menikah, dengan kepo bertanya siapa calon Aisyah dan kok ada yang mau dengan perawan tua itu.
Atau jangan-jangan yang mau dengan Aisyah itu duda, mendengar itu Lita langsung mengucap istigfar dan menyanggah kalau Aisyah bukan perawan tua karena usia baru 30 tahun.
"30 tahun itu udah tua kali, Lita. Kamu aja yang masih muda udah nikah dan udah punya anak dua, ehh udah jadi janda deh malahan" tutur Bu Retno