Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17. POV Ayres. Wanita itu seharusnya terpesona melihat ku. TMPP
Walaupun begitu, ku pikir dia hanya malu atau tidak pandai memainkan ekspresinya saja. Ku tetap tersenyum agar dia semakin tergila-gila.
“Ayo kita mulai saja tukar cincin nya.” Ucap calon mertua ku itu.
Kami ke tengah di bawah tangga mewah itu. Lalu pembawa acara pun memulai memandu ku untuk memasangkan cincin ke jemari wanita ini.
“Sungguh sangat lembut tangannya. Ya, keluarga nya memberinya fasilitas. Kalau dia hanya seorag atlet biasa pasti tangannya tak akan selembut ini.”
Sorak ramai tepuk tangan dari tamu undangan membuatku senang dan semakin percaya diri. Ku lihat wajah wanita itu dengan seksama ketika dia memasangkan cincin di jemari ku juga. Ekspresinya masih datar dan lebih memaksakan senyumnya padaku. Namun ku tau, dia sepertinya tipikal wanita yang berpura-pura cuek jika di hadapan pria yang dia sukai.
Prokk prokk prokk (Suara tepuk tangan)
“Selamat Tuan Ayres, Selamat Nona Rachel.. Aww kalian sangat serasi..” Ku dengar suara desainer ku yang paling heboh.
“Selamat tuan…. Nona….”
“Tuan Ayres…. Nona Rachel … Kalian benar-benar sangat serasi..”
“Nona Rachel… Semoga bahagia selalu. Calon suami mu sangat tampan.”
Mendengar kata tampan aku jadi semakin percaya diri. “Ya memang tak ada yang bisa menolak ketampanan ku ini” gumam ku lirih sambil terkekeh.
Di sudut mataku, wanita itu hanya tersenyum tipis dan itu membuatku menolehkan wajah ku padanya. Namun bukannya senyuman yang ku dapat, aku malah mendapatkan sebuah lirikan tajam tanpa senyuman.
Beberapa jam kemudian, Setelah semuanya selesai para tamu undangan pun satu persatu pamit meninggalkan aula ini. Aku dan wanita ini mengantar dan berterimakasih pada tamu undangan karena telah datang kemari.
“Bro, selamat ya. Emmm, nona cantik selamat ya. Perkenalkan saya Sandy, sahabat Ayres.” ku lihat Sandy berani menggoda Wanita ku itu.
“Iya, terima kasih telah datang kemari.” Jawab wanita itu.
Ku jabat tangannya yang seharusnya dia jabat dengan wanita ini. Dia pun menatap ku dengan tersenyum paksa.
“hahaha, oke oke. ini di wakilkan ya haha oke.. Emm, nona saya pamit dulu ya. Sudah malam, lain kali kita mengobrol oke?”
“Hmmm, iya ..” Jawab nya lagi singkat.
“Nona Rachel, saya ucapkan selamat untuk anda dan sahabat saya juga. Ini adalah takdir untuk kalian.. Saya ucapkan selamat untuk kalian. Emm perkenalkan nama saya Arion. Nona,” Dia membungkuk dan menyentuh tangan wanita ini lagi.
Aku langsung menendang nya, “ Aww, hahahaha.. Oke oke.. saya mengerti akan arti dari kaki yang ketendang ini. Baiklah. Hemm Nona, bisakah saya menyimpan nomer anda? Silahkan anda boleh menulis nomer anda di telapak tangan saya.” Dia mengulurkan tangannya dan memberikan sebuah spidol padanya juga.
"Ini nomer ku saja." aku langsung menulis spidol di telapak tangan Arion.
"Ah Ayres." Keluh nya padaku.
“Maaf, tapi mungkin lain kali saja tuan muda.” Jawab wanita ini tiba-tiba.
“Ha? Kenapa? Saya pikir anda juga akan berteman dengan saya.”
“Maaf tuan tapi mengenai nomer, saya rasa itu masih bersifat pribadi.”
“Ah, baiklah. Tapi Anda harus berjanji, kalau kita bertemu lagi. Anda akan memberiku nomer nya dan kita akan resmi berteman. Bagaimana?”
“Baiklah tuan muda.”
“Oke, saya pamit dulu. Permisi.”
“Dasar para buaya darat.” Gumam ku.
Ku lirik wanita ini, entah kenapa ku berfikir kalau dia memang yang paling pantas untukku. “Ya, punya dia juga besar.” gumam ku lagi sambil meliriknya namun ternyata dia juga langsung membalas lirikan ku dengan tajam.
“ya memang sangat menarik.” Ucapku dalam hati lagi.
“Tuan Ayres. Selamat tuan, saya sangat sangat bahagia untuk anda hari ini. Saya sangat ingin menari dengan anda tapi karena sudah malam jadi saya harus pulang. Pokoknya selamat tuan muda, selamat juga nona muda.” Ucap Ayah Sandy padaku.
“Ya terimakasih paman. Terimakasih telah hadir di sela-sela kesibukan anda.”
