NovelToon NovelToon
Dikira Ojol Ternyata Intel

Dikira Ojol Ternyata Intel

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Suami ideal
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pilips

Terpaksa menikah karena persoalan resleting yang tersangkut pada rambut seorang gadis bernama Laras ketika Polisi Intel itu sedang melaksanakan tugas mengejar pengedar narkoba. Polisi Intel itu menyembunyikan identitasnya dari sang Istri, ia mengaku sebagai seorang Ojol. Karena gagal menyelesaikan tugasnya. Aliando Putra Perdana hendak dipindah tugaskan ke Papua.
Tanpa Ali sadari, ia sengaja dikirim ke sana oleh sang Ayah demi menghindari fitnah kejam dari oknum polisi yang menyalahgunakan kekuasan. Ada mafia dalam institusi kepolisian. Ternyata, kasus narkoba berhubungan erat dengan perdagangan manusia yang dilakukan oleh oknum polisi di tempat Aliando bertugas.
Ingat! Bukan cerita komedi, bukan pula dark romance. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pilips, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Wawancara Gak, Ijab Qobul, Iya!

Laras duduk menangis memeluk kedua lututnya. Layaknya bocah ingusan, suara tangisannya mengundang perhatian para penghuni kosan.

Sahabat yang dia panggil Lolly itu  baru saja balik dari kampus, sontak berlari ke arahnya menerobos kerumunan dekat tangga. “Laaaraaas! Lo kenapa? Maling ya di kos gue?!”

Sambil sesegukan, Laras mendongak. “Keterlaluan lo ya! Ini gue mau dikawinin!” isak Laras kembali, kali ini makin nyaring.

Akhirnya Pak Ustad Vicky Setyo datang bersama Ibu pemilik kosan.

“Nah ini dia, Pak …, pemeran dalam video tadi,” ucap Bu kos semakin membuat rasa penasaran penghuni seisi kos menjadi-jadi.

“Hah? Disebarkan?!” protes keras Aliando tidak terima, “kalian semua bisa dikenakan pasal pencemaran nama baik! Kalian semua fitnah!” seru Aliando, urat pada pelipisnya sampai mencuat, wajahnya terlihat memerah namun ekspresi wajah itu tetap saja datar.

“Kamu berani ya marah-marah gitu. Udah ketahuan, masih aja sempat bela diri,” ujar Ibu kos tak kalah sebal.

Laras berdiri, ia remas jaket si Om ojol. “Om …, kalau Bapakku datang, kasi tahu ke dia kalau ini semua salah paham. Bapakku itu sayang banget sama aku, jadi beliau bakalan bela aku,” bisik Laras percaya diri.

Karena ekpresi Laras begitu meyakinkan. Alindo mengangguk tanda setuju. “Saya akan maju paling depan nanti.”

Laras melempar senyum kentara giginya yang begitu jelek. Gemetar campur malu karena dilihat banyak orang di sana.

Om Laras pun tiba, nampak menggandeng cepat sebuah lengan gelap namun sangat kokoh. Rambut bapak-bapak yang ia gandeng kelihatan mulai beruban. “Nah, ini kakak tertua saya. Bapaknya Laras!” seru Om Herman selalu bangga ketika memperkenalkan Sang Kakak di depan umum.

Bu Kos pun maju, berbicara pelan pada keduanya, “jadi mau dinikahkan di mana, Pak?” tanya Bu Kos yang ditujukan untuk bapaknya Laras.

Tetapi orang tua itu nampak siap mematahkan tulang pria yang sudah mengajari anaknya perilaku yang tak senonoh.

“Maaf, Bu …, saudara saya ini memang tidak banyak omong, langsung aksi,” ujar Om Herman, “dia …, calon kepala desa, hehe.”

Mulut Bu Kos membola lebar. “Ooh, kalau begitu kasus anaknya bisa jadi penghalang, dong?” katanya seolah memprovokasi.

Bapaknya Laras melirik tajam pada Bu Kos. Dalam satu tarikan napas, ia berjalan menghadapi pria yang berada dalam video bersama anaknya.

“Berani berbuat …, maka berani bertanggung jawab,” penekanan suara bapak Laras terdengar penuh emosi.

Laras pun maju, berdiri di samping Om ojol. “Pak …, ini semua kesalahpahaman, Pak.” Laras meringis ketakutan. Ia goyangkan ujung jaket Om ojol, meminta untuk berbicara sesuai dengan kesepakatan mereka tadi.

