Benar kata peribahasa.
Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.
Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Kamu Nggak Mandul.
Grep!
Bruukkk
Seorang pria menahan tubuh Doni, namun terlambat pisau sudah menusuukkk perut Shanum.
"Shhhh, Ibuuuu..." Shanum meraba pisau yang tertanncaap di perutnya, darah merah melumuri tangannya.
Satu orang pria lagi datang, gegas dia memeriksa perut Shanum yang tertusuuk.
"Nona, bertahanlah. Saya akan bawa Nona ke rumah sakit!" Pria yang tak lain adalah penjaga yang dikirim oleh Pak Agam itu mengangkat tubuh Shanum.
"Amankan pisau untuk bukti!" titah pria yang membawa Shanum.
"Baik."
Kericuhan terjadi di dalam rumah, Doni melawan namun dapat dikalahkan kemudian pria itu digelandang ke kantor polisi. Bibik rumah dibawa sebagai saksi, dia juga yang berteriak meminta tolong keluar rumah dan para penjaga yang melindungi Shanum langsung berhamburan masuk.
.
.
.
Pak Agam langsung ke rumah sakit membawa Bu Arum saat mendapatkan informasi, sementara Ahmad masih di perusahaan dan belum di beritahu.
"Sabar, Rum. Anak kita gapapa, dia kuat. Doni sudah ditangkap, semua bukti-bukti akan memberatkan nya. Kalau dia curang... aku yang akan menghancurkan nya."
Bu Arum hanya terus menangis sambil berdoa, tak lama Dokter yang menangani luka tusuuk di perut Shanum keluar dari ruang operasi.
"Pasien mengalami luka sobek di perut, untung saja tuuskaan tidak terlalu dalam. Pasien bisa sembuh dalam waktu 5-7minggu, hanya butuh perawatan intensif."
"Terimakasih Dokter."
"Maaf, apa pasien beberapa waktu ini mengalami keguguran?"
"Keguguran?" Bu Arum terhenyak.
"Iya, Dok. Putri saya beberapa bulan lalu, mengalami keguguran." Pak Agam Yang menjawab.
"Baik, saya akan lebih memperhatikan keadaan pasien."
"Mas!" Bu Arum menangis dalam pelukan Pak Agam.
"Nanti saya ceritakan Rum, maaf saya menyembunyikan semuanya. Saya hanya takut kamu syok, untuk saat ini kita fokus pada kesembuhan Shanum dan mengadili Doni."
Tap Tap Tap
"Bagaimana kondisi Shanum, besan." Mama Reina datang tergesa-gesa, saat pernikahan Bu Arum dan Pak Agam Mama Reina pun datang jadi dia sudah mengenal Pak Agam.
"Besan, putriku. Shanum, dia..."
"Maafkan saya, Bu Arum. Saya melakukan nya demi Shanum, saya ingin melindunginya."
Kemudian Mama Reina menceritakan tentang penyakit mental Doni, dia pun menangis tersedu-sedu karena tidak berhasil melindungi menantunya.
"Sejak awal saya melarang Shanum menikah dengan anak saya, pernah saya menjadi calon mertua jahat dengan memberikan Shanum uang banyak agar berhenti berhubungan dengan Doni dan nggak menikah dengan anak saya. Tapi, Shanum bilang Doni adalah lelaki baik dan sangat mencintai dia. Saya pun menyerah, saya berusaha menghalangi Shanum agar tak hamil tapi ternyata Shanum hamil juga dan saat Doni tahu... dia memuukuli Shanum hingga keguguran."
"Ya Allah, Shanum. Maafin Ibu, Nak..."
"Maaf Bu Reina, bisa saya meminta tolong jika Ibu benar-benar menyesal karena tidak bisa melindungi menantu Anda."
"Silahkan bicara, Pak Agam."
"Sebenarnya selama beberapa minggu ini saya sedang menyerang perusahaan Doni dan berhasil, tetapi saya masih melihat kebaikan Anda pada Shanum. Saya akan memberi pilihan pada Anda, sebaiknya Anda memikirkan dengan bijak."
"Pilihan apa, Pak?"
"Saya tidak akan menghancurkan perusahaan milik Doni karena itu pun perusahaan milik Anda, tapi... saya minta Anda tarik kuasa perusahaan dari Doni. Saya ingin Doni tak punya lagi kekuasaan pada uang perusahaan, bahkan uang pribadinya saya ingin Anda memblokir nya. Saya ingin Doni mempertanggung jawabkan perbuatan jahatnya dengan mendekam di penjara. Jangan ada bantuan untuknya, termasuk dari Anda."
Mama Reina belum mengiyakan.
"Jika Anda membiarkan Doni terbebas dari tuntutan, saya tidak segan-segan akan menghancurkan perusahaan Anda. Bagi saya... Shanum juga adalah putri kandung saya dan saya akan melakukan apapun demi putri saya."
"Saya akan memikirkan nya, Pak Agam."
"Baiklah, untuk saat ini sebaiknya kita fokus untuk menyemangati Shanum."
Tak lama, Shanum sudah dipindahkan ke ruang rawat VVIP, wajahnya begitu pucat.
Proses hukum tetap dijalankan, Doni berada di kantor polisi masih dalam tahap penyidikan.
Ahmad datang ke kantor polisi, meminta bertemu dengan Doni dan ditemani oleh Izy.
