Dalam dunia persilatan penuh kekerasan, Fang Wei, seorang pemuda lemah, bertransformasi menjadi pendekar tangguh untuk membalas dendam atas kehancuran Sekte Vila Bambu Giok. Dengan bimbingan misterius Cheng Qing, Fang Wei menjelajahi dunia persilatan, menghadapi bahaya, dan menemukan kekuatan sejati.
INI ADALAH KISAH SETELAH RIBUAN TAHUN SETELAH KISAH XIAO CHEN (LPN)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laghrima~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meninggalkan Kota
Lebih dari seratus pembunuh Ahli dan puluhan Pendekar Bergelar dari pihak Menara Hantu Putih tewas di Kota Nanjing, sebagian besar dari mereka terbunuh oleh Fang Wei.
Pihak Walikota hanya menelan ludah dan berkeringat dingin melihat cara kematian pembunuh itu ketika membersihkan mayat mereka, Pendekar Suci dari Klan Nie juga bereaksi sama.
"Pemuda ini masih terlihat muda tapi cara membunuhnya sangat kejam." Pendekar Suci Klan Nie menutup matanya, dirinya bersyukur tidak sampai menyinggung Fang Wei sebelumnya.
Tidak banyak korban dari serangan Menara Hantu Putih namun tetap saja keluarga yang ditinggalkan merasa kehilangan. Kota yang sebelumnya meriah kini dipenuhi kesedihan.
Sementara itu Penginapan Aroma Malam dalam kondisi yang tak jauh beda, beberapa anggota Sekte mereka kehilangan nyawa dari pertempuran tadi namun Lan Xie masih bisa bersyukur tidak banyak korban dipihaknya selain beberapa anggotanya yang mengalami luka yang cukup serius selebihnya luka ringan.
"Senior, sesuai perjanjian kami sebelumnya. Sekte kami akan membayar anda dengan sumber daya yang diperlukan. Bisa anda katakan?" Lan Xie menanyakan hal itu kepada Fang Wei setelah mengurus korban dan anggota Sektenya.
Fang Wei berpikir sejenak, "Apakah bisa sumber daya itu digantikan hal lain?" tanyanya kemudian.
Mendengar pertanyaan itu, wajah Lan Xie yang tadinya tenang berubah gelisah serta kepalanya memikirkan banyak hal terkait maksud Fang Wei.
"Aku bukan meminta hal itu, Nona Lan!" Fang Wei batuk pelan, ia jelas memahami isi kepala Lan Xie yang mengira dirinya menginginkan hal pada tubuhnya.
Lan Xie tersenyum malu ia menutupi wajahnya dengan tangannya yang kini memerah, "Maafkan aku, Senior. Pertanyaan anda sulit dipahami tadi..." Suara Lan Xie terdengar lirih.
Fang Wei tersenyum canggung tidak menyangka gadis itu menafsirkan pertanyaannya seperti itu, lagipula tidak ada perangainya yang tampak mesum sehingga membuat orang salah paham.
"Itu... Hal lain apakah yang diinginkan Senior?" tanya Lan Xie lagi setelah ia menenangkan dirinya.
"Aku ingin bayaranku diganti dengan kartu identitas, aku berniat melewati beberapa tempat dan mungkin sulit jika tidak memilikinya." jawab Fang Wei.
Lan Xie mengangkat alisnya, ia memandang Fang Wei keheranan. Jika tidak memiliki identitas bagaimana mungkin ia bisa masuk Kota Nanjing? pikirnya. Namun, ia tidak berani menanyakannya.
"Jika itu yang diinginkan Senior, kami akan menyediakannya setelah berbicara kepada Walikota." Lan Xie tersenyum ramah.
"Aku sedang terburu-buru jadi, lebih cepat lebih bagus."
Lan Xie mengangguk, ia mempersilahkan Fang Wei untuk tinggal di penginapannya sementara ia pergi untuk mengurus permintaan Fang Wei. Lan Xie berencana mengurusnya besok namun karena ucapan Fang Wei tadi ia tidak bisa menundanya.
Sepeninggal Lan Xie, Fang Wei memilih berbaring di kasurnya. Karena insiden tadi ia belum sempat beristirahat cukup apalagi sekarang mentalnya masih belum terlalu stabil.
"Lebih haus darah katanya? Bukankah dia sama saja? Cih!"
Fang Wei teringat perkataan Cheng Qing sebelumnya jika ada satu seruling lagi yang Rohnya lebih jahat dan sangat haus darah namun, setelah ia melihat perbuatan satu jurus lagu dari Seruling Kematian Fang Wei berpikir jika omongan Cheng Qing tidak sepenuhnya benar.
Seruling itu hampir saja membuatnya membunuh seluruh isi Kota jika ia terlambat mengendalikan pikirannya sedikit lagi, Fang Wei bahkan masih ingat wajah Cheng Qing yang bersemangat serta berbinar-binar menikmati pembunuhan itu.
