Seorang remaja benama Freis Greeya hari memikul takdirnya sebagai penerus dari WIND. Untuk menghentikan pertumpahan darah dan pemberontakan yang dilakukan Para Harimau.
Ini adalah kisah cerita perjalanan Freis Greeya dalam memenuhi takdirnya sebagai seorang WIND, Sang Pengendali Angin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MataKatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir Dari The Tiger Kingdom
Bulan ke 7, Tahun 1248
Frank Reig kembali lagi dikepung oleh beberapa prajurit The Tiger Kingdom. Para prajurit itu pun menyadari sesuatu setelah melihat petarungan antara Frank dan dua panglima perang mereka, bahwa lelaki di hadapan mereka saat ini bukanlah lelaki sembarangan. Ia adalah lelaki yang mampu bertahan dari serangan kedua panglima perang The Tiger Kingdom, Gelsia dan Ignatius. Yang mungkin kemampuannya setingkat dengan Raja mereka, Lott Greg.
Di sisi lain, Frank yang saat ini mengalami cedera akibat pertarungan sebelumnya melawan Gelsia dan Ignatius sama sekali tidak kelihatan gentar. Matanya tetap menatap dengan tajam dan dingin kepada para prajurit yang mengepungnya. Justru merekalah yang terlihat ragu-ragu di hadapan Frank.
Tak menunggu lama Frank langsung berlari sambil menggenggam Pisau Kerambitnya. Ia melompat dan menerjang para prajurit yang mengepungnya itu. Tubuhnya berputar dan meliuk-liuk di antara kerumunan itu, menerobos celah-celah diantara mereka. Dan disaat yang tepat pisau di tangannya itu menyayat leher dan menikam jantung para prajurit yang mengepungnya. Saat salah satu diantara mereka melompat dan menikamkan tombak mereka ke arahnya, dengan cepatnya tubuh Frank berputar menghindar. Kemudian terlihat pisaunya berjalan merayap diantara tangan-tangan yang menggenggam tombak itu, dan merobek-robek seluruh permukaan kulit tangan itu. Lalu yang terdengar kemudian adalah suara dari prajurit yang mengerang kesakitan, yang beberapa saat kemudian berhenti setelah tengkuknya tertusuk oleh pisau milik Frank.
Selain itu, saat dirinya terkepung Frank akan menancapkan pisaunya (yang memiliki Kirstal Enichtis Nature) ke tanah dan menciptakan dinding-dinding dari akar yang akan melindunginya dari serangan. Kemudian akar-akar itu merayap dan mengejar para prajurit yang berada di dekat mereka. Akar itu menangkap dan menelan mereka hidup-hidup. Semengerikan itulah pertarungan Frank.
Tapi hingga saat ini Frank masih belum menyadari bahwa Raya dan Elise telah berada di sini. Ikut kedalam pertempuran ini. Matanya perlahan-lahan mulai kabur, serta darah terus mengalir di tubuhnya.
“Akankah aku dapat bertahan lebih lama lagi?” gumamnya dalam hati.
***
Pertarungan antara Thaos dan Lott berlangsung dengan sangat sengit. Mereka berdua sadar bahwa inilah pertarungan terakhir mereka. Pertarungan yang akan menentukan segalanya. Sebuah tugas dan tanggung jawab dari seorang Thaos Greg atau impian serta cita-cita yang didambakan Lott Greg. Mereka berusaha mengejar harapan dan keinginan mereka masing-masing.
Ayunan tombak yang kuat dari atas milik Lott berhasil dilempar ke samping oleh Thaos. Dan dengan cepat tangan Thaos berusaha menyambar leher Lott. Tapi dengan sigap Lott membuang tangan itu kesamping menggunakan tangan kirinya. Kemudian mereka saling menendang dada satu sama lain dan terhempas ke belakang.
“Hahahaha…” Lott tiba-tiba tertawa, “ini semua benar-benar mengingatkanku pada masa kecil kita Thaos. Masa-masa dimana kita saling beradu dan berlatih bersama. Dan tentu saja dengan Harse.
