Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Reifan untuk Kayla
Bu Rianti sejak tadi masih mondar-mandir di parkiran mobil. Setelah menemui dokter, Bu Rianti keluar dari rumah sakit untuk mencari Reifan. Namun, ternyata Reifan tidak ada. Hanya mobilnya saja yang masih terparkir di parkiran rumah sakit.
Bu Rianti mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya untuk menelpon Reifan. Namun Reifan tidak mengangkat panggilannya. Bu Rianti terkejut saat melihat ponsel Reifan yang masih tertinggal di dalam mobil.
"Kemana sebenarnya anak itu. Kenapa dia pergi begitu saja. Dia juga meninggalkan ponselnya di sini. Bagaimana saya bisa menghubunginya," ucap Bu Rianti
Beberapa saat kemudian, Reifan keluar dari rumah sakit dan menghampiri ibunya di parkiran mobil.
"Reifan. Kamu dari mana saja sih Rei. Mama dari tadi nyariin kamu ke mana-mana. Sampai capek tahu kaki Mama," rutuk Bu Rianti.
"Maaf Ma, tadi aku ada urusan sebentar."
"Urusan apa? apakah urusan kamu lebih penting dari mama?" Bu Rianti tampak kesal dengan Reifan.
Beberapa saat kemudian, Aditya menghampiri Reifan dan Bu Rianti. Bu Rianti terkejut saat melihat Aditya.
"Aditya juga ada di sini, ngapain Aditya di sini?" tanya Bu Rianti.
Aditya melirik ke arah Reifan. Aditya sudah berjanji pada Reifan kalau dia tidak akan memberi tahu siapapun soal Kayla termasuk pada Bu Rianti.
Itu semua karena Reifan tidak mau ibunya mengusik keberadaan Amira dan Kayla lagi. Reifan sudah tahu, bagaimana ibunya membenci Amira selama ini. Dan Reifan tidak akan menyusahkan Amira lagi karena ibunya. Reifan sudah berjanji. Dia akan menebus semua kesalahannya pada Amira.
"Bu Rianti. Apa kabar Bu. Lama nggak jumpa. Saya di sini, baru menjenguk teman saya yang sakit Bu," ucap Aditya memberi alasan.
"Oh, teman kamu ada yang sakit?"
Aditya mengangguk.
"Ya udah Dit. Tolong kamu kembali ke kantor. Saya akan mengantar Mama saya pulang," ucap Reifan menyela pembicaraan Aditya dan ibunya.
"Baik Pak."
Aditya kemudian pergi meninggalkan Bu Rianti dan Reifan. Sementara Reifan dan Bu Rianti masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi meninggalkan rumah sakit.
"Oh ya Rei. Menurut kamu, gimana Hana?"
"Gimana apanya Ma?" tanya Reifan di sela-sela menyetirnya.
"Kalau menurut Mama sih, Hana itu cocok sama kamu Rei. Dia cantik, dia baik, dia juga lulusan luar negeri. Yang lebih penting lagi dia anak orang kaya. Keluarganya juga sederajat dengan keluarga kita. Tidak seperti mantan istri kamu itu, yang nggak jelas asal-usulnya," ucap Bu Rianti.
Sudah lama Bu Rianti mencarikan jodoh untuk Reifan. Entah sudah berapa wanita yang Bu Rianti perkenalkan pada Reifan. Bu Rianti ingin Reifan benar-benar melupakan Amira dan memulai hidup baru dengan orang lain. Namun Reifan tidak pernah peduli dengan apa yang ibunya lakukan. Setelah Amira pergi dari kehidupannya, Reifan lebih fokus pada pekerjaannya.
"Ma, bisa nggak sih Ma, mama berhenti jodoh-jodohin aku sama wanita lain. Aku itu nggak pernah tertarik pada wanita lain kecuali Amira. Selama ini, aku itu cuma cinta sama Amira. Seharusnya Mama ngerti dong perasaan aku."
"Amira itu bukan wanita yang baik Reifan. Dia itu cuma gadis yatim piatu yang tidak jelas asal-usulnya. Kenapa kamu bisa sih mencintai wanita seperti itu."
"Ma, aku tahu selama ini Mama nggak pernah suka sama Amira. Tapi yang harus Mama ingat, Amira itu ibu dari anak aku. Dan sampai kapanpun, Mama nggak akan bisa memisahkan aku dengan Kayla. Selama ini aku sudah sabar menghadapi sikap Mama. Tapi sekarang aku benar-benar kecewa sama Mama. Mama sudah membuat rumah tanggaku dan Amira berantakan."
Bu Rianti diam. Dia tidak berani bicara. Bu Rianti tidak mau membuat Reifan semakin marah. Apalagi tadi dia sudah menyinggungnya soal Amira.
Reifan menghentikan laju mobilnya setelah dia sampai di depan rumah.
"Sekarang Mama turun Ma! aku mau langsung ke kantor!"
"Iya."
Bu Rianti kemudian turun dari mobil Reifan. Setelah itu dia masuk ke dalam rumahnya. Sementara Reifan dia meluncur pergi untuk ke kantor.
Sesampainya di kantor, Reifan masuk ke dalam ruangannya. Dia kemudian duduk dan mengambil ponselnya untuk menelpon Aditya.
"Halo Pak Reifan."
