NovelToon NovelToon
The Unfinished Story

The Unfinished Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Time Travel / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:693
Nilai: 5
Nama Author: Firaslfn

Elyana Mireille Castella, seorang wanita berusia 24 tahun, menikah dengan Davin Alexander Griffith, CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Namun, pernikahan mereka jauh dari kata bahagia. Sifat Davin yang dingin dan acuh tak acuh membuat Elyana merasa lelah dan kehilangan harapan, hingga akhirnya memutuskan untuk mengajukan perceraian.

Setelah berpisah, Elyana dikejutkan oleh kabar tragis tentang kematian Davin. Berita itu menghancurkan hatinya dan membuatnya dipenuhi penyesalan.

Namun, suatu hari, Elyana terbangun dan mendapati dirinya kembali ke masa lalu—ke saat sebelum perceraian terjadi. Kini, ia dihadapkan pada kesempatan kedua untuk memperbaiki hubungan mereka dan mengubah takdir.

Apakah ini hanya sebuah kebetulan, atau takdir yang memberi Elyana kesempatan untuk menebus kesalahannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firaslfn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Konflik Tak Terhindarkan

Elyana duduk di depan meja kerjanya, memandangi dokumen-dokumen yang tersusun rapi. Pikirannya terasa kacau. Seminggu terakhir, hubungannya dengan Davin mulai menunjukkan sedikit perubahan. Sisi lembut yang jarang terlihat perlahan muncul, meskipun dinding emosinya masih kokoh berdiri. Namun, malam tadi, sebuah pertengkaran kecil mengingatkan Elyana akan masa lalu mereka—momen-momen yang seharusnya ia hindari.

Pagi itu, suasana di kantor kembali dingin. Davin fokus pada pekerjaannya, tidak memberikan ruang untuk Elyana mendekat. Setiap kali Elyana mencoba berbicara, jawaban Davin singkat dan terkesan menghindar.

Di satu sisi, Elyana tahu bahwa Davin membutuhkan waktu untuk benar-benar membuka diri. Namun, di sisi lain, ia merasakan ketakutan yang mendalam. Apakah ia akan mengulang kesalahan yang sama? Apakah sikapnya yang terlalu memaksa justru akan membuat Davin semakin menjauh?

Sore itu, Elyana memutuskan untuk mengambil inisiatif. Ia mengetuk pintu ruang kerja Davin, membawa tumpukan dokumen yang harus diselesaikan. “Aku ingin membicarakan proyek baru ini,” ujarnya dengan suara tenang.

Davin mengangkat pandangannya, ekspresinya tetap datar. “Letakkan di meja. Aku akan memeriksanya nanti.”

Elyana menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya. “Davin, aku tahu kamu sibuk. Tapi aku pikir kita perlu bicara. Tentang pekerjaan, tentang kita.”

Tatapan Davin berubah tajam. “Apa yang perlu dibicarakan, Elyana? Aku rasa semua sudah jelas.”

Kata-kata itu menohok hati Elyana. Sekilas, ia merasa seperti kembali ke masa lalu, saat hubungan mereka hanya sebatas formalitas tanpa kehangatan. Namun, kali ini ia tidak ingin menyerah begitu saja.

“Aku tidak ingin kita mengulang kesalahan yang sama,” kata Elyana akhirnya, suaranya bergetar. “Aku ingin kita mencoba menjadi tim. Tidak hanya di pekerjaan, tapi juga dalam hubungan ini.”

Davin terdiam, matanya menatap Elyana dengan ekspresi yang sulit diartikan. “Dan apa yang membuat kamu berpikir bahwa aku bisa berubah?”

Elyana menelan ludah. Ia tahu ini adalah kesempatan untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan, tapi ia harus berhati-hati agar tidak mengatakan sesuatu yang akan menghancurkan usaha mereka.

“Aku percaya bahwa setiap orang bisa berubah,” jawab Elyana pelan. “Termasuk kamu. Aku hanya ingin kita memberi kesempatan, bukan hanya untuk aku, tapi juga untuk dirimu sendiri.”

Malam itu, Elyana kembali merenungkan percakapannya dengan Davin. Ia tahu bahwa mengubah sikap seseorang seperti Davin bukanlah hal yang mudah. Tapi ia tidak ingin menyerah, terutama setelah melihat sekilas sisi lembut Davin beberapa waktu lalu.

Namun, di dalam pikirannya, bayangan masa depan terus menghantui. Elyana tahu apa yang akan terjadi jika ia tidak berhasil mengubah hubungan ini. Masa depan yang ia tinggalkan penuh dengan penyesalan dan tragedi, dan ia tidak ingin mengulangnya.

Ketika Elyana tertidur di sofa, ia bermimpi tentang malam terakhir sebelum perceraian mereka di masa depan. Dalam mimpi itu, ia melihat dirinya yang penuh kemarahan, menuduh Davin tanpa memberikan ruang untuk berbicara. Elyana terbangun dengan keringat dingin, menyadari bahwa ia hampir mengulang pola yang sama.

