Shin adalah siswa jenius di Akademi Sihir, tapi ada satu masalah besar: dia nggak bisa pakai sihir! Sejak lahir, energi sihirnya tersegel akibat orang tuanya yang iseng belajar sihir terlarang waktu dia masih di dalam kandungan. Alhasil, Shin jadi satu-satunya siswa di Akademi yang malah sering dijadikan bahan ejekan.
Tapi, apakah Shin akan menyerah? Tentu tidak! Dengan tekad kuat (dan sedikit kekonyolan), dia mencoba segala cara untuk membuka segel sihirnya. Mulai dari tarian aneh yang katanya bisa membuka segel, sampai mantra yang nggak pernah benar. Bahkan, dia pernah mencoba minum ramuan yang ternyata cuma bikin dia bersin tanpa henti. Gagal? Sudah pasti!
Tapi siapa sangka, dalam kemarahannya yang memuncak, Shin malah menemukan sesuatu yang sangat "berharga". Sihir memang brengsek, tapi ternyata dunia ini jauh lebih kacau dari yang dia bayangkan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arifu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayang - bayang yang mengintai
Malam menyelimuti Akademi Sihir dengan ketenangan yang mencekam. Suara pertempuran telah lama sirna, meninggalkan jejak kehancuran di halaman dan dinding bangunan. Para guru yang tersisa bekerja keras memulihkan situasi, tetapi bayang-bayang kekhawatiran tetap ada di hati mereka.
Di ruang rapat utama, Kepala Sekolah berdiri di tengah ruangan dengan tangan terkepal. Di sekelilingnya, guru-guru terbaik berkumpul, termasuk Miss Belina, Sir Gareth, Magister Thalron, dan beberapa penyihir pelindung lainnya.
"Ini bukan hanya serangan biasa," ucap Kepala Sekolah dengan nada berat. "Penyihir Kegelapan tidak pernah bertindak tanpa alasan. Tujuan mereka jelas... mereka mengincar Shin."
Belina mengerutkan alis. "Tapi mengapa mereka menginginkan Shin? Apa yang dia miliki yang membuat mereka begitu terobsesi?"
Magister Thalron menyilangkan tangannya, wajahnya serius. "Kekuatan Shin bukanlah sesuatu yang biasa. Bahkan kita tidak sepenuhnya memahami potensinya. Dia adalah anomali dalam dunia sihir. Mungkin mereka melihatnya sebagai alat untuk mencapai ambisi mereka."
Gareth mengetuk meja dengan jarinya, mengalihkan perhatian semua orang. "Apakah kita memiliki informasi lebih lanjut tentang penyihir bernama Vorgar dan Seraphine? Mereka jelas bukan sekadar penyihir kegelapan biasa."
Kepala Sekolah mengangguk. "Mereka adalah bagian dari kelompok Penyihir Terlarang yang dikenal sebagai Awan Kegelapan. Mereka adalah elit di antara penyihir yang menentang tatanan dunia sihir. Vorgar dikenal sebagai salah satu penyihir terkuat dalam sejarah modern, sementara Seraphine adalah seorang manipulator hebat yang mampu mengendalikan emosi dan pikiran."
Miss Belina menggigit bibirnya. "Jika mereka kembali, kita mungkin tidak akan mampu menghentikan mereka. Kita kehilangan banyak energi dalam pertempuran tadi."
"Karena itu kita perlu bersiap," ujar Kepala Sekolah dengan tegas. "Mulai sekarang, keamanan Akademi akan diperketat. Saya ingin setiap sudut diperiksa dan diperkuat dengan penghalang sihir. Tidak ada yang bisa masuk tanpa izin."
Gareth menatap Kepala Sekolah. "Bagaimana dengan Shin? Dia adalah target utama mereka."
Kepala Sekolah menghela napas panjang. "Shin akan tetap berada di ruang penyembuhan, di bawah pengawasan ketat. Elder Kael akan terus memantau kondisinya. Kita tidak bisa membiarkan dia sendirian, bahkan untuk sesaat."
Di Ruang Penyembuhan
Leo duduk di kursi di dekat tempat tidur Shin. Cahaya bulan yang masuk melalui jendela menerangi ruangan yang hening. Leo menggenggam buku kecil di tangannya, tetapi pikirannya tidak fokus pada kata-kata di halaman itu.