"Bedebahhhh kamu Doni! Kamu berani nyakitin adikku!!" Ahmad menarik kasar pakaian Doni, petugas melerai menarik tubuh Ahmad.
Kedua tangan Doni terborgol, pria itu sangat marah karena di tangkap. "Adikmu selingkuh dariku, brengseek! Dia seorang pelacuuuur siaaalaan...! Sudah untung aku masih terima dia setelah hamil anak pria lain! Tapi, dia berbuat ulah lagi! Dia masih saja selingkuh!"
"Tarik tuduhan mu, bajingaan! Shanum adalah wanita sholeh! Sejak kecil, dia tak pernah melawan Ibu seperti kami kakak-kakaknya...! Bagaimana dia akan selingkuh dan melanggar syariat agama!"
"Persetan dengan agama! Dia memang menutup kepalanya dengan jilbab tapi kelakuannya mirip perempuan muraahan! Dia hamil bukan anakku...!"
Dugh
"Tutup mulutmu...!!!" Ahmad menendang kursi di ruangan.
"Mas... udah Mas." Izy menenangkan kakak tirinya.
"Hahahahaha! Bawa istriku kesini! Aku akan memberinya hukuman lagi!" Doni seakan tidak takut para penjaga mendengar ucapannya, dia sudah terbiasa memakai uang untuk kebebasan.
Tak Tak Tak
Seseorang masuk, semua orang menoleh.
"Mama! Mah! Cepat keluarin Doni dari sini Mah! Dimana pengacara? Katakan padanya... bawa uang jaminan seperti biasa! Dengan nominal yang besar, mereka akan segera melepaskan ku dari sini!"
"Baca itu!" Mama Reina malah melempar sebuah map berisi tentang kesuburan sel sperma Doni, tentang fakta sebenarnya jika Doni tidak mandul.
"Apa ini?" Doni membuka map dan mulai membaca, dia melempar isi map ke atas meja. "Apa maksudnya ini?!"
"Artinya, kamu nggak mandul Nak. Kamu sehat, kamu bisa punya anak. Mama lah yang sudah memalsukan tes kesuburan kamu dari Dokter, Shanum... istrimu mengandung anakmu sebelum akhirnya dia keguguran karena kau sikssa!"
"Apa? Enggak! Itu nggak mungkin! Dia selingkuh dariku!"
"Bagaimana dia bisa selingkuh, kamu mengawasi nya setiap waktu! Saat kamu diluar rumah... hampir setiap hari Shanum berada di dalam rumah! Dengan siapa dia bisa selingkuh?!"
"Mungkin ada laki-laki yang menyelinap ke dalam rumah dan menghindari titik Cctv yang terpasang! Ah....!! Aku ingat! Orang yang menahan tubuhku dan orang yang membawa Shanum pergi dari rumah tadi malam adalah laki-laki! Siapa mereka? Mungkin salah satu dari mereka selingkuhan Shanum!"
PLAK
Mama Reina tak sanggup lagi mendengar tuduhan buruk pada menantunya, ia menampar anaknya.
"Shanum menantuku yang baik, dia perempuan Sholehah yang selalu berbakti padamu! Mama lah yang salah! Tanpa Shanum tahu, Mama kasih dia pil KB! Sejak kalian menikah, Mama nggak ingin kamu punya anak!"
"Kenapa? Kenapa Mama melakukan nya?"
"Karena kamu punya penyakit mental, Doni. Sakit mu sudah tak bisa diobati, itu semua karena mau mu. Dulu, Mama sering membawamu ke psikiater... tapi kamu selalu sembunyi-sembunyi dari Mama membuang obat dari Dokter. Kamu, nggak ingin sembuh! Sekarang, Shanum jadi korban kebiadaban mu...! Dia kau sikssa sampai keguguran! Janin yang kau bunuuh itu anakmu, Doni!"
"Waktu kunjungan habis, silahkan datang lagi besok." Petugas menginterupsi.
"Mama! Dimana Shanum Mah?! Aku ingin lihat dia...! Jangan pisahin Doni sama Shanum Mah! Keluarkan Doni dari sini secepatnya! Doni mau ketemu istri Doni!"
Mama Reina mengusap air matanya, dia tak menjawab lantas berbalik pergi. Teriakan Doni masih terdengar, lelaki itu terus saja memanggil nama istrinya.
.
.
.
Mama Reina menyetujui permintaan Pak Agam, proses penahanan Doni pun dilanjutkan tanpa ada jaminan. Semua bukti-bukti sudah diserahkan pada pihak penyidik, tinggal menunggu proses pengadilan.
Shanum sudah keluar dari rumah sakit, setelah 3 minggu dirawat. Untuk selanjutnya, Shanum hanya akan berobat jalan.
"Nah, sekarang... Shanum tinggal sama kami. Izy, sambut kakak perempuan mu."
Kedua wanita itu saling berpelukan, Izy sangat senang rumah semakin ramai. Apalagi ada anak dari Ahmad, Izy sangat sayang pada gadis kecil 3 tahun itu.
"Perceraian mu dengan Doni sedang diproses, insya Allah... Mama mertuamu membantu segala prosesnya."
"Istirahatlah, Izy akan antar kamu ke kamarmu."
"Ayo Ibu temenin."
Situasi untuk sementara aman bagi Shanum, tak ada lagi suami yang menyikssaa nya. Namun, di dalam tahanan sana hati Doni semakin diliputi dendam bukannya merasa bersalah atau mau bertobat dan introspeksi diri.