Aliando dengan wajah datarnya akhirnya pun berucap, “saya tidak pernah melakukan apa pun terhadap anak bapak.”

Lama keheningan menyelimuti mereka semua. Para anak kos nampak tegang seolah menonton film horor di bioskop secara gratis.

“Saya tidak perlu bertanggung jawab atas putri bapak, karena saya …,” lanjut Ali. Namun, satu bogeman mentah tanpa aba-aba mendarat ke wajahnya.

Perih rasanya bukan main. Tubuh tinggi tegak, badan ideal, ternyata tidak mampu menahan serangan tiba-tiba si Bapak. Ali tersungkur jatuh ke belakang.

Laras menganga, tak mampu berkata apa-apa. Ia lirik bapaknya sekilas. Karena takut, Laras berjalan mundur mendekati Om ojol. Ia berjongkok kemudian bertanya, “Om gak apa-apa?”

Seperti ada bintang-bintang yang menghiasi kepala Ali. Ia mendongak pada Laras. “Kamu bilang bapak kamu akan percaya,” kata Ali serak sambil berusaha meregangkan otot pipinya menggunakan lidah. “Tua masih kuat, luar biasa.”

“Sempat-sempatnya lo puji bapak gue, Om,” salut Laras, “bapakku mantan petarung di kampung, Om, hehe.”

“Sekarang kamu juga sempat-sempatnya kagum sama bapakmu yang seperti ayam jago itu? Huh?” beo Ali tak percaya. Ia berusaha bangkit, namun, ia melihat bapaknya Laras berjalan ke arahnya.

“Tahan, bapakku sayaaang!” Kedua tangan gadis itu menghadang. Laras tahu betul bahwa kaki pendek bapaknya akan menyepak entah menuju perut Om ojol ataukah diarahkan pada selangkangannya Ali.

“Kamu bela pacarmu, Laras?!” geram bapak Laras.

“Hih …, amit-amit, Pak! Om ini bukan pacarnya Laras!”

“Kalau bukan pacarmu, maka dia laki bayaran?!” bapaknya Laras melotot sambil bertolak pinggang.

Bukan maen! Lelaki bayaran? Yang benar saja kalian! Aku ini polisi! Polisi intel! Andai Ali bisa meneriakkan suara hatinya itu, semua masalah ini akan cepat selesai. Namun, apa boleh dikata, misinya belum selesai bahkan nyaris dikatakan gagal.

Jika dalam beberapa hari ini ia gagal membongkar sindikat jaringan narkoba itu, maka, karirnya bisa hancur. Sesuai janji komandannya, ia akan dipindah tugaskan ke Papua menjadi penjaga di perbatasan.

Ali nampak menggidikkan bahunya.

“Berani kamu masih mau melawan?!” bapaknya Laras meraih kera jaket ojolnya Ali, hendak kembali melayangkan bogeman baru. Tapi, Laras segera maju dan menghadang bapaknya.

“Pak! Jangan!” teriak Laras sambil menutup erat kedua matanya. “Laras sayang, bapak,” ucap Laras kemudian dengan lirih. Pada akhirnya, ia pun menangis lagi.

Karena Laras adalah putri kesayangan Pak Kaget, orang tua itu pun melemaskan badannya. Ia peluk anaknya.

“Lah, segini doang? Mana ngamuknya?” tanya Ibu Kos ke Om Herman.

Om Herman menjawab, “gak tahu saya, Bu. Kakak saya memang gampang luluh orangnya.”

Tapi, Laras mengira bahwa bapaknya percaya padanya. Seperti disambar guntur, bapaknya Laras bersuara, “bapak sudah siapkan kebaya putih di dalam mobil. Kamu segera bersiap ganti baju dan make-up seadanya.”

“Hah?” Laras menjauhkan diri dari pelukan bapaknya.

“Kamu!” Tunjuk Pak Kaget pada Ali. “Pake jas, sana!”

“Apa, Pak?” heran Ali, keningnya mengkerut. “Jadi bapak tidak percaya dengan kami?”

“Apa …, apa …, jidatmu apa! Pokoknya hari ini kamu nikahi anak saya!”

Riuh suara anak kos seolah menonton pertandingan bola yang curang. Namun, bapak Laras tidak perduli, ia menarik putrinya ke bawah. Sama dengan Ali, kedua lengan berototnya dipegang oleh Om Herman dan Pak Ustad Vicky Setyo.

