Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA PULUH TUJUH
"[Hai tetangga, aku di Kota B sekarang temani ayah. Selamat tetangga, semoga lulus wawancara dan buat acara]" balas Hasyim. Meski masih di luar kota dia membalas pesannya.
"[Oh okey. Terima kasih tetangga]" jawab Hera cepat sambil senyum senang. Selesai belajar, Hera merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk kesayangannya.
"[Okey]" balas Hasyim singkat. Hera hanya menghela nafas ketika membaca pesan Hasyim yang begitu singkat.
"[Selamat dan sukses tetangga-ku]" pesan dari Rudi. Dia sedang berada di Kota B bersama keluarganya.
"[Terima kasih Rudi]" balas Hera cepat. Malam pun semakin larut, Hera tertidur dengan memegang ponselnya. Dia terbangun ketika ada bunyi alarm pukul 04.30 pagi dini hari.
"Ya Allah, tertidur aku. Okey sekarang saatnya beraktivitas seperti semula." gumamnya bangkit dari tidur nyenyaknya meninggalkan bantal kesayangannya.
Tepat pukul 07.30 Hera berangkat ke rumah sakit SGP dengan menaiki ojek online. Sebelum pergi Hera pamit pada ibu Rosita, dan juga ayah Rahim. Kebetulan ayah Rahim kurang sehat makanya libur bekerja.
"Ibu, ayah, Hera berangkat ya! Doakan semoga lulus wawancaranya." pamitnya dan meminta doa restu. "Ayah cepat sembuh." doanya tulus sambil menjabat tangan ibu dan ayah dengan ta'zim.
"Iya nak. Semangat ya!" jawab ayah dan ibu bersamaan. Hera tersenyum dan mengangguk. Kemudian dia pergi meninggalkan rumah dengan hati yang dag dig dug, pertama kalinya akan tes wawancara.
"Bismillah." gumamnya pelan menaiki motor ojek yang telah dipesan sebelumnya. Dia tidak dapat berharap banyak tapi doa orang tuanya lah yang dia yakini jika dia akan lulus.
Banyak pesaing saat mendaftar menjadi perawat di rumah sakit SGP. Formasi yang dibutuhkan hanya sekitar sepuluh orang tapi yang mendaftar ada sekitar 100 orang lebih. Untuk tes ada sekitar 40 orang yang lulus berkas.
Beruntungnya Hera, saat selesai kuliah langsung ada peluang pekerjaan di rumah sakit terdekat. Jika dia lulus berarti memang rezekinya.
"Alhamdulillah." gumamnya pelan saat tiba di depan rumah sakit SGP. Hera turun dari motor kemudian membayar ongkosnya. "Terima kasih ya pak." ucapnya lalu melangkahkan kaki menuju ruangan yang akan ditempati wawancara.
Setibanya di dalam, Hera bingun hendak kemana! Dia bertanya pada perawat senior. "Permisi bu, boleh tanya, dimana tempat wawancaranya?" tanya Hera ramah.
"Oh, kesana saja de." jawab ibu perawatnya, dia tunjuk ruangan paling ujung. "Hanya satu gedung disana." imbuhnya.
"Iya. Terima kasih banyak bu." ujarnya lalu menuju ke tempat tujuan. Setibanya disana Hera dipanggil dan langsung di wawancarai.
"Selamat Hera Kurniawan, kamu diterima kerja disini. Mulai besok sudah boleh masuk kerja ya! Aturan disini silahkan tanyakan pada staf dibagian administrasi." jelasnya.
"Terima kasih banyak pak. Permisi." Hera keluar dengan perasaan lega. Dia bahagia, dia melangkahkan kaki menuju ruang administrasi untuk menanyakan aturan sebagai perawat di rumah sakit.
Usai mendapat penjelasan, Hera pulang ke rumah dengan perasaan bahagia yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Sebelum pulang dia berniat memberikan kabar bahagia kepada Hasyim sahabatnya.
"[Halo Hasyim, dimana?]" tanya Hera melalui sambungan telefon genggamnya. Hera duduk di bawah pohon sendirian. Suasana rumah sakit ramai, banyak pengunjung berlalu lalang.
"[Halo Hera, aku di Kampus ini. Ada apa?]" tanyanya langsung. Hasyim sedang berada di kampus karena baru semester empat, ujian akhir semester sebentar lagi.
"[Kirain di rumah, aku lulus nih wawancara. Besok aku sudah kerja di rumah sakit. Kita makan malam yuk!]" ajak Hera.
