Suatu hari, aku memutuskan untuk melakukan healing sendirian menuju kepedesan nenek ku. Diperjalanan Bus kami mengalami kecelakaan dan yah tiba-tiba saja aku terbangun di hutan belantara...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jamag, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi pedagang 3.
Setelah membeli banyak barang dia didatangi oleh 2 Ksatria penjaga nya. Nona Charlotte ternyata keluar dari rumah tanpa memberi tahu Ayah nya sehingga semua orang merasa cemas kehilangan dirinya.
Dia pergi meninggalkan kami setelah membeli cukup banyak.
Aku dan Iris kembali bosan karna tak ada nya pelanggan yang mendatangi Kios.
"Aku berhasil mendapatkan 2 keping emas tapi ini masih jauh dari Kuota... Jahat sih menipu si Nona muda itu, tapi bagaimana pun seorang pedagang harus mencari untung banyak untuk pelanggan kaya yang lugu... " Ucapku mengangkat jari dan berkata dengan penuh ketegasan.
Iris melihat itu menatap serius dan mengangguk anggukan kepala penuh semangat.
"Aku akan mengingat itu Tuan! "
Lalu aku berkata padanya dengan senyuman.
"Iris harus belajar menghapal angka itu ya... " Ujarku menunjuk kertas berwarna yang berisi angka angka yang ada di dunia lama ku.
Kemudian, dia juga belajar memakai kalkulator sambil terus belajar berhitung dengan bantuan ku.
"Sampai Iris bisa menghitung dengan benar, maka kalkulator itu akan membantu mu untuk menghitung penjualan kita... "
Dia mengangguk padaku dengan semangat membara.
"Ya, aku akan membantu Tuan apapun yang terjadi! "
Aku mengelus kepala nya dengan senyuman.
"Semangat yang bagus, Iris... "
Dia kemudian memegang tangan ku dan melihat kearah barang barang.
"Tuan sangat hebat, bagaimana caranya memunculkan barang dari lambang sihir seperti itu... "
Aku menjadi serba salah mau menjawabnya.
"Hmmm, gimana yah? Aku mau menjelaskan nya... Barang ini, adalah salah satu skill ku... Dan kau tak bisa melihat papan yang ada di depan ku ini kan? "
Dia menoleh kearah tunjukkan ku.
"Apa papan bening ini maksud Tuan? "
Aku terkejut dan mengangkat tangan ku yang mengelus kepalanya.
"Iris, kau melihat nya? " Ujarku berkeringat seketika.
Dia mendadak terkejut.
"Papannya hilang! " Ujarnya.
Mengenggam tangan ku kemudian dengan erat.
"Aku tau, cara melihat papan Tuan! Dari awal aku sangat penasaran papan apa itu? Saat Tuan berjalan mengenggam tangan ku sambil memerhatikan papan itu... "
Aku mendengar itu jadi mengingatnya dan seketika memahami sesuatu.
"Ah, berati jika kita saling bersentuhan... Kau bisa melihat nya... "
Aku tersenyum kemudian dan mengangkat Iris duduk di pangkuan ku.
"Yosh, Iris duduk disini dan aku akan menjelaskan nya... "
"Hmmm? " Iris tampak bingung menatapku.
Dia bertanya.
"Jadi Tuan, apa papan ini? "
Aku menjawabnya dengan memegang daguku memikirkan kata yang tepat menyampaikan nya.
"Hmmmm, ini namanya papan Belanja... Aku bisa membeli apapun dengan uang dari dunia ku..."
Aku menunjuk papan persegi kecil disamping ku.
"Dengan memasukkan uang kertas merah ini disini, maka aku akan bisa membeli apapun yang tersedia di papan ini... "
Iris menonggakkan kepala nya.
"Apa hanya uang dari dunia Anda Tuan? Artinya dunia Tuan, berati Tuan tak berasal dari dunia ini? "
Aku menjawabnya dengan anggukkan kepala.
"Iya... "
Dia menjadi melebarkan matanya.
"Tuan, Anda sama seperti Pahlawan ya? "
Aku menjawabnya dengan menoleh ke lain.
"Ada pahlawan ya? Itu mirip seperti Dunia lain yang ku baca di manga dan novel... "
Dia menjadi bingung. "??? "
Aku kemudian menjelaskan nya.
"Kau bilang tadi apa hanya uang dari dunia ku kan? Aku jadi penasaran juga deh... Kalo misalkan uang dunia ini mau di gunakan di sini maka aku akan menuruti apa pun yang kau mau belanja kan... "
Aku menggunakan uang yang ku dapatkan dari penjualan pertama ku.
"20 keping perak, aku coba gunakan sedikit... "
Saat aku memasukkan nya, Tiba-tiba saja saldo yang ku punya bertambah dari 456 rupiah menjadi 100 ribu 456 rupiah.
"Eh? Bohongan? " Ujarku melongo.
Aku jadi sedikit mudeng, kenapa dari awal tak kepikiran? Seketika wajah ku tersenyum tanpa hentinya.
"Ah, thank you! Iris memang gadis imut yang hebat! " Ujarku memeluknya dengan erat dengan wajah kesenangan.
Iris jadi salah tingkah dan memerah malu.
"Tu-tuan, Anda tiba-tiba banget si?! "
Aku mencium pipi nya berkali kali sambil berucap bersyukur karna membawa nya bersama ku.
"Syukurlah, Aku memilih Iris sebagai Rekan ku... "
Iris yang mendengar itu menunduk dan menangis tanpa suara...
