Sesa adalah gadis cantik dan anggun yang secara diam - diam mencintai kekasih dari sahabat.
Memendam cinta kepada seorang pria selama 10 tahun lamanya. Tapi cinta tak berpihak padanya di saat sahabatnya menggandeng seorang pria sebagai kekasihnya yang tak lain adalah pria yang selama ini di cintai Sesa.
Tidak ingin melukai sahabatnya Sesa lebih memilih untuk melupakan cintanya. Tapi apa yang terjadi tak sesuai dengan harapan, di saat Sesa mencoba melupakan pria itu, justru mereka malah terikat sebuah benang merah.
Lalu apa yang harus Sesa lalukan? Akankah Sesa menolak keinginan keluarganya demi kebahagiaan sahabatnya? Atau lebih memilih mengikuti keinginan keluarganya meski hatinya sendiri terluka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tabrakan bibir
"Maaf pak tolong matikan AC nya ya, suami saya kedinginan" Pinta Sesa kepada driver taksi online.
"Baik bu" Driver yang sudah cukup berumur dilihat dari rambutnya yang sudah berwarna putih itu lekas mematikan AC mobilnya.
Mereka berdua merasa kedinginan karena baju yang basah kuyup di tambah AC mobil membuat badan Yuga menggigil. Sesa tak tega melihat bibir Yuga sampai bergetar. Entah keberanian dari mana tangan Sesa bergerak menggenggam tangan besar Yuga. Walaupun tangan kecil Sesa tak mampu menutup semua tangan suaminya tapi Sesa berharap bisa sedikit menghangatkan tangannya yang dingin.
Yuga yang sejak tadi memejamkan matanya karena tidak tahan dengan badannya yang menggigil membuka matanya saat merasakan tangannya di genggam tangan kecil namun terasa sedikit hangat.
"Sabar ya Mas, sebentar lagi kita sampai" Sesa masih saja menggenggam tangan Yuga, berharap bisa menyalurkan sedikit rasa hangat. Padahal dirinya sendiri juga merasakan kedinginan.
Yuga hanya menganggukkan kepalanya, rasanya sudah tak mampu untuk bersuara.
"Bagaimana kau bisa menghangatkan tanganku sementara kau saja kedinginan, dasar b*d*h" Yuga tersenyum kecil dalam hati.
-
Setelah tiba di apartemen badan Yuga sudah tak mampu lagi untuk berpijak. Yuga langsung membaringkan tubuhnya pada sofa, bahkan sudah tak kuat lagi berjalan ke kamar. Kepalanya berat badannya menggigil dan hidungnya tersumbat. Sesa melihat suaminya seperti itu merasa iba. Buru-buru Sesa pergi untuk mengganti bajunya kemudian menyiapkan baju untuk suaminya.
"Mas, ayo ganti baju dulu" Sesa berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Yuga yang berbaring di Sofa.
Yuga hanya membuka matanya, dengan sorot mata yang menunjukkan bahwa ia bangkit pun tak sanggup.
"Ganti dulu ya, ini basah sekali. Biar lebih hangat ya?" Sesa bingung harus bagaimana. Mana mungkin dia harus menggantikan baju suaminya.
Yuga masih saja diam dengan bibirnya yang mulai berwarna biru. Warna kulitnya menjadi pucat.
"Mas Yuga ganti dulu ya, Sesa buatkan teh hangat" Sesa beranjak memberikan ruang untuk Yuga berganti baju.
Tapi apa yang terjadi, setelah Sesa kembali Yuga masih saja tak mau bergerak malah semakin mempererat selimut yang tadi sempat di bawa Sesa.
"Loh Mas Yuga kok belum ganti juga. Kalau gini caranya badan mas Yuga ngga bakalan bisa hangat. Sesa harus gimana? Apa Sesa minta bantuan satpam di bawah aja ya Mas? Mau kan?" Tak menunggu jawaban Yuga, Sesa segera berdiri untuk meminta bantuan. Namun tangan Yuga menahan pergelangan tangan Sesa.