Walaupun ia sudah pernah membunuh puluhan orang sebelumya tapi kali ini ia membunuh hampir ratusan pembunuh serta warga Kota, Fang Wei tidak menduga jika seruling itu begitu menakutkan. Fang Wei juga sudah menyadari aura pembunuh dari tubuhnya sudah sangat tebal, hal itu dikarenakan rata rata orang yang dibunuhnya sudah memiliki aura yang sama sehingga aura yang terkumpul di tubuhnya sangat tebal.
Fang Wei merasa cemas dipandang haus darah oleh pendekar aliran putih karena memang hal itu sangat tabu bagi mereka, lain lagi halnya dengan pandangan aliran hitam yang dimana semakin pekat aura itu maka semakin dihormatilah mereka. Seringkali ada pendekar aliran putih dijauhi oleh sesamanya karena kepekatan aura pembunuh yang dimilikinya namun sebenarnya hal itu banyak kegunaannya.
Fang Wei baru baru ini tahu jika aura itu sangat efektif dalam menekan mental musuh yang memiliki kemampuan dibawahnya jadi ia tidak mengikis aura itu walaupun Gurunya pernah mengajarkannya tehnik yang bisa mengikis aura tersebut. Fang Wei memilih menyembunyikan aura itu daripada mengikisnya, ia berniat mengumpulkannya lebih banyak walau ia cemas dipandang haus darah.
"Setidaknya ini akan sedikit berguna di pertarungan nantinya." Gumam Fang Wei sebelum memejamkan matanya.
☆☆☆
Sementara itu di kediaman Walikota sedang terjadi keributan yang disebabkan oleh Nie Lian yang protes ingin meninggalkan Kota itu dan tidak ingin menikah dengan anak Walikota, Hu Xuan.
"Aku tidak ingin mati konyol nantinya! Bukankah disayangkan gadis secantik diriku mati, hah?!" Nie Lian berteriak, ia menunjuk wajah Walikota Hu dengan amarah.
"Nona Nie, setelah semua hal tadi Menara Hantu Putih tidak akan menyerang Kota lagi. Saya akan memastikan tidak akan ada yang terjadi kepada anda!" Pendekar Suci Klan Nie mencoba menenangkannya.
Walikota Hu menghela nafas berat, ia tidak tahu harus bersikap bagaiamana untuk tetap menahan Nie Lian dan tidak membatalkan pernikahan itu. Alasannya, pernikahan itu sudah diatur oleh Ketua Klan Nie sebagai balasan budi kepada keluarga Hu yang sudah menyembuhkan istrinya.
Keluarga Hu memang banyak yang terkenal sebagai Tabib terbaik di Kota Nanjing sehingga hal itulah juga mereka memiliki hubungan baik dan diberi jabatan sebagai Walikota saat ini. Suatu ketika istri dari Ketua Klan Nie terkena racun oleh salah satu pembunuh saat dia sedang berlibur ke suatu tempat, keadaannya saat itu sudah kritis dan banyak Tabib didatangkan namun hanya Tabib dari Keluarga Hu yang berhasil menyembuhkannya. Saat itulah Ketua Klan Nie memberi jabatan Walikota serta mengatur pernikahan putrinya dengan anak Walikota.
"Aku sendiri yang akan berbicara kepada Ayah! Aku tidak ingin tinggal lagi!" Nie Lian masih tetap keras kepala.
"Nona..." Walikota Hu baru ingin mengucapkan sesuatu setelah seseorang mengetuk pintu ruangan mereka.
"Benar-benar tidak punya sopan santun!" Nie Lian mendengus kesal, ia tidak senang dengan ketukan pintu itu.
Seorang pemuda dengan wajah tenang terlihat setelah pintu terbuka, Nie Lian melirik sejenak namun tatapannya langsung terpaku pada wajah tampan pemuda itu. Pendekar Suci yang bersamanya hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Nonanya itu.
"Nona Sekte Aroma Malam ingin bertemu?" Walikota Hu mengerutkan dahinya, ia tidak menduga Sekte Aroma Malam datang tengah malam seperti ini.
"Mereka mengatakan ada hal mendesak sehingga tidak bisa diurus esok hari." Ucap pemuda itu.
Walikota Hu mengangguk, ia kemudian pergi ke ruang tamu setelah menyuruh pemuda tadi mengurus Nie Lian.
"Nona Nie, maafkan Ayah saya yang terburu-buru tadi." Pemuda itu memberi hormatnya, ia kemudian mengenalkan dirinya sebagai Hu Xuan.
Nie Lian batuk pelan dan merapikan wajahnya, ia menatap wajah Hu Xuan dengan senyuman manis. Tidak ada lagi kemarahan yang terlihat di wajahnya.
"Sepertinya aku tidak berpikir matang sebelumnya, aku akan tetap tinggal dan melanjutkan pernikahan." Nie Lian memasang wajah malu-malu.
Hu Xuan tersenyum canggung, "Itu sebuah keberuntungan bagi Keluarga Hu kami jika Nona Nie berpikir demikian."