"Boleh banget, apalagi kalau di traktir]" jawab Hasyim antusias. "[Sudah dulu ya! Sudah waktunya ujian]" pamit Hasyim pada Hera lalu menutup sambungan secara sepihak.
Hera menghela nafas kasar, niatnya siang ini mau makan bareng tapi Hasyim sibuk Ujian. Akhirnya dia pulang naik ojek lagi.
"Ibu." sapa Hera ketika masuk dalam rumah. Hera langsung menemui ibunya yang sibuk di dapur. Rencana mau syukuran.
"Eh, sudah pulang Hera. Gimana hasil wawancaranya?" tanya ibu Ros. Dia sangat antusias, ibu Ros akan membuatkan onde-onde sebagai acara syukuran.
"Alhamdulillah berhasil bu. Besok Hera sudah bisa masuk kerja." ujarnya dengan semangat. "Ibu mau buat apa?" tanyanya penasaran.
"Mau buat kue untuk syukuran saja, nanti dibagi ke tetangga saja." jawab ibu antusias. Hera menghela nafas lega jika hanya dibagikan saja, setidaknya dia bisa pergi berdua dengan Hasyim nanti malam.
"Oh iya bu. Aku ke kamar dulu, mau ganti baju." pamit Hera menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Usai berganti pakaian Hera membantu ibunya membuat onde-onde.
"Nanti kalau sudah selesai langsung saja antar ke tetangga nak, hanya beberapa rumah saja yang dikasih." ujar sang ibu sambil membuat kue. Hera hanya mengangguk setuju.
Selesai buat kue, sorenya membagikannya pada tetangga semua. Sekitar sepuluh rumah yang dia bawakan onde-onde.
"Mantap tetangga." sahut Hasyim yang baru pulang dari kampus. Hera baru saja pulang membagikan kuenya ke rumah para tetangga.
"Iya dong, jangan lupa nanti malam nah." bisik Hera mengingatkan. Hasyim mengangguk saja lalu masuk dalam rumahnya.
Hera pulang ke rumah dengan perasaan gembira. Hari ini dia mendapatkan banyak kebahagiaan, dia banyak bersyukut atas nikmat yang Allah berikan.
"Bahagianya putri ibu." tegur sang ibu saat didapur. Hera tersenyum menanggapi godaan sang ibu.
"Iya bu, Hera bahagai. Ternyata mencari kerja tidak sesusah yang orang katakan bu." ujarnya manja, dia memeluk tubuh ibu dari samping.
"Harus banyak bersyukur nak atas nikmat yang Allah berikan. Alhamdulillah." nasehat sang ibu sambil mengusap lengan sang anak.
"Aku nanti malam mau pergi ya bu dengan Hasyim." ujarnya meminta izin. Ibu hanya menanggapi dengan senyum. "Boleh kan bu?" tanyanya lagi sambil menatap sang ibu memelas.
"Iya. Pergilah." jawab ibu singkat. Dia tahu jika Hera menyayangi Hasyim, meski mereka tida tahu bagaimana tanggapan Hasyim. Selama ini semua berjalan begitu saja, bahkan jika Hera membutuhkan Hasyim selalu ada.
"Terima kasih banyak ibuku." ucap Hera manja. Dia bersyukur memiliki ibu seperti ibu Rosita yang pengertian dan menyayanginya.
"Iya nak. Sudah sana mandi dan sholat." perintah sang ibu melepaskan pelukan Hera. Dia menyiapkan masakan untuk makan malam. Sedangkan Hera bersiap mandi dan sholat.
Saat makan malam, hanya ada ibu Rosita, ayah Rahim, dan Udin sang kakak. Hera sudah berangkat bersama Hasyim selepas sholat maghrib.
"Hera kemana bu?" tanya ayah sebelum memulai ritual makannya. Ayah menatap ibu tajam seolah harus jawab jujur.
"Hera pergi makan malam di luar bersama Hasyim ayah." jawabnya menatap sang suami yang seperti mengintrogasinya.
"Mereka pacaran?" tanya ayah lagi, sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Kayak orang pacaran mereka ayah, tapi kayaknya tidak deh!" celetuk Udin. Ibu Ros menatap anaknya sambil geleng kepala.
"Udin sok tahu, tapi memang kadang ada benarnya juga perkataannya." batin ibu Ros membenarkan. "Mereka sahabat ayah, sejak kecil bersama jadi wajar saja jika dekat." jawab sang isteri.
cocok