Esok paginya, Elyana memutuskan untuk memulai dengan cara yang berbeda. Ia membawa sarapan ke ruang kerja Davin, berharap untuk mencairkan suasana. Ketika Davin melihatnya, ada sekilas kebingungan di matanya, tetapi ia tidak berkata apa-apa.

“Ini hanya untuk membantumu memulai hari,” kata Elyana lembut sambil meletakkan piring di meja.

Davin menatapnya sejenak sebelum mengangguk kecil. “Terima kasih.”

Itu hanya dua kata sederhana, tetapi bagi Elyana, itu adalah langkah kecil menuju sesuatu yang lebih baik. Ia bertekad untuk tidak membiarkan masa lalu menghalangi usahanya, bahkan jika ia harus menghadapi konflik yang sulit di sepanjang jalan.

Beberapa hari berlalu sejak percakapan tegang itu, tetapi Davin tetap menjaga jarak. Elyana berusaha keras untuk tetap tenang, meski perasaannya bercampur aduk. Di tengah kerumitan ini, kenangan masa depan kembali menghantuinya. Ia teringat dengan jelas momen di mana ia meninggalkan Davin dengan penuh amarah, hanya untuk menyesali keputusan itu di kemudian hari.

Namun, ia juga tahu bahwa Davin memiliki alasan di balik sikap dinginnya. Masa lalu yang suram, trauma yang tertanam dalam, semua itu menjadi tembok besar yang harus ia lewati. Dan Elyana bertekad untuk mencoba lagi, bahkan jika harus melawan ketakutannya sendiri.

Pagi itu, Elyana datang ke kantor lebih awal dari biasanya. Ia menyiapkan segalanya untuk rapat penting yang akan mereka jalani bersama. Saat Davin masuk ke ruangan, ia terlihat seperti biasa—tenang, penuh kendali, dan dingin.

“Semua dokumen sudah aku siapkan,” kata Elyana, mencoba menjaga nada suaranya tetap profesional.

Davin hanya mengangguk tanpa menatapnya. Namun, ketika rapat berlangsung, Elyana melihat sesuatu yang aneh. Davin sesekali mencuri pandang ke arahnya, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu tetapi menahannya.

Setelah rapat selesai, Davin tiba-tiba memanggilnya. “Elyana, ikut aku.”

Tanpa banyak bicara, Davin membawanya ke taman kecil di belakang gedung kantor. Tempat itu sepi, hanya suara angin dan dedaunan yang berbisik.

“Ada apa, Davin?” tanya Elyana hati-hati.

Davin menghela napas panjang sebelum akhirnya menatapnya. “Kenapa kamu melakukan semua ini? Berusaha keras untuk sesuatu yang sudah jelas tidak akan berhasil?”

Pertanyaan itu menusuk hati Elyana, tetapi ia mencoba tetap tenang. “Karena aku percaya, Davin. Aku percaya kita masih punya kesempatan.”

“Tapi kenapa?” Davin mengangkat suaranya sedikit, ekspresi wajahnya menunjukkan kebingungan dan frustrasi. “Aku bukan orang yang mudah didekati. Aku bukan suami yang baik, dan aku tahu itu.”

Elyana mengambil langkah mendekat. Ia ingin menyentuh Davin, tetapi ia tahu itu akan membuat pria itu semakin menjauh. Jadi ia hanya berkata, “Aku tidak peduli seberapa sulitnya. Aku tahu kamu punya sisi lain yang tidak kamu tunjukkan. Aku hanya ingin kamu memberi dirimu sendiri kesempatan untuk bahagia.”

Davin terdiam. Ada kilatan emosi di matanya, sesuatu yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Namun, seperti biasa, ia menutupinya dengan cepat. “Jangan terlalu berharap, Elyana. Harapan hanya akan membawa kekecewaan.”

Kata-kata itu membuat Elyana hampir putus asa, tetapi ia tidak ingin menyerah. “Aku tidak peduli dengan kecewa, Davin. Yang aku pedulikan adalah kamu.”

Malam itu, Elyana merenung lama di apartemennya. Ia sadar bahwa perjuangannya tidak akan mudah. Davin adalah pria yang sulit dibaca, sulit didekati, dan penuh dengan luka yang ia sembunyikan. Tetapi Elyana tahu, jika ia menyerah sekarang, masa depan yang ia coba hindari akan menjadi kenyataan.

Di meja kerjanya, ia membuka laptop dan mulai menelusuri kembali catatan tentang masa lalu Davin. Ia menemukan beberapa petunjuk kecil—nama-nama tempat, orang-orang yang pernah dekat dengannya. Semua ini memberikan gambaran mengapa Davin menjadi seperti sekarang.