"Kamu saja" Yuga berkata dengan suara parau.
Bola mata Sesa hampir saja keluar mendengar permintaan Yuga. Mana bisa Sesa menggantikan baju Yuga. Meski mereka pasangan halal namun Sesa belum pernah belum pernah bersentuhan dengan lawan jenis.
"Cepat, Saya kedinginan" Suara yuga semakin melemah.
"Iy iya mas" Sesa bingung harus mulai dari mana.
Dengan memantapkan jiwa raganya tangan Sesa mulai bergerak membuka selimut Yuga. Jari lentik Sesa membuka satu per satu kancing kemeja Yuga. Kini terpampang dengan jelas di depan mata Sesa dada bidang dan roti sobek yang baru ke dua kali ini Sesa lihat dari Yuga. Sesa memejamkan matanya saat akan membuka pakaian bagian bawah. Sungguh ini sangat menegangkan bagi Sesa. Pipinya memerah membayangkan Sesuatu di balik kain itu.
Gerak gerik Sesa dari tadi tidak lepas dari pandangan Yuga. Tapi Yuga pura-pura tidak tau bahkan terkadang memejamkan mata saat Sesa melihat ke arahnya.
"Apa dia sepolos itu?" Tanya Yuga dalam hati sambil menahan senyumnya.
Sesa menyelimuti Yuga kembali setelah berhasil menggantikan pakaian Yuga.
"Minum dulu ya Mas, ini wedang jahe biar badannya hangat" Sesa membantu Yuga sedikit mengangkat badannya.
"Mau Sesa bantu pindak ke kamar?"
Yuga menggelengkan kepalanya.
"Disini saja" Suara yuga menjadi sengau karena hidungnya yang tersumbat.
"Hattcchiiiiii . . . Haatttcchhhiiiiii . . ."
Sesa menutup hidungnya untuk menghentikan bersin-bersinnya.
"Sesa ke kamar dulu ya Mas, kalau butuh apa-apa panggil Sesa saja" Sesa buru-buru meninggalkan Yuga karena sudah tidak tahan ingin bersin.
Namun walau Sesa sudah berada dikamar, telinga Yuga masih sangat tajam untuk mendengar suara Sesa dari dalam yang terus saja bersin.
"Kau sediri juga terserang flu tapi tetap mengurusku" Batin Yuga.
***
Semalam Yuga tidak tau terlelap jam berapa, yang Yuga ingat hanya badannya yang akan tertimpa bola yang sangat besar. Yuga merasakan ada benda basah di keningnya.
"Kenapa ada handuk di kepalaku, apa semalam aku demam?" Yuga benar-benar tak ingat apapun tadi malam.
Yuga mencoba mendudukkan tubuhnya, tapi ia baru sadar ternyata di bawahnya ada Sesa yang tertidur dengan posisi duduk di atas karpet, kepalanya ia sandarkan di sisi kaki Yuga.
"Apa dia menungguku semalaman?" Pikiran itu terus saja berkecamuk dalam pikirannya.
Dengan perlahan Yuga bangkit supaya tidak mengusik wanita yang masih terlelap dalam mimpinya. Yuga berjalan ke arah dinding kaca besar kemudian membuka tirai untuk membiarkan cahaya pagi menyapanya.
"Bahkan cahaya pun tak mengusik tidurnya" Yuga bergumam menatap Sesa.
Entah sadar atau tidak Yuga melangkah mendekati Sesa. Kakinya di tekuk agar sejajar dengan Sesa. Tangannya bergerak menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Sesa. Wajah yang putih dan terkena sinar matahari membuat wajah Sesa bersinar.
"Cantik" Ucap Yuga tanpa sadar.
Sesa mulai mengerjabkan matanya, membiasakan cahaya masuk ke dalam matanya. Yuga yang sadar Sesa akan membuka mata segera berdiri dari posisinya.
"Mas Yuga sudah bangun? Apa masih demam?" Sesa langsung berdiri untuk menempelkan tangannya ke kening Yuga. Namun karena baru saja bangun tidur dan nyawa belum terkumpul sepenuhnya badan Sesa menjadi limbung ke arah Yuga.