“Kenapa, Thaos? Kenapa kita harus seperti ini? Tidak inginkah kau berjalan di sampingku? Bersama sahabat kecilmu ini. Tak tahukah kau betapa sedihnya diriku saat harus mengayunkan tombakku ke arahmu wahai sahabatku!?”
Jawab Thaos, “Lott, kau telah salah jalan. Impian dan cita-cita yang kau dambakan telah membawa kesengsaraan terhadap Prosdimos. Kau telah membunuh Raja yang kuhormati dan membawa kesengsaraan kepada seluruh rakyat Lef’tigris. Dan akibat dari segala perbuatanmu itu, istriku… Isra, harus menemui ajalnya. Masih tidak sadarkah dirimu dengan segala yang kau lakukan?”
Kemudian mereka berdua saling bertatapan sejenak.
Lott pun kembali berkata, “Sepertinya tidak ada lagi yang harus dikatakan.”
“Benar! Tidak ada lagi yang perlu dikatakan,” jawab Thaos.
Mereka pun kembali saling menerjang satu sama lain.
Dan setelah waktu berjalan cukup lama, akhirnya tombak milik Lott menemukan setitik celah dan berhasil menebus dada dari Thaos. Tapi Thaos menancapkan tombak itu semakin masuk kedalam tubuhnya serta memegangnya erat-erat. Kemudian ia meraih leher Lott dan menggenggamnya erat-erat, serta meremukkannya.
Lott pun tergeletak di tanah, yang disusul dengan suara kecilnya, “Maafkan aku kawanku, aku tak mengira bahwa ia, Isra, harus menemui ajalnya akibat semua perbuatanku. Maafkan aku…”
Kemudian mata Lott tertutup dan ia pun menghembuskan nafas terakhirnya dengan rasa sesal. Bukan oleh segala kekacauan yang telah ia perbuat di seluruh Prosdimos. Tapi oleh segala duka dan kepedihan yang ia berikan kepada sahabat yang ia sayangi, Thaos Greg.
Thaos saat itu melihat akhir dari Lott Greg dengan kedua matanya sendiri. Bukan kelegaan yang ia dapatkan, tapi rasa sakit yang ia rasakan di dasar hatinya. Kemudian ia roboh serta tubuhnya tergeletak tepat disamping Lott Greg. Dan darah terlihat mengucur deras di tubuhnya.
Saat itu, seorang kepala pasukan dari The Tiger Kingdom berusaha memanfaatkan keadaan. Ia berniat untuk membalaskan kematian Rajanya. Ia berdiri tepat di samping tubuh Thaos yang kesulitan bernafas, lalu mengangkat tombaknya tinggi-tinggi. Tapi saat prajurit itu hendak menikam tubuh Thaos, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari belakang,
“Ayah!”
Saat sang prajurit menoleh kearah suara itu, tiba-tiba dengan cepat sebuah tangan menyambar kepala milik prajurit itu. Menghempaskan kepala prajurit itu lepas dari tubuhnya. Anya menyerang prajurit yang hendak menikam tubuh ayahnya yang sedang terbaring tak berdaya. Dan kemudian ia menghampiri ayahnya yang saat ini sedang terbaring tak berdaya. Memeluknya dalam dekapan tubuhnya.
“Anya, putriku,” Thaos bersuara kecil dalam pelukan Anya, “maafkan jika selama ini ayah terlalu mengekangmu. Karena ayah tidak ingin kehilanganmu juga. Tapi sepertinya inilah saat terakhir ayah.”
“Apa yang Ayah bicarakan? Tolong jangan berkata seperti itu,” potong Anya dalam isakan tangis.
Melihat tangisan Anya, Thaos tersenyum dan membelai pipi putrinya itu lalu berkata, “Anya, kau telah tumbuh dewasa. Menjadi sosok yang lembut dan jauh lebih bijaksana dariku. Bisakah kau menggantikanku memimpin Ras Harimau nantinya?”
“Ayah hentikan semua perkataanmu itu. Tolong Ayah?”
“Bisakah engkau mengabulkan permintaanku ini?”
“Ayah tolong hentikan!”
“Anya!?” kata Thaos kembali dengan memohon.
