Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - El-usan Lembut
Hasil pemeriksaan rumah sakit menyatakan jika Devina sudah pulih. Ia tak perlu lagi mengkonsumsi obat anti depresan dari dokter. Namun jika memang kondisi mendesak, maka diperbolehkan sesuai dosis terakhir yang dianjurkan dokter.
Sedangkan di kamar lain, Arthur mengalami gangguan pencernaan karena terlalu banyak makanan yang dimasukkan ke dalam perutnya serta ada alergi yang terjadi.
"Lis, satu jam lagi kita ada janji meeting dengan Tuan Douglas. Kamu segera temui dia sebagai perwakilan DealovA. Jangan biarkan dia yang menunggu kita apalagi membatalkan kerjasama yang sudah direncanakan bersama. Sampaikan padanya jika aku sedang berada di rumah sakit. Dia pasti mengerti,"
"Tapi, Pak. Saya enggak mungkin ninggalin bapak sendirian di sini,"
"Lakukan saja perintahku dan jangan banyak membantah. Ada banyak dokter dan suster di sini yang membantuku,"
"Ba_ik, Pak." Lisa menjawabnya dengan terbata-bata karena nada suara Arthur sudah naik beberapa oktaf padanya.
"Jangan beritahu orang tuaku kalau aku sakit di sini,"
"Iya, Pak."
Akhirnya Lisa pun pamit meninggalkan rumah sakit untuk bertemu klien mereka sesuai jadwal. Sebenarnya ia ingin sekali menjaga Arthur di rumah sakit. Tapi apa daya lelaki itu mengusirnya pergi untuk bertemu klien.
Saat Arthur akan memejamkan matanya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka.
Ceklek...
Sontak Arthur pun yang sedang tidur-tiduran di atas brankar, menoleh ke arah pintu dan menatap sosok mungil yang tingginya tak lebih dari 120 sentimeter. Alis tebal, rambut hitam pekat, kulit putih dan punya lesung pipi.
Seketika Arthur teringat dengan mantan istrinya. Sebab, Devina juga memiliki lesung pipi.
"Upss... maaf, Om. Aku calah kamal. Hehe..." ucap Aaron seraya terkekeh sendiri. Ia pikir kamar yang dibuka adalah ruangan sang ibu dengan dokter, ternyata bukan.
"Sini..." panggil Arthur yang mendadak terhipnotis dengan Aaron yang tampak menggemaskan.
Entah mengapa Aaron juga seperti terkena daya magnet yang akhirnya membuatnya berjalan mendekati ranjang Arthur. Biasanya Aaron paling malas berdekatan dengan orang asing alias orang yang belum ia kenal.
Grepp...
Dengan sekuat tenaga yang ada, Arthur menggendong Aaron untuk naik ke atas ranjangnya.
"Om cakit ya?" tanya Aaron yang melihat Arthur memakai selang-selang di tangannya yakni selang infus.
Sebab ia pernah melihat selang yang sama terpasang di tangan Kakek Opanya di rumah. Kala itu Arjuna yang sedang tak naf*su makan, alhasil dilakukan infus di rumah guna mendukung kesehatan fisiknya.
"Enggak kok. Om cuma main dokter-dokteran di sini. Nama kamu siapa?"
"Om lucu deh. Main doktel-doktelan di lumah cakit. Haha..."
Arthur pun ikut tertular tawa Aaron.
"Yang benar main dokter-dokterannya di mana?" goda Arthur.
"Di lumah dong, Om. Main suntik-suntikan ma kotak obat mainan. Aku punya di lumahku, tapi yang asli juga ada. Cuma cama Mama enggak boleh dibuat mainan kalau yang asli. Hehe..."
"Mama kamu dokter?"
"Kata Mama dan olang-olang begitu cih, Om. Cuma aku enggak pelnah lihat mama periksa pacien,"
"Oh, begitu."
"Aduh maaf hampil lupa. Tadi Om tanya namaku ya?" Arthur pun menganggukkan kepalanya.