"Shin..." bisiknya, suaranya penuh keprihatinan.
Pintu terbuka perlahan, dan Miss Belina masuk dengan langkah tenang. Dia membawa semangkuk sup hangat dan meletakkannya di meja.
"Leo," panggilnya lembut.
Leo menoleh, wajahnya tampak lelah. "Miss Belina... bagaimana pertemuan tadi?"
Belina duduk di kursi lain, melepaskan napas berat. "Kami sedang memperkuat keamanan Akademi. Kepala Sekolah mengambil langkah serius untuk memastikan tidak ada yang bisa mendekati Shin."
Leo menundukkan kepala, suaranya penuh penyesalan. "Aku merasa tidak berguna. Aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk melindunginya."
Belina menyentuh bahunya, mencoba menenangkan. "Kamu telah melakukan yang terbaik, Leo. Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Tapi sekarang, yang bisa kita lakukan adalah memastikan dia tetap aman."
Leo mengangguk pelan, meskipun rasa bersalahnya tidak sepenuhnya hilang.
Di Bayangan Malam
Sementara itu, jauh dari Akademi, di sebuah gua gelap yang dipenuhi energi sihir kegelapan, Vorgar dan Seraphine berdiri di hadapan sosok besar yang diselimuti kabut hitam.
"Kalian gagal," suara berat itu menggema, penuh kemarahan.
Seraphine menunduk, tetapi tidak menunjukkan rasa takut. "Kami sudah mempelajari kekuatan Shin lebih dekat. Dia jauh lebih kuat dari yang kita kira, tapi juga sangat rapuh. Jika diberi waktu, dia akan menjadi ancaman besar bagi rencana kita."
Sosok itu mendesis pelan. "Kalian tidak boleh gagal lagi. Shin harus menjadi milik kita. Dia adalah kunci untuk membuka Gerbang Kegelapan."
Vorgar mengangguk pelan. "Kami akan menyusun strategi baru. Akademi mungkin telah memperkuat pertahanannya, tetapi tidak ada penghalang yang sempurna. Cepat atau lambat, kita akan mendapatkan Shin."
Seraphine tersenyum tipis, matanya berkilat dengan niat jahat. "Kami hanya perlu menunggu waktu yang tepat."
Kembali ke Akademi
Di tengah malam, para siswa yang selamat mulai menjalani aktivitas mereka dengan waspada. Akademi tidak lagi terasa seperti tempat yang aman. Di luar, para guru terus berjaga, memastikan tidak ada yang mencurigakan mendekati gerbang atau ruang penyembuhan Shin.
Miss Belina dan Gareth berpatroli bersama di lorong-lorong, sementara Magister Thalron memantau batas sihir di sekitar Akademi.
"Belina," panggil Gareth, memecah keheningan.
Belina menoleh. "Ya?"
"Apa menurutmu kita benar-benar bisa melindungi Shin? Dia telah menjadi pusat dari semua kekacauan ini."
Belina menghela napas panjang. "Aku tidak tahu, Gareth. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Shin adalah tanggung jawab kita sekarang. Jika kita gagal..."
Gareth mengangguk, memahami maksudnya. "Maka semuanya akan hancur."
Di ruang penyembuhan, Leo akhirnya tertidur di kursinya, buku yang dia baca jatuh ke lantai. Elder Kael berdiri di dekat ranjang Shin, memeriksa kondisinya.
Namun, tiba-tiba, energi di sekitar ruangan berubah. Udara terasa berat, dan suara samar terdengar seperti bisikan.
Kael mengerutkan alis, segera mengaktifkan sihir perlindungan di sekitarnya. Dia menoleh ke arah Shin, yang tubuhnya mulai memancarkan cahaya redup.
"Ini... tidak mungkin," gumam Kael, matanya melebar.
Tubuh Shin, meskipun koma, tampaknya bereaksi terhadap sesuatu. Energi besar yang asing mulai berkumpul di sekitarnya, menggetarkan seluruh ruangan.
Leo terbangun, terkejut oleh getaran itu. "Apa yang terjadi?" tanyanya panik.
Kael tidak menjawab, hanya menatap Shin dengan rasa takut dan penasaran. "Dia... sedang berubah."