"Dit. Tolong ke ruanganku sekarang!" pinta Reifan.
"Baik Pak."
Reifan menutup saluran telponnya. Beberapa saat kemudian, Aditya masuk ke dalam ruangan Reifan.
"Permisi Pak. Anda memanggil saya?" tanya Aditya.
"Iya. Duduk Dit!" pinta Reifan.
Aditya kemudian duduk.
"Ada apa Pak?"
"Kamu bisa jelasin ke saya. Kenapa kamu bisa ada di rumah sakit bersama Amira?" tanya Reifan.
"Saya cuma kebetulan saja kok Pak bertemu Bu Amira."
"Apa kamu sudah menyelidiki semua tentang Amira? di mana Amira tinggal sekarang?"
"Pak Reifan kan sudah bertemu Bu Amira. Kenapa bapak tidak tanya langsung saja ke Bu Amira."
"Iya juga sih. Tapi hari ini aku tidak bisa ke rumah sakit. Karena hari ini kita akan ada meeting di kantor. Dan meeting ini tidak boleh sampai gagal. Karena ini akan melibatkan proyek besar kita."
"Iya Pak. Saya juga sudah menyiapkan semuanya."
****
Malam ini, Amira masih berada di ruangan Kayla. Sejak tadi dia masih menatap Kayla lekat. Kayla membuka matanya perlahan. Dia kemudian tersenyum saat melihat ibunya.
"Mama, Mama kenapa? kenapa Mama nangis?" tanya Kayla yang melihat Amira menangis.
"Mama nggak nangis kok. Kayla gimana? apa ada yang sakit Nak?" Amira mengusap air matanya. Dia tidak mau Kayla melihatnya menangis.
Kayla menggeleng.
"Aku kangen sama Papa. Kapan aku bisa ketemu sama Papa Ma?" Amira terkejut saat mendengar ucapan Kayla.
Kayla sedang sakit. Dan kata dokter, aku tidak boleh membuatnya sedih dan tertekan. Aku harus membuat Kayla selalu bahagia. Mulai sekarang aku tidak akan menghalangi Kayla untuk bertemu ayahnya, batin Amira.
"Tadi pagi Papa ke sini jengukin Kayla," ucap Amira.
Kayla tersenyum dengan mata berbinar-binar.
"Papa tadi pagi ke sini Ma?"
"Iya. Tapi kamu masih tidur."
"Kenapa Mama nggak bangunin Kayla. Kayla kan kangen sama Papa. Kayla pengin ketemu Papa."
"Kayla tenang saja ya. Papa pasti akan ke sini lagi kok jengukin Kayla."
Amira sedih saat melihat anaknya. Gadis sekecil Kayla harus menderita penyakit serius. Untunglah penyakit itu masih stadium awal. Namun Amira akan terus berusaha untuk mengobati Kayla sampai dia sembuh. Amira tidak mau kehilangan Kayla. Apapun akan dia lakukan untuk kesembuhan Kayla.
"Kayla belum makan kan. Mama suapin Kayla ya!" ucap Amira sembari mengambil mangkok yang ada di atas nakas.
Kayla menggeleng.
"Kayla belum lapar Ma. Kayla nanti saja makannya."
"Kay, Kayla harus makan. Kalau nggak makan, nanti Kayla nggak sembuh-sembuh sakitnya."
"Tapi Kayla nggak lapar Ma."
Di sela-sela Amira membujuk Kayla untuk makan, pintu ruangan Kayla terbuka lebar. Kayla dan Amira terkejut saat melihat kedatangan Reifan.
"Papa..."
Reifan buru-buru masuk ke ruangan Kayla dan langsung memeluk Kayla.
"Papa kangen banget sama kamu sayang," ucap Reifan sembari mengusap-usap rambut panjang Kayla.
"Kayla juga kangen sama Papa."
Reifan melepas pelukannya. Dia kemudian mencium kening dan ke dua pipi Kayla.
"Kenapa kamu nggak mau makan sayang? nanti tambah sakit lho kalau nggak makan. Biar Papa yang suapin kamu ya," bujuk Reifan.
Kayla mengangguk.
Reifan menatap Amira. "Mir, mana makanan Kayla."
"Ini Mas," ucap Amira sembari memberikan mangkok yang berisi bubur itu pada Reifan.
Reifan kemudian menyuapi Kayla. Sementara Amira, dia pergi meninggalkan ruangan Kayla. Dia tidak mau mengganggu waktu Kayla dan Reifan.
Setelah menyuapi Kayla, Reifan kemudian meletakan mangkok itu di atas nakas. Kayla tersenyum menunjukkan lesung pipinya.
"Papa, kenapa Papa tahu Kay ada di sini?" tanya Kayla.
"Waktu Papa ngantar Oma kamu ke rumah sakit, Papa tidak sengaja bertemu Mama kamu. Eh, Papa baru tahu kalau ternyata kamu yang sakit. Jadi Papa langsung ke sini," jelas Reifan.
"Aku kangen sama Papa."
"Papa juga kangen sama Kayla."
"Oh ya. Kayla tunggu di sini dulu ya. Papa mau bicara sebentar sama Mama kamu di luar."
"Iya Pa."
"Kayla istirahat saja dulu."
Kayla mengangguk. Kayla membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Setelah itu Reifan keluar dari ruangan Kayla untuk mencari Amira.