Namun, saat Elyana semakin dalam menggali informasi, ia menemukan sesuatu yang mengejutkan: sebuah surat elektronik yang dikirim oleh salah satu mantan rekan kerja Davin beberapa tahun lalu. Surat itu berisi permintaan maaf atas sesuatu yang tidak jelas, tetapi cukup untuk membuat Elyana yakin bahwa ada insiden besar yang membentuk kepribadian Davin.

“Jadi ini alasannya,” gumam Elyana, suaranya dipenuhi keprihatinan.

Elyana tahu bahwa untuk benar-benar memahami Davin, ia harus menghadapi masa lalunya. Dan kali ini, ia tidak akan mundur, tidak peduli seberapa sulit jalannya.

Hari berikutnya, Elyana memutuskan untuk mengambil langkah baru. Surat yang ia temukan malam sebelumnya masih terbayang di pikirannya, memberinya dorongan untuk menggali lebih dalam. Ia menyadari bahwa Davin mungkin tidak akan pernah berbicara tentang masa lalunya secara langsung, jadi ia harus lebih kreatif.

Elyana memilih untuk mengunjungi kediaman lama Davin yang tertera di dokumen perusahaan. Di sana, ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang ramah, yang ternyata pernah menjadi tetangga dekat keluarga Davin.

“Oh, Davin? Dia anak yang pendiam sejak kecil,” ujar wanita itu dengan nada penuh simpati. “Kehidupan keluarganya tidak mudah. Tapi dia selalu terlihat kuat, meski saya tahu hatinya pasti sering terluka.”

Elyana mencoba untuk tidak terlalu terlihat penasaran, tetapi ia tidak bisa menahan diri. “Apa Anda tahu sesuatu tentang keluarga Davin? Maksud saya, apa yang membuatnya begitu tertutup?”

Wanita itu terdiam sejenak sebelum menjawab. “Ayahnya... Dia sangat keras pada Davin. Selalu menuntutnya menjadi sempurna, tidak pernah puas dengan apa pun yang dia lakukan. Ketika ibunya meninggal, Davin semakin tenggelam dalam dunianya sendiri.”

Kata-kata itu seperti potongan puzzle yang mulai membentuk gambaran besar. Elyana bisa membayangkan seorang Davin kecil yang selalu berusaha memenuhi harapan ayahnya, hanya untuk merasa tidak pernah cukup.

Setelah berbincang beberapa saat lagi, Elyana mengucapkan terima kasih dan pergi. Di perjalanan pulang, pikirannya penuh dengan pertanyaan. Bagaimana caranya ia bisa menyentuh hati Davin yang telah lama terkunci?

Malam itu, Elyana kembali berhadapan dengan Davin di apartemen mereka. Ia membawa secangkir teh hangat ke ruang kerja Davin, sebuah kebiasaan kecil yang ia mulai dalam usahanya mendekatkan diri.

“Tehmu,” katanya pelan sambil meletakkan cangkir di meja.

Davin menoleh sebentar dan mengangguk singkat, lalu kembali fokus pada dokumen di depannya. Elyana hampir pergi, tetapi ia memutuskan untuk tinggal sebentar.

“Davin,” Elyana memulai, suaranya sedikit bergetar. “Aku tahu aku bukan istri yang sempurna, dan mungkin aku pernah membuatmu kecewa. Tapi aku ingin mencoba lebih baik.”

Davin mengangkat alisnya, terlihat terkejut dengan pernyataan itu. “Kenapa kamu mengatakan ini sekarang?”

Elyana mengambil napas dalam sebelum menjawab. “Karena aku tahu betapa sulitnya hidupmu, dan aku tidak ingin menambah beban itu. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa kamu percaya.”

Davin menatap Elyana lama, seolah mencoba membaca pikirannya. Tapi seperti biasa, ia tidak mengatakan apa-apa.

Elyana hampir menyerah, tetapi sebelum ia pergi, ia berkata, “Aku tidak akan berhenti mencoba, Davin. Tidak peduli seberapa sulitnya kamu untuk didekati.”

Setelah Elyana pergi, Davin duduk diam di ruang kerjanya. Kata-kata Elyana terus terngiang di pikirannya. Ia tidak tahu harus merespons bagaimana, tetapi ada sesuatu yang berbeda kali ini.

Di balik dinding dingin yang ia bangun, Davin merasakan sedikit kehangatan yang sudah lama hilang dari hidupnya.

Sementara itu, Elyana di kamar tidurnya memandang ke arah kalender di mejanya. Ia tahu waktunya tidak banyak. Jika ia tidak berhasil membangun hubungan yang lebih baik dengan Davin, masa depan yang kelam akan kembali menghantui mereka.

“Ini bukan hanya tentang menyelamatkanmu, Davin,” gumam Elyana pelan. “Ini juga tentang menyelamatkan kita berdua.”

...****************...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!