“Ya tentu saja tuan, apa pun akan saya lakukan untuk keluarga Asher.”
“Terima kasih dan hati-hati di jalan.”
Setelah tamu terakhir keluar, Aku merasa ada yang kurang tadi. Beberapa saat kemudian aku baru sadar kalau Mark tak datang di pertunangan ku ini.
"Ya, tadi ku hanya menyalami kedua orangtuanya saja. Ah, bodo amat lah."
Sedang aku berfikir itu, ku merasa ada sentuhan di sebelah ku. Ku lirik ke sebelah ku dan bertemu dengan kedua mata tajam cantik itu lagi.Aku tersenyum dan senang karena sepertinya wanita ini mulai terpesona padaku.
“Ada apa sayang?” tanya ku menambah bumbu-bumbu cinta di hatinya.
Tapi dia malah menjawab dengan ekspresi geli dan seakan-akan dia jijik denganku. “Haha tentu saja pasti dia mencoba memberontak dari perasaannya yang sesungguhnya. Haha ya pasti itu.” ku berasumsi.
Dia berkata padaku ingin bicara berdua saja dan dari situ lah aku semakin yakin kalau dia sesungguhnya menyembunyikan perasaan nya untukku. Ku akan coba membuat nya kesal dulu. Namun ternyata dia malah kesal dan mendang ku.
“Aww.. aww..” sungguh tendangan nya sangat sakit untuk kaki ku yang sangat berharga ini.
Mendengar ku kesakitan, adik-adik ku malah mengolok-olok ku begitu pula dengan papa. Sepanjang ku hidup tak ada satu pun orang yang berani menendang ku setelah kejadian kemarin itu. Namun karena tak ingin ada keributan. Ku bilang saja bahwa wanita ini ku goda dan jadi sangat pemalu.
Semua terbahak-bahak lagi, ku lirik wanita ini juga nampak menunduk sedikit dan malu.
Beberapa saat kemudian, keluarga kami pun pamit untuk pulang. Ku cium tangannya lagi lalu ku lihat ekspresi wajahnya. Dia sangat datar padaku lagi. Namun itu tak masalah. Lama kelamaan dia pasti tak begitu. Kisaran pukul 11 malam, kami pun pulang ke kediaman kami.
(Di rumah keluarga Asher)
Ku gerakan sendi-sendi ku kiri dan ke kanan. Rasanya sangat lelah sekali hari ini. Namun ku teringat wanita itu lagi. “Ternyata dia memang cantik. Bahkan lebih cantik. Hehe. Itunya juga besar. huh sempurna..” ku berucap dalam hati dengan bibir yang tersenyum.
“Ehemm.. ada orang jatuh cinta.. huuuuu..” ku dengar suara Liam meledekku.
Ku lirik dia lalu memberikan jari tengah ku padanya. Dia pun juga hanya menjulurkan lidahnya padaku. Aku mengangkat tanganku hendak memukulnya namun dia lari dan menggandeng saudara kembarnya masuk kedalam kamarnya.
“Selamat datang kembali tuan, nyonya, tuan muda.” Para pelayan memberi salam pada kami.
“Ya, Em Samantha tolong kamu urus Ayres ya. tadi dia setelah minum Anggur. Beri dia air putih.” Ucap mama yang masih memperlakukan ku seperti anak kecil.
“Tidak usah ma, tidak usah. Ayres akan ke kamar saja.”
“Ya sudah, Samantha bawakan saja air minum ke kamar nya.”
“Baik Nyonya.”
“Ayres ke kamar dulu ma, pa..”
“Eh tunggu dulu. Besok kamu ke rumah calon istri mu dan ajak dia serta calon mertua kamu untuk mencoba gaun untuk pernikahan kalian.” Ucap Mama lagi.
“Ha? Besok? Serius ma?”
“Ayres! serius dong.”
“Ahh ok oke. Baiklah ma..”
“Ma, ayo ke kamar. Pijitin papa dong. punggung papa sakit nih” Ucap papa setelah menerima telepon.
“Iya pa, ayo.”
“Ayres? Selamat malam dan selamat istirahat.” Ucap papa padaku.
“Malam juga pa.”
Mereka pun berjalan bersama menuju ke kamar mereka. Aku juga berjalan naik ke lantai atas menuju kamar ku.
Bruk..
“Aduh,, sangat enak sekali.. Ehh..” ku hempaskan tubuhku ke atas ranjang empuk ku namun setelah ku menyamping ku kaget melihat wanita itu ada di samping ku.
“Eh, kamu! Kenapa ada di sini?” Ku bicara padanya namun dia hanya tersenyum melihat ku.
“Hahaha, senyummu indah sekali.” Ku tersenyum dan mendekat padanya hingga kami hanya berjarak beberapa cm saja.
“Kamu kenapa menyusul ku kemari? Apa kamu sudah rindu?”
Dia hanya tersenyum saja. Namun tiba-tiba pintu kamar ku terketuk.
Bersambung …