"Panggil saja aku, Lian'er. Lagipula tidak lama aku akan menjadi istrimu..." Nie Lian lalu menarik tangan Hu Xuan dan menyuruh seluruh orang di ruangannya keluar.
Hu Xuan ingin menolak karena merasa tidak pantas namun, Nie Lian terlihat tidak senang setelahnya.
Sementara di ruang tamu, Lan Xie menyampaikan jika ada seorang Pendekar Suci yang membantu tadi meminta bayaran berupa kartu identitas. Lan Xie menjelaskan jika ia memang membayar para pendekar bebas dengan sumber daya di Kota untuk membantu dan Pendekar Suci yang berperang besar tadi meminta hal ini.
"Aku akan mengirimkannya besok untuk anda Nona Lan, malam ini sepertinya tidak bisa..." jelas Walikota, ia masih pusing dengan Nie Lian.
"Walikota, sepertinya tidak bisa jika esok hari. Pendekar yang saya maksud sedang terburu-buru..." Lan Xie tersenyum tipis.
Walikota Hu terdiam sejenak, ia lalu memandang Lan Xie sebelum menghela nafas. "Jika demikian, saya akan menyiapkannya segera."
Lan Xie tersenyum cerah, ia lalu menunggu Walikota selesai mengurusnya sementara ia berbincang dengan dua orang anggota Sektenya yang menemaninya.
Cukup lama Lan Xie menunggu setelah Walikota kembali membawa sebuah pelakat besi bertuliskan nama Fang Wei serta ukiran segel Walikota Nanjing di bagian lainnya. Lan Xie pamit pergi setelah menerimanya.
Walikota kembali ke ruangan Nie Lian setelahnya, wajahnya yang tadinya kusut berubah heran saat melihat sikap Nie Lian yang berubah seratus persen dan mengatakan tidak jadi pergi. Ia juga bisa melihat wajah tertekan putranya.
☆☆☆
"Senior, apa anda sudah bangun?" Matahari belum terbit sepenuhnya ketika Lan Xie mengetuk pintu ruangan Fang Wei.
Fang Wei membuka pintunya, ia juga baru saja selesai mandi dan berganti baju. Fang Wei tidak menduga Lan Xie datang sepagi itu.
"Jika tidak keberatan, apakah Senior berkenan untuk jamuan sederhana ini?" Lan Xie memberikan hormatnya seraya menyerahkan plakat identitas kepada Fang Wei.
"Tidak masalah, aku juga ingin menyampaikan beberapa hal." Fang Wei setuju, bagaimanapun ia juga lapar jadi tidak ada salahnya untuk mengisi perut terlebih dahulu.
Lan Xie tersenyum lalu mengajak Fang Wei ikut dengannya ke sebuah ruangan yang lebih besar, disana sudah terdapat hidangan yang mewah di atas sebuah meja.
"Silahkan menikmati, Senior! Saya akan mendengarkan anda setelahnya." Ucap Lan Xie, ia duduk setelah Fang Wei duduk.
Fang Wei melepas topengnya dan mulai menyantap hidangan itu dengan lahap, Lan Xie ikut menyantap juga. Tidak ada percakapan di antara mereka, hanya Lan Xie yang sesekali curi pandang kepada Fang Wei. Baginya, selain makanannya yang lezat wajah dihadapannya lebih menggoda.
Selesai bersantap, Fang Wei kembali memakai topengnya dan menjelaskan jika ia memerlukan sebuah peta menuju Kekaisaran Han. Fang Wei tidak bisa ambil resiko yang mungkin membuatnya tersesat jadi ia meminta sebuah peta kepada Lan Xie.
Lan Xie sedikit bingung namun setelah mendengar jika Fang Wei merupakan orang dari Kekaisaran Han yang tersesat setalah keluar dari hutan siluman ia barulah memberikan peta wilayah tersebut.
"Terima kasih atas semua bantuan anda, Nona Lan!" Fang Wei tersenyum hangat.
Lan Xie mengantar Fang Wei hingga gerbang keluar Kota, sebetulnya ia sempat menolak hal itu tapi Lan Xie keras kepala untuk melakukannya.
Belasan anggota Sekte Aroma Malam serta Lan Xie memberi hormatnya, Fang Wei hanya tersenyum membalas mereka sebelum melompat ke udara dan meleset pergi.
"Usia kami mungkin tidak berbeda jauh tapi kemampuannya sudah setinggi ini..." Lan Xie tersenyum pahit. Ia tidak menyangka jika Fang Wei bisa terbang di udara yang bahkan di Kekaisaran Tang pun terbilang sedikit langka.
***
Hai, Terima kasih sudah meninggalkan like dan komentarmu. Hal itu sangat berharga ;)
Tetap jaga kesehatanmu~
Saya ingin meminta maaf jika terdapat banyak Typo, saya juga berterima kasih sudah membantu mengoreksinya. Kedepannya akan saya usahakan untuk lebih baik lagi...