“Baik, Ayah. Aku akan menggantikanmu memimpin mereka semua, para Ras Harimau.”
“Baiklah. Terima kasih, Anya. Kau harus tau bahwa aku akan selalu mencintaimu selamanya.”
Setelahnya mata Thaos terpejam dan ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.
“Ayah!”
Anya pun memeluk tubuh ayahnya dalam tangisnya. Saat itu, ia menangis sejadi-jadinya melupakan keberadaannya saat ini. Ia telah lupa sepenuhnya bahwa sekarang ia sedang berada di tengah medan pertempuran.
***
Serangan kerjasama dari ketiga saudara The Tiger Kingdom itu benar-benar menyulitkan Freis. Avram dengan kekuatannya, Gelsia dengan kelincahannya, serta Ignatius yang mampu mencari celah-celah di antara kedua kakaknya itu, membuat Freis terdesak. Ia pun tak memiliki kesempatan mengeluarkan elemen anginnya akibat desakan tak henti dari mereka bertiga.
Dilain sisi Avram, Gelsia dan Ignatius paham betul bahwa mereka tidak boleh memberikan celah sedikitpun kepada Freis untuk menciptakan elemen angin. Karena Avram menyadari satu hal selama pertarungannya dengan Freis. Bahwa Sang WIND tidak mampu mengontrol kemampuan anginnya. Ia hanya dapat menciptakan hembusan angin tajam yang akan memotong apapun serta memakai angin di sekitarnya untuk membantunya bergerak. Masalahnya adalah WIND yang sekarang tak dapat mengontrol besar kecilnya kekuatan hembusan itu. Oleh sebab itu, WInd tidak akan mengeluarkan elemen anginnya di tengah-tengah medan pertempuran yang dikelilingi para prajurit. Karena mungkin serangannya itu akan menyerang para prajurit dari pasukan gabungan.
Karenanya Avram memerintah kedua saudaranya untuk menghalangi Freis jika ia hendak pergi dari tengah pertempuran ini. Avram bersama dengan Gelsia dan Ignatius harus bertarung di tengah-tengah mendan pertempuran agar Freis tidak dapat mengeluarkan kemampuan elemen angin dengan sembarangan. Itulah satu-satunya cara mengalahkan Elementary Owner WIND saat ini.
Gelsia selalu menyerang terlebih dahulu untuk membuat celah, kegesitannya mampu mengimbangi gerakan tubuh Freis. Dan saat Gelsia mulai terdesak, Avram akan datang dan menerjang Freis dengan ayunan kuatnya. Serangan itu beberapa kali menghempaskan tubuh Freis. Dan ditengah-tengah itu semua, serangan kejutan dari Ignatius yang datang dari tempat yang tidak terduga sering kali berhasil merobek pertahanan dari Freis serta melukainya. Dan serangan itu terus dilakukan berulang-ulang hingga menyudutkan Freis.
Setelah waktu berselang cukup lama, tiba-tiba sebuah anak panah melesat ke arah Gelsia dan membuyarkan konstrasinya. Dari coraknya, Freis tahu bahwa itu adalah anak panah milik Rivian Aaron. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Freis Greeya, dengan cepat ia melompat ke arah Gelsia dan menikamkan pedangnya tepat di jantung gadis itu. Avram yang hendak menghentikan itu semua harus kehilangan keseimbangan akibat sebuah panah yang menembus pahanya.
Tapi amarah membuat Avram bangkit kembali menghiraukan otot pahanya yang telah robek akibat tusukan panah. Ia melompat ke arah Freis yang saat itu pedangnya tertancap di tubuh Gelsia. Gelsia pun menggenggan tangan Freis erat agar tidak dapat menghindari serangan dari Avram. Sayangnya lompatan Avram saat itu terlalu tinggi sehingga memberikan celah bagi Freis untuk menggunakan kemampuan elemen anginnya tanpa harus melukai pasukan gabungan di sekitarnya. Dengan tangan kirinya, Freis menciptakan elemen angin yang menghempaskan serta mencabik-cabik tubuh Avram.