Pak Vicky Setyo berujar, “astagfirullah, nak. Kamu kalau mau melakukan hal seperti itu, jangan sampai ketahuan.”

“Oh …, jadi harus sembunyi gitu ya, Pak?” Lirik Om Herman dengan mata yang sudah seperti senter. “Agak lain juga ya Anda, hehe.”

“Ah, bukan begitu maksud saya, Pak.”

“Sudahlah, kita bawa anak ini segera ganti baju.”

***

“Saya terima nikah dan kawinnya Laras Binti Kaget dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai,” kata Aliando lesu seperti tahanan Nusa Kambangan.

Sama sekali tak pernah ia bayangkan menikah dengan cara seperti ini. Sama halnya dengan Laras yang sejak tadi terus menangis. Seperti kisah gadis kampung yang dipaksa nikah dengan juragan kaya berperut buncit.

“Padahal pacarnya ganteng poll. Kenapa nangis, ya?” bisik Bu kos pada istri Pak Ustad Vicky Setyo yang duduk disampingnya.

“Mungkin karena belum siap aja kali, Bu,” jawab istri Pak Vicky.

“Gak siap tapi suka ngisep permen buwung.”

“Bagaimana saksi? Sah?!” tanya Pak penghulu pada semua saksi dan tamu tak diundang yang hadir di lokasi.

“Saaaaahhhh!” jawab semua orang secara serempak.

“Alhamdulillah,” kata Pak penghulu lega.

Lain halnya dengan Aliando yang kepalanya pusing tujuh keliling. Ali malah mengucap kata astagfirullahhaladzim dalam hatinya.

“Selamat ya Laras, akhirnya lo ngedeluanin gue nikah, hiksss.”

“Diem lo Lolly!” seru Laras mencubit paha Lolly.

“Akhirnya benalu gue lenyap,” gumam Lolly menutup mulut.

“Baik, karena semua sudah beres.” Tunjuk Pak Kaget menatap tajam ke arah Ali. “Kamu! Ikut saya balik ke kampung dan kamu juga Laras!”

“Hiksss, iya, Pak.” Laras mengusap air matanya dengan tissue pemberian Bu Kos. Tanpa Laras ketahui, tissue itu bekas habis ngelap ujung sepatu Bu Kos.

Mereka berempat masuk ke dalam mobil kijang tempo doloe. Om Herman menyetir, Pak Kaget duduk di samping kursi kemudi.

Laras dan Ali duduk di belakang, masih menggunakan baju pengantin dadakan. Sementara itu, Laras terus menangis karena mengingat jadwal wawancara kerjanya yang gagal total.

“Ibumu suruh ke Dukun Tukiyem,” kata Pak Kaget tiba-tiba.

“Kenapa Laras mau dibawa ke dukun, Pak?”

“Ibumu mau periksa kandungan kamu, toh!”

“Apa?!” teriak keduanya serempak.

“Tapi Laras gak hamil, Pak,” jengkel Laras coba menjelaskan lagi pada bapaknya yang berkepala batu itu.

“Dukun Tukiyem itu mata batinnya tembus! Kamu ndak usah mengelak lagi. Setiba di kampung, kalian berdua harus ketemu Dukun Tukiyem. Paham!”

Mobil kijang tempo doloe warna ijo tua itu melaju kencang menuju kampung durian jatuh. Benak Ali berkecamuk hebat, entah apa yang akan terjadi pada nasibnya selanjutnya.

1
widya widya
lanjutt Thor.. seru
Laksmi Dewi (Pilips): up tiap hari kak, pantengin yaaa..
total 1 replies
widya widya
Ceritanya seru dan kocak.
widya widya
Seru dan kocak.
Laksmi Dewi (Pilips)
Karya pertamaku di Noveltoon
Rian Moontero
bukan cerita komedi,,tpi bikin aq ketawa🤣🤣🤸🤸
Laksmi Dewi (Pilips): jangan lupa mingkem kak
total 1 replies
yanah~
mampir kak 🤗
Laksmi Dewi (Pilips): makasih kak
total 1 replies
Alucard
Jalan ceritanya memukau!
Laksmi Dewi (Pilips): novel ini up tiap hari kak, makasih atas komentarnya
total 1 replies
Risa Koizumi
Masuk ke dalam cerita banget.
Laksmi Dewi (Pilips): sip kak, lanjutkan. novelnya up tiap hari
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!