Netha Putri, wanita karir yang terbangun dalam tubuh seorang istri komandan militer, Anetha Veronica, mendapati hidupnya berantakan: dua anak kembar yang tak terurus, rumah berantakan, dan suami bernama Sean Jack Harison yang ingin menceraikannya.
Pernikahan yang dimulai tanpa cinta—karena malam yang tak terduga—kini berada di ujung tanduk. Netha tak tahu cara merawat anak-anak itu. Awalnya tak peduli, ia hanya ingin bertanggung jawab hingga perceraian terjadi.
Sean, pria dingin dan tegas, tetap menjaga jarak, namun perubahan sikap Netha perlahan menarik perhatiannya. Tanpa disadari, Sean mulai cemburu dan protektif, meski tak menunjukkan perasaannya.
Sementara Netha bersikap cuek dan menganggap Sean hanya sebagai tamu. Namun, kebersamaan yang tak direncanakan ini perlahan membentuk ikatan baru, membawa mereka ke arah hubungan yang tak pernah mereka bayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Me Time
📍 Kediaman Netha
Setelah kepergian Sean dan si kembar pagi itu, Netha menutup pintu rumah dengan perasaan lega. Ia berdiri sejenak di ruang tamu, menatap ruang yang kini terasa lebih sunyi tanpa suara El dan Al. Bukan kesedihan yang ia rasakan, melainkan kegembiraan karena akhirnya ia bisa menikmati waktu sendirian selama beberapa hari ke depan.
Netha langsung menuju kamarnya. Ia membuka laci tempat ia menyimpan cek yang diberikan Sean kemarin. Dengan hati-hati, ia mengeluarkan kertas berharga itu dan memeriksanya. Jumlah nominal yang tertera di cek tersebut membuatnya tersenyum lebar.
"Lima miliar, huh? Sean benar-benar dermawan," pikirnya sambil terkekeh kecil.
Ia sudah punya jadwal yang tersusun rapi untuk memanfaatkan waktu dan uang ini. Hari ini, ia berencana mencairkan cek tersebut dan membuka rekening baru atas namanya. Setelah itu, ia akan menikmati waktu di mal, makan makanan enak, berbelanja, dan menonton film di bioskop.
"Me time!" ucapnya pelan sambil memandang pantulan dirinya di cermin.
Besok, ia berniat pergi ke tempat wisata di kota itu, menikmati pemandangan indah, atau mungkin survei lokasi untuk membeli bangunan yang akan dijadikan toko kue atau restoran. Ia sudah lama memikirkan ide ini, tapi selalu tertunda.
"Kalau semuanya lancar, 5 hari ini bakal jadi awal yang baru buatku," gumamnya dengan semangat.
Ia memilih pakaian santai, memadukan celana jeans dengan atasan kasual putih. Untuk sentuhan formal, ia menyiapkan jaket agar terlihat sopan ketika masuk ke bank. Setelah siap, ia mengambil tasnya, menghidupkan mobil, dan berangkat dengan perasaan ceria.
Sesampainya di bank, Netha disambut oleh satpam yang bertugas.
"Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya satpam ramah.
"Saya ingin mencairkan cek ini dan membuka rekening baru," jawab Netha sambil menunjukkan ceknya.
Satpam itu mengangguk dan mengarahkan Netha ke bagian layanan pelanggan. Ia menunggu beberapa saat hingga dipanggil untuk melanjutkan prosesnya.
Petugas bank yang melayani Netha tampak terkejut melihat jumlah nominal di cek tersebut. Namun, profesionalisme mereka tetap terjaga, dan proses pencairan cek berjalan dengan lancar. Setelah beberapa tanda tangan dan verifikasi, Netha resmi memiliki rekening baru dengan saldo yang mengesankan.
"Lancar juga urusannya," pikir Netha sambil memasukkan buku tabungan baru ke dalam tasnya.
📍 Mall
Keluar dari bank, Netha langsung menuju mal terdekat. Tujuannya yang pertama adalah makan siang. Ia memilih restoran favoritnya, tempat ia bisa menikmati makanan lezat tanpa gangguan.
Ketika makan, beberapa pengunjung di sekitar mulai melirik ke arahnya. Beberapa berbisik, mungkin membahas kecantikan Netha yang terlihat mencolok meskipun ia hanya berpakaian sederhana.
"Mereka pasti iri," pikir Netha sambil tersenyum kecil.
Setelah selesai makan, ia berjalan-jalan di mal, melihat-lihat toko pakaian dan aksesoris. Ia membeli beberapa pakaian baru yang modis, beberapa kosmetik, dan perhiasan kecil. Ia merasa puas bisa berbelanja tanpa harus berpikir panjang.
