NovelToon NovelToon
LADY OF DARKNESS

LADY OF DARKNESS

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Wanita
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Putri Karlina

Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.

Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"

Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Ingin Menikah.

Siang hari ini hujan deras mengguyur wilayah bagian Timur dan kota Delia. Suasana ribut dengan tetesan air hujan yang mengenai atap kediaman,Raeba. Cuaca dingin di temani berbagai jenis kudapan, yang di bawakan oleh Cintea Maglio dan Galena dari alun-alun kota.

Selesai mengisi perut di waktu siang. Cintea Maglio dan Raeba bersama Rain,naik ke lantai dua. Mereka akan melihat hasil penelitian yang dilakukan oleh,Cintea Maglio.

Tiga botol kaca kecil,racun yang kini tengah di amati oleh Raeba dan Rain. Seketika Rain tersentak kaget melihat racun yang sama dengan yang pernah di konsumsi olehnya.

"Apa nama racunnya?" Tanya Rain datar menatap ke arah Cintea Maglio dengan kening berkerut bingung.

"Ricin,Tuan Rain. Racun yang berasal dari tanaman." Kemudian Cintea Maglio menjelaskan tentang racun yang telah di gunakan oleh Bandit itu untuk menyerang,Raeba.

Di zaman ini belum banyak manusia yang mengenal jenis-jenis racun. Namun kebanyakan dari mereka yang mengetahui beberapa racun mematikan adalah jenis 'Ricin'. Itupun hanya satu orang dari sekian banyak tabib mumpuni yang berhasil mengolahnya.

"Berarti orang itu bekerja sama dengan seseorang yang cukup ahli dalam bidang pengolahan racun. Apa kau mendapatkan racun ini dari seseorang?" Kali ini Raeba yang bertanya kepada Cintea Maglio, karena setahunya hanya orang-orang ilmuwan yang berhasil mendapatkannya. Jika tidak bekerja sama dengan pengolahnya,mungkin Bandit itu membelinya di tempat seseorang yang mengolahnya itu.

"Iya, kebetulan bibiku cukup kenal dengan orang yang menjual racun ini,tapi Bibi bilang, orangnya sudah lama meninggal dunia,dan racun ini tersebar saat kematiannya yang secara mendadak,dan orang-orang yang mendapatkan racun ini saat itu tidak sampai lima orang." Jelas Cintea Maglio dengan sedikit memicingkan matanya.

"Apa jangan-jangan yang menggunakan racun ini hanya satu orang kemudian memakainya untuk orang-orang tertentu saja? Aku berpikir seperti itu." Tambahnya menatap ke arah Raeba dan Rain secara bergantian.

"Bisa jadi." Lirih Raeba.

Jika apa yang di katakan oleh Raeba ini bena, itu artinya ia dan Rain adalah orang-orang yang mereka intai,dan ingin mereka lenyapkan? Rain dan Raeba saling tatap dengan pikirannya masing-masing.

•••

Hari ini Cintea Maglio ingin menginap di kediaman,Raeba. Dengan di temani Galena gadis itu berjalan-jalan di dalam ruangan milik Raeba,sambil memperlihatkan obat demi obat satu persatu.

Sedangkan Raeba, dan Rain, setelah selesai makan malam bersama, mereka keluar menuju ke kediaman keluarga Zaken. Aya,dan Leader,pun ikut dengan keduanya.

Duduk di atas dahan pohon sambil menatap ke bawah sana,arah belakang kediaman yang tiba-tiba seseorang keluar dari kediaman itu.

"Itu bukan Nona Dalvisa Alacane Zaken,Tuan, Nona. Itu adalah Ibunya—Marchioness Vastielian Alacane Zaken." Ucap Leader yang jauh lebih mengetahui tentang anggota tertinggi kota Delia.

"Mau kemana,Dia? Leader ikuti wanita itu!"

"Baik, Tuan." Leader, melompat dari dahan pohon ke tanah,berjalan mengikuti langkah Wanita paruh baya itu hingga berakhir di rumah kecil di dalam hutan.

Sedangkan Raeba dan Rain, mereka terus mengamati selama kurang lebih setengah jam lamanya,namun tidak ada tanda-tanda bahwa seseorang akan keluar dari kediaman tersebut.

"Sepertinya mereka tidak keluar malam ini. Kita susul,Leader!" Rain memberikan instruksi kepada Raeba dan Aya.

"Ayo!" Jawab Raeba singkat.

Mereka mengikuti jalan dimana tadi Leader menghilang dari pandangan mereka. Menyusuri jalanan setapak hingga sampai di hutan lebat. Tiba-tiba jalan yang mereka tempuh buntu. Tidak ada lagi Jalan setapak setelah sampai di tengah hutan tersebut.

"Ini ada bekas seseorang yang melewatinya." Raeba, berbicara sambil menunjuk ke arah semak-semak yang merunduk ke tanah.

"Kita ikuti!" Sahut Rain, dengan pemikiran yang sama dengan Raeba.

•••

Di dalam rumah kecil itu dua orang manusia tengah kembali memadu kasih. Dengan jeritan-jeritan yang mampu membuat bulu kuduk empat orang penguntit berdiri tegak,dengan kengerian yang tidak dapat di gambarkan.

"Cuih. Mereka bercocok tanam di tempat seperti itu? Sungguh sangat menjijikkan!" Keluh Raeba yang kini menyandarkan kepalanya pada dahan pohon.

"Kau,mau?" Goda Rain yang kini berada di sampingnya,dengan berbisik tepat di telinganya.

