Terlahir dengan kekuatan istimewa, akankah membuat hidup Angela jadi lebih bahagia? atau penuh dengan rintangan.
Mampukah Angela mengendalikan kekuatannya? ataukah kekuatan itu akan menghancurkan dirinya?
Ikuti terus kisah Angela hingga akhir ya ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Suasana rumah menjadi sunyi usai Ratih pergi dari kediaman keluarga Anderson. Karna Emily dan Angela tengelam dalam pemikiran mereka masing-masing.
Hingga tanpa terasa hari mulai berganti gelap dan tibalah waktu untuk makan malam. Seperti biasa Angela dan Jacob akan berebut ayam goreng buatan sang mama tercinta hingga suasana makan bersama keluarga kecil itu kembali terasa hangat.
"Kakak, itu punyaku!" Jacob tak terima kala sang kakak berhasil mendapatkan paha Ayam yang menjadi incarannya.
"Siapa cepat dia yang dapet! We..." ledek Angela sembari menjulurkan lidahnya ke arah Jacob, Angela tak pernah tahan untuk menggoda adik kesayangannya itu.
"Angela, Jacob. Makan yang benar sayang! Jangan berisik di meja makan! Tidak sopan!" nasehati Emily dengan mata yang mebelalak tajam pada kedua anaknya yang sudah seperti Tom and Jerry. Namun bukannya takut kedua kakak beradik itu malah gemas saat melihat sang mama marah dengan wajahnya yang memerah.
"Mama tambah cantik deh kalau lagi marah." ucapan Angela berhasil menerbitkan kembali senyuman yang sempat hilang di wajah cantik ibu dua anak itu.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum..."
Suara ketukan pintu menghentikan canda tawa mereka.
"Itu kayak suaranya si Iqbal, mau ngapain dia malam-malam datang ke rumah kita?"
Angela sangat hapal dengan suara anak tetangganya yang paling nakal di kompleks tersebut.
"Mau minta paha ayam kali kak." sahut Jacob sembari tertawa cengengesan.
"Hust! kalian itu!" Peringati Edward yang baru saja tiba di ruang makan.
"Kalau ada orang mengucapkan salam kalian harus menjawabnya, karna hukumnya wajib. Ini malah asik sendiri!" nasehati pria berahang tegas itu pada kedua buah hatinya.
"Maaf pah." sesal Angela dan Jacob sembari menundukan kepalanya.
"Bukain pintunya gih!" titah Angela kepada sang adik Jacob Anderson.
"Dih ko aku? Kakak aja sana!" balas Jacob dengan kesal, karna Angela selalu bertingkah so bossy terhadapnya.
"Sudah! sudah! Biar mama saja yang buka pintunya. Kalian jangan bertengkar lagi ya!" Emily bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju pintu utama.
Ceklek
Emily membuka pintu berbahan kayu jati dengan ukirannya yang indah itu untuk melihat siapa tamu yang datang.
"Iqbal, ada apa malam-malam datang ke sini nak?" tanya Emily dengan ramah pada bocah berusia 14 tahun itu.
"I-ibu tante, d-dia mendadak sakit saat sedang m-makan malam." jawab Iqbal dengan terbata.
"Sakit? Bukannya tadi siang bu Ratih terlihat sangat sehat. Bahkan ia bisa menyumpahi keluarga kami dengan lantangnya." Gumam Emily dalam hati.
Emily malah melamun, membayangkan kejadian tadi siang saat Ratih marah-marah dan menyumpahi keluarganya terutama Angela.
"Ibu kamu sakit apa nak?"
Tanya Edward yang kini sudah berdiri di samping sang istri yang masih asik merenung.
"Gak tau om dokter, sakitnya aneh. Aku disuruh bapak untuk memanggil om dokter ke rumah untuk memeriksa kondisi ibu." Ucap Iqbal dengan napas terengah-engah.
"Lebih baik kita lihat kondisi bu Ratih secara langsung ke rumahnya aja pah." saran Emily, dan langsung disetujui lewat anggukan kepala oleh Edward.
"Baiklah, papa ambil peralatan kedokteran dulu." kata Edward. Setelah mengambil alat kedokterannya, Emily dan Edward bergegas menuju rumah Ratih yang hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari rumah mereka.
"Tunggu aku ikut." Teriak Angela seraya berlari menyusul kedua orang tuanya.
"Eh kak, ko aku ditinggalin sendiri sih!" Jacob bergidik ngeri saat menyadari kalau hanya tinggal dirinya saja yang masih berada di ruang makan tersebut.
"Siapa bilang kamu sendiri, tuh ada si Junior kok yang nemenin kamu di rumah." Cicit Angela sembari tertawa renyah.
"Iihhh ngeri..." pekik Jacob. Bulu kuduknya terasa merinding semua kala kakaknya itu menyebut nama Junior. Junior adalah hantu penghuni rumah dengan wujud anak kecil keturunan belanda yang menjadi teman gaib sang kakak sedari kecil. Dan tentunya hanya Angela yang mampu melihat Junior.
***
***
Tak sampai lima menit kini Edward dan keluarganya telah sampai di kediaman Ratih. Tetangga yang lain juga sudah lebih dulu ada di sana untuk melihat kondisi wanita paruh baya itu secara langsung.
"Pak Irwan, bu Ratih sakit apa?" tanya Edward kepada Irwan suaminya Ratih.
"Gak tau pak dokter, tiba-tiba sudah begitu." jawab Irwan sambil menunjuk ke arah sang istri yang sedang terbaring lesu di atas sofa dengan mulut yang miring seperti orang terkena gejala stroke.
"Ratih mendadak tidak bisa bicara, padahal sebelum makan malam dia terus mengoceh tak ada hentinya" Irwan menjelaskan kondisi sang istri pada Edward.
"Apa? Terjadi lagi!" Batin Angela dengan mulutnya yang menganga.
Gadis bermata biru itu menatap kondisi Ratih dengan penuh tanya.
"Apa mungkin bu Ratih seperti ini karna ucapanku tadi siang?" Tanya Angela pada dirinya sendiri.
"Gak mungkin. Ini pasti cuma kebetulan aja." Jawab Angela pula.
Bersambung.