Tiba-tiba Ignatius muncul di balik tubuh Freis. Memanfaatkan kelengahan Freis dan celah yang diciptakan kedua saudaranya, ia pun akhirnya berhasil menikam Freis dari belakang dengan ujung tombaknya dan melubangi tubuh Freis.
Dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki, Freis berusaha meraih tombak Ignatius dengan tangan kirinya. Kemudian ia mengumpulkan elemen angin ditelapak tangan kirinya dan menghancurkan tombak yang menembus tubuhnya. Di saat yang bersamaan tangan-tangan Gelsia yang menggenggam pedang serta tangan kanannya itu telah melemah. Ia pun menarik pedangnya serta mengayunkannya dengan cepat ke arah Ignatius. Dan leher Ignatius pun tertebas oleh Pedang Tachi Anemo milik Freis. Setelah itu tubuh Ignatius tergeletak tak bernyawa di tanah. Di susul dengan Freis yang jatuh terbaring tak berdaya di antara mereka, Ignatius dan Gelsia.
***
Elise Reig kebingungan dan gelisah di tengah pertempurannya. Serangan tak henti dari para prajurit The Tiger Kingdom membuatnya harus terpisah dari kedua gadis yang dibawanya. Para prajurit itu seperti keledai bodoh yang dungu yang menyerangnya tanpa henti. Mereka terus menyerangnya sekalipun tombak-tombak mereka tak dapat menembus sayap-sayap di balik punggungnya yang selalu melundunginya. Sekalipun mereka telah melihat banyak tubuh prajurit lainnya berserakan di kakinya. Terbelah, hancur, serta tercabik-cabik oleh cakar-cakarnya. Betapa bodohnya.
Di lain pihak, para prajurit itu tahu betul bahwa wanita ini adalah sosok yang mengerikan. Mereka semua terus menyerang Elise untuk mencegahnya masuk kedalam pertempuran dan menyulitkan tuan-tuan mereka. Para prajurit itu terus-menerus maju menerjang Elise dalam ketakutannya.
***
Kali ini Raya berjalan mengikuti kata hatinya. Ia terus berjalan di tengah pertempuran itu dituntun oleh suara kecil di hatinya. Melewati prajurit-prajurit yang bertarung di sekitarnya. Menghiraukan segala peringatan Bibi Elise kepadanya. Ia terus melangkahkan kakinya ke depan. Hingga sampai pada titik di mana ia melihat dengan kedua matanya tubuh Freis Greeya terbaring jauh di sana tak berdaya.
Seketika itu juga ia berlari dengan cepat. Air mata kini telah menggenang di kedua matanya. Yang beberapa saat kemudian mengalir dengan deras bersamaan dengan langkah cepat kakinya. Ada rasa sesak di dadanya yang tak tertahankan. Dan rasa takut yang tak terbayangkan menghantuinya. Akankah ia kehilangan lagi seseorang yang ia cintai?
Sesampainya disana ia mencabut tombak yang menusuk dada Freis, dan membalikkan tubuhnya. Terlihat dengan jelas olehnya dada yang telah berlubang itu, yang mengalirkan darah dengan derasnya. Dan Freis yang saat ini bernafas tak beraturan. Ia pun mengusap wajah Freis dengan tangan-tangan gemetar.
Kemudian Freis menangkap tangan-tangan gemetar Raya dan membuka matanya. Kemudian ia membelai pipi Raya dengan lembut, dan mengusap air mata yang mengalir dengan deras di kedua mata Raya. Kemudian ia memberikan senyuman terakhirnya kepada gadis itu dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Tinggal Raya sendirian yang tenggelam dalam tangisannya. Tak ada kata-kata yang dapat menghambarkan betapa sakit, sedih, dan tersiksanya hatinya saat ini. Ia terus merangkul tubuh Freis dalam tangis. Tenggelam dalam duka dan kesedihan.
****
“Tubuh itu terdiam tak bergerak,
Nafas itu berhenti tak berhembus,
Dada ini tersiksa dalam tangis dan duka,
Kenapa semua ini harus terulang kembali,
Kenapa aku harus kembali mengalaminya,
Kenapa takdir tak henti-hentinya memperdayaiku.”
😂
😂