Raeba, hampir saja terjatuh karena terkejut akan kedatangan rain yang secara tiba-tiba. Dengan memelototi Rain dengan tajam, gadis itu mendengus. "Siapa juga yang mau berduaan di tempat kumuh seperti itu?" Jawabnya santai, meskipun kini wajahnya semerah tomat masak.

"Kalau di tempat bersih mau? Ayo!" Rain benar-benar membuat Raeba tidak berkutik. Gadis itu memalingkan wajahnya ke arah lain saat Rain kembali berbisik kepadanya.

•••

Setelah kepergian wanita paruh baya itu yang kembali ke kediamannya. Rain dan Raeba, Aya dan juga Leader. Turun dari atas pohon. Mereka menghampiri rumah kecil itu yang sudah sepi. Mereka tidak percaya bahwa rumah itu hanyalah rumah biasa.

"Jangan kendurkan kewaspadaan! Bisa saja pria itu mempunyai komplotan lainnya." Tegas Rain,agar Raeba, Leader dan Aya, tidak gegabah dalam bertindak.

Mereka masuk ke dalam rumah tersebut. bau tidak sedap membuat mereka reflek menutup hidungnya. Padahal mereka sudah menggunakan masker kain penutup wajah dan kepala. Namun, karena tajamnya indera penciumannya, hidung mereka seakan tak punya sekat pelindung sama sekali.

Bau Pesing bercampur pandan yang sudah membusuk begitu menguar di dalam ruangan kecil nan sempit tersebut.

"Lihat! Ada lantai yang menghubungkan rumah ini ke dalam tanah." Lagi-lagi Raeba menemukan sesuatu yang tidak masuk akal.

"Ruangan bawah tanah. Ayo!" Rain,masuk ke bawah sana dengan diikuti yang lainnya.

Shes!

Satu buah belati merobek lengan baju ke empat remaja yang beranjak dewasa itu. Mereka tersentak kaget,dan langsung mengambil sikap waspada.

Dua orang laki-laki bertubuh kurus tinggi dengan penutup kepala dan wajahnya. Keluar dari salah satu ruangan, menghampiri mereka sambil terus memasang sikap waspada.

"SIAPA KALIAN?"

"APA YANG INGIN KALIAN LAKUKAN,HEH?"

Tanpa menunggu jawaban dari Rain, ataupun Raeba. Mereka langsung menyerang. Pertarungan pun terjadi,jika di lihat dari gerakan kedua pria itu, mereka bukanlah orang sembarangan. Dan saat mereka sudah semakin terdesak, mereka mengeluarkan botol dari dalam kantong bajunya.

Bug!

Raeba berhasil menghentikan gerakan tangan salah satu dari pria itu yang hendak menyiram mereka dengan bubuk halus.

"Racun?" Kaget Raeba dengan wajah cemas. Untunglah ia lebih cepat dari pada pria tersebut. Jika tidak mungkin mereka akan jatuh pingsan saat itu juga.

"Amankan, mereka!" Titah Rain kepada Leader dan Aya.

Setelah kedua pria itu di bawa ke luar dari rumah kecil itu. Rain dan Raeba memasuki tiap-tiap ruangan yang terdapat dalam bawah tanah itu.

Mereka menemukan banyak surat yang berasal dari lebih dari lima nama. Tanpa basa-basi lagi mereka langsung keluar dari rumah tersebut dan hendak kembali ke kediaman. Namun di pertengahan jalan mereka bertemu dengan Zagra Narous dan Siver. Mereka juga tengah ingin melakukan pengintaian pada Nona Dalvisa Alacane Zaken.

"Kalian?"

"Hem. Sebaiknya kau kembali,dan bawa pria ini ke markas!" Ucap Rain yang langsung di angguki oleh Zagra Narous.

•••

Sesampainya di kediaman, Raeba, mengirimkan surat kepada seseorang. Senyuman miring terbit di sudut bibirnya. Sambil menatap ke arah diman burung pengantar surat miliknya menghilang.

"Silahkan nantikan kabar bahagia untukmu!"

Tanpa melunturkan senyuman miringnya, Raeba, menutup jendela kamarnya. Melangkah menuju ranjang tidur,hendak mengistirahatkan tubuhnya.

"Jangan tidur dulu!" Suara bariton berat itu mengagetkan Raeba hingga gadis itu mengambil sikap waspada.

"Kau?" Kesalnya dengan bibir mengerucut.

"Aku ingin berbicara,denganmu. Sebentar saja." Rain menarik lembut lengan Raeba agar gadis itu duduk di sampingnya.

"Mau bicara apa?" Raeba, bertanya tanpa memandang wajah tampan, Rain.

Rain, yang tidak terima. Menarik dagu Raeba agar melihat ke arahnya. "Aku ingin kita segera menikah!" ucapnya dengan suara tegas berbeda dari sebelumnya.

Raeba, membulatkan matanya. tidak percaya dengan ucapan Rain. "Apa? Menikah? Rain,tugasku belum selesai,dan kau memintaku untuk menikah,apa itu tidak terlalu berlebihan?" Mohon Raeba menatap Rain dengan penuh tanda tanya.

"Bagaimana pun,aku ingin kita menikah. Ini karena ulahmu,membawaku ke tempat rumah kecil itu." Rain, merebahkan tubuhnya,dan menatap ke arah langit-langit kamar.

Raeba,mendengus dan membuang napas kasar. Hanya, karena itu? Pikirnya dengan penuh tidak percaya dengan ucapan,Rain.

1
🇮🇩🍁ꪶꫝFAIZ 𝓐𝔂⃝❥❣️🤎
Sungguh cerita yang menegangkan, aq sampai ikut kuatir Raeba ketahuan
🦋Karlin🍂🦋: Tenang kak, Raeba,sudah bersembunyi dengan aman🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!