"Namaku Aaron, Om."
"Kamu di rumah sakit kenapa? Apa kamu sakit?"
"Bukan aku yang cakit, tapi Mama." Kepala Aaron seketika menunduk dan raut wajahnya berubah sendu. Arthur jadi ikut sedih melihatnya.
"Mama sakit apa?"
"Kalau kata Mama cuma cakit peyuut," jawab Aaron dengan mimik wajah polosnya. Devina sengaja mengatakan hal itu ketika Aaron pernah bertanya padanya kenapa sang ibu sering pergi ke rumah sakit.
"Wah, sama dong. Om juga sakit perut jadinya main dokter-dokteran di sini. Hehe..."
Tiba-tiba tangan malaikat kecil itu mengelus lembut perut Arthur. Nyess...
"Cepat sembuh ya, Om. Jangan cakit lagi peyutnya," gumam Aaron seraya tangan mungilnya terus meng33lus lembut perut Arthur.
Seketika ada de3siran yang tak bisa Arthur jabarkan dengan kata-kata. Hal yang dilakukan Aaron, mengingatkan dirinya dengan kenangan manis masa lalunya saat menjadi suami Devina.
"Makanya Mas itu jangan bandel! Sudah dibilang jangan makan pedes-pedes atau yang asam-asam. Apalagi makanan yang setengah matang. Kan perut Mas alergi sama makanan model begitu!" gerutu Devina namun tangannya tetap meng3ellus lembut perut Arthur yang kala itu mendadak sakit akibat salah makan.
"Maafin aku, Yank. Aku lupa keasyikan makan sama klien di restoran," ucap Arthur yang dalam posisi berbaring. Lalu, ia memeluk perut Devina dari samping.
"Jangan sakit lagi. Janji,"
"Iya, aku janji enggak makan steak yang kategori rare."
"Mas kalau makan steak, wajib yang medium atau medium well saja. Iya kalau aku kan memang sukanya yang rare atau medium rare,"
"Love you..." ucap Arthur seraya tersenyum pada Devina yang begitu perhatian padanya.
"Hem," Devina masih kesal.
"Kok hem?"
"Love you too, Mas. Pokoknya kalau bandel lagi, aku enggak mau e lus-3lus perut kamu kayak begini!" Devina sengaja mengancam.
"Iya. Nanti giliran aku yang elus perut kamu, Yank." Arthur tersenyum pada Devina. "Pas kamu hamil. Biar anak kita enggak bandel di dalam perut ibunya. Kalau bandel, nanti Papanya yang hukum sudah bikin ibunya susah." Sambung Arthur.
"Apaan sih, kok anaknya diancam. Suka ngadi-ngadi deh kamu, Mas." Mau tak mau Devina pun tertawa mendengar candaan Arthur yang terlihat jelas begitu mencintainya. Bahkan ketika nanti punya anak, Arthur tak mengizinkan anak mereka menyakiti ibunya sejak dalam kandungan.
Seketika puzzle ingatan itu kini membuat Arthur semakin merasa bersalah dan menyesal telah menyakiti mantan istrinya itu.
"Aku rindu kamu, Yank. Maafkan aku," batin Arthur sendu.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Tingkat kematangan steak (tergantung selera personal masing-masing) ;
*Very rare: Hampir mentah, dimasak dalam waktu singkat, sekitar 1 menit.
*Rare: Seperempat matang.
*Medium rare: Setengah matang, matang di bagian luar, juicy dan empuk di dalam.
*Medium: Tiga perempat matang, lebih berisi dibandingkan medium rare.
*Medium well: Bagian tengah sedikit lebih cerah, masih terlihat sedikit cairan merah.
*Well done: Hampir tanpa cairan merah, berwarna coklat kehitaman. (sangat matang).
bikin kita ngarang cerita sendiri...eehhh tak taunya ...👍👍👍
e
m
a
n
g
a
t