Mahligaimu Dari Air Mataku

Semua orang langsung melihat ke arah pintu saat mendengar suara seseorang, sementara Ayun tetap menundukkan kepalanya dengan terisak.

"Apa, apa Ayah bercanda?" tanya Ezra dengan tidak percaya. Dia lalu melangkah cepat ke hadapan sang ayah dengan tatapan tajam.

"Masuk ke kamarmu, Ezra. Apa pantas kau menyela pembicaraan orang tua seperti ini?" ucap Evan dengan tidak kalah tajam.

"Kenapa? Aku sudah dewasa dan layak untuk mendengar semuanya, apa benar ayah berhubungan dengan wanita lain?"

Evan terdiam dengan wajah merah padam, sementara Ezra terus menatap ayahnya dengan tajam dan penuh dengan kemarahan.

"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaan putramu sendiri, Evan? Apa sekarang kau merasa malu, hah?" tanya Mery dengan tajam membuat Ayun memejamkan kedua matanya. Sungguh dia sudah tidak sanggup untuk berada di tempat itu.

Evan terdiam. Dia tahu jika sudah membuat kesalahan karena mencintai dan berhubungan dengan wanita lain, tetapi bukan berarti anaknya bisa bersikap seperti itu.

"Tinggalkan wanita itu, dan pikirkan kesalahan yang telah kau lakukan ini."

Evan langsung menatap ibunya dengan nanar. "Ba-bagaimana mungkin aku bisa meninggalkan dia seperti itu, Bu?"

"Lalu, apa kau berpikir ingin meninggalkan Ayun dan keluarga ini?"

Deg.

Ucapan Mery seketika membuat semua orang tersentak kaget, terutama Ayun yang sudah benar-benar merasa hancur dan tidak punya harapan lagi.

"A-aku, aku tidak pernah berpikir seperti itu. Hanya saja-"

"Kau ingin bersama dengan Ayun dan juga wanita itu, hah?" Mery benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang Evan lakukan, apakah putranya itu ingin berpoligami?

"Bagaimana mungkin kau menjadi laki-laki yang serakah dan tidak punya hati seperti ini, Evan? Apa kau tidak memikirkan perasaan Ayun sedikit saja?"

Endri menunjuk tepat ke arah Ayun yang sejak tadi diam membisu, sementara Evan terdiam karena merasa bersalah dengan apa yang sudah dia lakukan.

Tentu saja Evan merasa bersalah karena telah menduakan cinta Ayun, tetapi dia sendiri tidak bisa menyangkal cinta yang hadir di antara dia dan juga Sherly.

"Tidak, ibu tidak akan pernah memaafkanmu jika kau tidak meninggalkan wanita itu. Sekarang pergi dan putuskan hubunganmu dengannya."

Mery beranjak dari sofa sambil menunjuk ke arah pintu keluar. Apapun yang terjadi, dia tidak akan pernah membiarkan Evan berhubungan dengan wanita lain, apalagi sampai melakukan poligami yang pastinya akan sangat menyakiti hati Ayun.

Evan terdiam saat melihat apa yang ibunya lakukan, dia lalu beranjak bangun dan menatap sang ibu dengan sendu.

"Aku tidak bisa melakukan itu, Bu. Aku, aku sudah menikah siri dengannya, dan kami juga sudah punya anak."

Mery dan Endri tercengang dan sangat syok saat mendengar pengakuan putra mereka, lalu bagaimana dengan Ayun?

Tentu saja Ayun tetap diam dengan rasa sakit tiada tara. Hatinya sudah hancur lebur tanpa sisa, bahkan sekarang dia tidak bisa memberikan reaksi apa-apa saat mengetahui jika suaminya sudah menikah siri dengan wanita lain.

"Kau, kau benar-benar-"

"Nenek!"

Ezra langsung menangkap tubuh sang nenek yang akan terjatuh ke lantai, tentu saja semua orang terlonjak kaget saat melihat semua itu.

"Ibu, apa Ibu baik-baik saja?" tanya Evan dengan khawatir, dia lalu menyuruh Ayun mengambilkan minum untuk ibunya.

Mery menepis tangan Evan yang sedang memegangi tangannya. "Bawa nenek ke kamar, Ezra. Lalu usir laki-laki ini dari sini, dia tidak layak lagi untuk tinggal bersama dengan kita."

Deg.

Evan membeku saat mendengar ucapan sang ibu, sementara Ezra mengangguk dan segera menggendong sang nenek dengan dibantu oleh kakeknya menuju kamar.

Ayun segera membawakan air hangat untuk sang mertua, dia lalu membantu wanita paruh baya itu untuk minum secara perlahan.

"Istirahatlah, Bu. Aku akan membuatkan jus alpukat untuk Ibu." Ayun membenahi selimut sang mertua dan meletakkan guling di pinggir ranjang.

Mery menggenggam tangan Ayun membuat wanita itu tidak jadi melangkah pergi, dia lalu menatap sang menantu dengan sendu.

"Istirahatlah dan jangan pikirkan apapun, Bu. Aku, aku tidak apa-apa." Ayun mencoba mengulas senyum tipis, walau pada akhirnya air mata yang menetes keluar.

"Jangan berkata seperti itu, Nak. Ibu tau bagaimana perasaanmu sekarang." Air mata Mery kembali menetes membasahi wajah, sungguh dia juga merasakan rasa sakit yang teramat dalam atas apa yang sudah Evan lakukan.

"Tapi kau tenang saja, Ibu tidak akan membiarkan laki-laki itu menghancurkan keluarga ini. Ibu akan membuatnya berpisah dengan wanita itu, dan kembali menjadi suamimu seutuhnya."

Ayun menganggukkan kepalanya dengan getir. Sekuat apapun mereka melakukan semua itu, jika Evan sudah mencintai wanita lain, memangnya mereka bisa apa?

"Aku mencintai wanita lain."

Ayun memejamkan kedua matanya saat mengingat ungkapan Evan beberapa saat yang lalu, dia lalu kembali mengerjap dan beranjak keluar dari kamar itu.

Setelah mendengar semua pengakuan dan kebenaran dari mulut suaminya sendiri, membuat langkah Ayun mulai goyah. Rasa sakit dalam hatinya benar-benar menghancurkan semua cinta dan harapan, bahkan dia tidak bisa memikirkan apapun saat ini.

"Ayun!"

Ayun yang sedang berada di dapur tersentak kaget saat mendengar panggilan seseorang, tetapi dia tidak melihat ke arah orang tersebut karena tahu jika itu adalah Evan.

"Bicara denganku sebentar, Yun."

Ayun langsung menepis tangan Evan yang memegang lengannya membuat laki-laki itu terkesiap. "Bukankah tidak ada lagi yang harus kita bicarakan? Apa masih ada hal lain yang belum kau katakan?"

Evan terdiam dengan helaan napas frustasi, dia lalu duduk di kursi makan yang ada di depan wanita itu.

"Aku tahu kalau sudah membuat kesalahan, Yun. Aku, aku minta maaf."

Ayun tersenyum getir. Semudah itukah Evan meminta maaf tanpa sedikit pun ada penyesalan? Apakah dia sama sekali tidak penting untuk laki-laki itu?

"Kau mengatakan jika mencintai wanita lain, lalu apakah kau tidak mencintaiku, Mas?"

•

•

•

Tbc.