"Aakkkhhhhh"
Sementara Yuga juga belum siap dengan Sesa yang tiba-tiba menubruknya membuat keduanya kesulitan menyeimbangkan tubuh mereka.
Cup
Sebuah kecupan singkat mendarat di bibir Sesa setelah keduanya terjatuh di atas sofa dengan posisi Yuga berada di atas tubuh Sesa.
Keduanya sempat membeku sepersekian detik sebelum bel apartemen menghentikan aksi saling tatap mereka.
Mereka langsung berdiri dengan kecanggungan masing-masing.
"Emmm biar Sesa yang buka aja Mas" Sesa langsung melesat ke arah pintu.
"Pagi Sesa" Sapa Della dengan senyun tiga jarinya setelah Sesa membuka apartemennya.
"Pagi Della, silahkan masuk" Sesa menggeser tubuhnya memberikan ruang untuk Della masuk ke dalam.
"Pagi Sayang" Della menghambur ke pelukan Yuga tanpa ragu.
"Aku khawatir banget sama kamu, kenapa ngga kasih kabar sama sekali sejak tadi malam" Della masih belum melepaskan pelukannya.
Sesa yang canggung melihat adegan romantis di pagi hari memilih masuk kedalam kamar. Mata Yuga sempat melirik sekilas ke arah Sesa yang berjalan menundukkan kepala.
"Loh siapa yang demam, kamu demam sayang?" Della menempelkan punggung tangannya ke kening Yuga setelah melihat baskom berisi air dan handuk kecil di dalamnya.
"Udah enggak kok" Yuga melepaskan tangan Della.
"Terus siapa yang kompres kamu, jangan bilang si penghianat itu?" Muncul lagi sifat Della yang tidak Yuga sukai. Della masih saja menyebut Sesa penghianat dan bersikap over protektif pada dirinya. Dulu memang Yuga suka di perlakukan Della seperti itu, bukankah itu berarti Della tak ingin kehilangannya? Tapi kenapa akhir-akhir ini Yuga sedikit risih dengan sifat Della yang satu ini.
"Iya, memang dia" Yuga menjawab apa adanya.
"Tuh kan di udah berani banget deketin kamu, lama-lama dia bakalan ambil kamu sepenuhnya dari aku" Della mengerucutkan bibirnya.
"Kamu ngomong apa sih Della, pagi-pagi begini tidak usah marah-marah" Yuga tak ingin ada pertengkaran di sini. Lagipula kepala Yuga juga masih agak pening.
"Iya iya maaf, ya udah hari ini kamu ngga usah ke kantor ya. Biar aku temenin kamu seharian di sini" Tawar Della.
"Memangnya kamu ngga kerja?" Sebenarnya Yuga sedikit tidak enak hati dengan Sesa.
"Aku bisa cuti kok, masa pacar aku lagi sakit malah aku tinggal kerja. Udah deh ngga ada penawaran lagi" Della tidak ingin di bantah jika sudah seperti ini.
"Terserah kamu saja" Yuga hanya bisa pasrah. Atau hanya seorang pengecut yang tak bisa menolak keinginan Della.
"Kamu pasti belum sarapan kan, tunggu ya biar aku suruh Sesa buatin bubur buat kamu" Della mulai beranjak dari sofa.
"Kenapa ngga kamu aja" Yuga merasa kasihan kepada Sesa karena tadi malam juga sudah merawatnya. Yuga juga ingat jika Sesa semalam juga terserang flu.
"Kamu lupa kalau aku ngga bisa masak, bentar ya" Della menjauh dari Yuga.
"Iya aku lupa, karena yang bisa masak itu Sesa bukan kamu" Yuga hanya bergumam menyuarakan hatinya.
-
Sementara di dalam kamar Sesa sedang berbaring mengistirahatkan badannya. Sebenarnya tadi ia masih sangat mengantuk karena tadi malah ia terjaga semalaman karena Yuga yang tiba-tiba demam tinggi. Tapi kejadian yang bari saja terjadi membuat Sesa tak lagi merasakan kantuk.