Selesai berbelanja, ia menuju bioskop dan memilih film komedi romantis yang sedang tayang. Ia tertawa puas selama film berlangsung, menikmati suasana santai yang sudah lama tidak ia rasakan.
"Ini benar-benar hari yang menyenangkan," ujarnya sambil keluar dari bioskop dengan senyum lebar.
📍 Kamp Militer
Kelompok itu terdiri dari lima anak yang sering mengganggu El dan Al. Mereka adalah anak-anak dari prajurit yang tinggal di kompleks dinas ini. Sejak pertama kali bertemu, kelompok itu selalu mencari-cari alasan untuk mengejek si kembar.
"Hei, lihat siapa yang datang!" seru salah satu dari mereka, seorang anak laki-laki bertubuh tinggi bernama Rico.
"Ah, si kembar lemah. Papa mereka lebih sering pergi daripada ada di rumah," tambah anak lainnya sambil tertawa mengejek.
El mencoba mengabaikan ejekan itu, tetapi Al tidak tahan. "Papa kami adalah komandan di sini! Dia orang hebat!" teriak Al dengan suara lantang.
Rico mendengus. "Komandan? Lalu di mana mama kalian? Kenapa nggak pernah kelihatan? Jangan-jangan kalian anak haram!"
Kata-kata itu langsung membuat Al naik pitam. "Kami punya mama! Mama kami ada di rumah!" teriaknya sambil maju ke arah Rico.
Ejekan itu memicu pertengkaran. Al langsung menarik kerah baju Rico, sementara El mencoba menahan Al agar tidak menyerang lebih dulu. Namun, Rico dan teman-temannya justru tertawa dan semakin mengejek mereka.
"Kalau punya mama, kenapa nggak pernah muncul? Jangan-jangan mamamu takut keluar rumah karena malu," ejek anak lain, seorang gadis bernama Lira.
El, yang biasanya lebih tenang, tidak bisa lagi menahan amarahnya. "Jangan ngomong sembarangan tentang mama kami!" serunya sambil maju untuk membela adiknya.
Pertengkaran pun pecah. Mereka saling menarik rambut, mendorong, bahkan meninju satu sama lain. Meskipun jumlah mereka tidak seimbang, El dan Al berusaha melawan dengan sekuat tenaga. Namun, tubuh kecil mereka tidak bisa menandingi lima anak yang lebih besar.
Tidak lama, badan mereka bertujuh penuh luka lecet akibat pertengkaran. El mendapatkan goresan di pipinya, sementara Al mengalami lebam di lengannya. Rico dan teman-temannya juga tidak luput dari luka.
Pertengkaran itu akhirnya menarik perhatian beberapa prajurit yang sedang berpatroli di dekat sana. Dua prajurit segera memisahkan mereka.
"Hei, apa yang kalian lakukan di sini?!" teriak salah satu prajurit dengan nada marah.
Anak-anak itu terdiam, wajah mereka menunjukkan rasa takut. Namun, Rico masih mencoba membela diri. "Mereka yang mulai, Pak! Mereka yang menyerang kami duluan!"
El langsung membalas, "Mereka yang mengejek kami lebih dulu! Mereka bilang kami nggak punya mama!"
Prajurit itu menghela napas panjang, menatap luka-luka di tubuh anak-anak tersebut. "Semua ikut saya. Kalian akan dipulangkan ke rumah masing-masing," ujarnya tegas.
📍 Rumah Dinas Sean
El dan Al dibawa kembali ke rumah dinas oleh salah satu prajurit, sementara Rico dan teman-temannya juga diantar ke rumah mereka masing-masing.
Sesampainya di rumah, Sean yang sedang beristirahat di ruang tamu langsung bangkit berdiri ketika melihat kondisi si kembar.
"Apa yang terjadi?" tanyanya dengan nada dingin, tetapi jelas menunjukkan kekhawatiran.
El dan Al hanya menunduk, tidak berani menjawab.
Prajurit yang mengantar mereka segera melaporkan kejadian tersebut. "Komandan, mereka bertengkar dengan anak-anak lain di lapangan latihan. Semua terluka, tetapi tidak terlalu parah."
"Baiklah, kalian boleh pergi. Terimakasih telah membawa mereka pulang” ucap Sean kepada prajurit itu.
Prajurit itu mengatakan sama sama, mengubdurkan diri dan akhirnya berbalik meninggalkan rumah dinas Sean.