"Apa tadi bisa di sebut ciuman? Tapi itu hanya tabrakan bibir aja, bakan hanya satu detik. Huffttt Mas kamu memang cinta pertamaku yang merebut ciuman pertamaku" Pipi Sesa kembali memerah mengingat hal itu.
"Sa" Suara Della dari luar kamar.
"Iya, sebentar" Sesa berjalan membuka pintu.
"Ada apa" Sesa hanya menyembulkan kepalanya saja dari balik pintu.
"Buatin Yuga bubur dong, loe kan tau gue ngga bisa masak" Seenak jidatnya Della memerintah Sesa.
"Kenapa ngga beli aja?" Bukan Sesa tak mau membuatkan sarapan untuk Yuga, tapi sungguh malas jika harus satu rungan dengan sepasang kekasih.
"Ya elah, tuh laki loe lagi sakit masa ngga ada perhatian-perhatiannya sama sekali" Della berkacak pinggang sudah seperti ibu kos-kosan menarik uang bulanan.
"Giliran saat seperti ini saja kamu mengingatkan soal statusku sebagai istri. Bukannya kemarin kamu melarang ku untuk ikut campur urusan kalian" Batin Sesa menanggapi ocehan Della.
"Iya aku mandi sebentar" Sesa langsung menutup pintu kamarnya.
"Buruan ngga usah lama-lama" Suara Della sudah tidak di gubris Sesa.
***
"Ada perkembangan apa??" Tanya pria itu sambil menikmati secangkir tehnya.
"Mereka masih sering bertemu Tuan, bahkan gadis itu pagi ini berada di apartemen kekasihnya" Rudi menjelaskan pengamatannya beberapa hari ini.
"Sepertinya peringatan ku kemarin tak membuat mereka jera. Jika si pria tidak mau menjauh, maka kita terpaksa mengusik si wanita" Ucap pria itu membenarkan kaca matanya yang sedikit turun.
"Apa yang harus saya lakukan Tuan?" Rudi belum mengerti rencana apa yang akan Tuannya lakukan lagi.
"Bukankah kau sudah tau apa yang dia sembunyikan?" Sekali lagi ia menyeruput tehnya.
"Sudah Tuan" Rudi menganggukkan kepalanya.
"Kita gunakan itu untuk membuat dia menjauh" Pria tua itu menatap asistennya menandakan di yakin dengan keputusannya.
"Tapi apa bisa menekannya hanya dengan itu Tuan?" Rudi tampak ragu.
"Kau lupa rudi, apa tujuannya masih mendekati pria beristri? Tentu saja uang akan semakin melicinkan belut" Si pria tua sudah bulat dengan keputusannya.
"Baik tuan, kapan saya harus menemuinya?"
"Tunggu sebentar lagi rud, aku sendiri yang akan menemuinya"
"Baiklah Tuan"
***
"Buat Bu Maya yang cantik" Bayu meletakkan paper bag di atas meja kerja Maya.
"Pak Bayu, stop panggil saya kaya gitu!!" Maya selalu tersulut emosi jika berhadapan dengan Bayu.
"Oke deh, ini buat Bu Maya sayang" Bayu memasang memamerkan deretan gigi rapinya.
"Astaga, jangan kurang ajar ya Pak!!" Maya mendelikan matanya.
"Saya bukan kurang ajar, tapi kurang kasih sayang dari Bu Maya" Bayu memamerkan wajah yang sendu.
Maya sudah mengangkat vas bunga yang ada di mejanya. Bayu yang tau maksud pergerakan Maya langsung berlari secepat kilat menjauhi Maya.
"G*la pacar halu gue kalau lagi marah bisa brutal juga" Bayu mengatur napasnya.
-
-
jumpa lagi sama Sesa dan Yuga, gimana?? masih gemes ngga sama Yuga?? Atau siapa nih yang tertarik sama love story nya Maya dan Bayu??
jangan lupa tinggalkan jejakmu 😘