Di saat fokus dengan masa hijrahnya, Damian kembali di hadapkan dengan masalah yang membuatnya harus menikahi gadis bercadar.
Damian Pangestu yang mempunyai masalalu yang buruk harus berada di tengah-tengah keluarga yang ahli agama.
Pernikahan yang tak terduga itu membuat rumah tangga Damian dan Adhiba bertahan walaupun harus menerjang hujan dan badai. Terlebih masa lalu Damian yang seorang pendosa muncul satu persatu.
Lalu bagaimana cara mereka menghadapinya?
•••••
"Jangan berharap lebih padaku Adhiba..Aku yang seorang pendosa sangat tidak pantas bersanding dengan wanita sepertimu" Damian Pangestu
"Aku tidak akan berharap lebih darimu, Tapi aku lah yang akan membuat pendosa sepertimu berharap agar lebih lama bersanding bersama wanita seperti ku.." Adhiba Azalea Ibrahimi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakek Yai
Rasa risih terhadap Adhiba berubah menjadi rasa kagum yang secara tiba-tiba. Dan semua itu terjadi semenjak Kevin melihat wajah yang setiap hari tertutup itu. Meski hanya melihat secara sepintas. Tapi Kevin tetap bisa melihatnya.
Wajah cantik tanpa adanya make up yang biasa di poles oleh wanita di jaman sekarang. Hidung yang mancung, Mata bulat yang indah, Bulu mata yang lentik, Alis yang tebal tanpa di sulam atau di lukis serta bibir merah merona alami.
Sempat punya niat ingin memiliki Adhiba. Karena menurut Kevin dialah orang pertama yang melihat wajah cantik itu. Namun siapa yang menyangka, Nyatanya wanita itu telah menikah.
Menikah dengan seorang pria yang sangat Kevin kenal. Damian, Dosen killer yang terkenal dengan kekejamannya menghukum para muridnya.
Kevin masih berada di sana. Duduk di tempat yang tak jauh dari posisi Damian dan Adhiba duduk di Cafe itu.
"Mau pesan apa?
"Aku mau nasi kucing saja..
"Apa?
"Nasi kucing mas..
"Seperti apa nasi kucing sayang.. Mas belum pernah tahu soalnya.."Adhiba terkekeh.
"Nasi kucing itu nasinya dikit mas.. Adhiba gak lapar-lapat banget. Soalnya Adhiba di beliin makanan tadi sama Syifa, Masa mau nolak sih. Kan gak boleh nolak rejeki.. "Damian mengangguk, Pria itu mengatakan kepada pelayan Cafe yang mulai mencatat pesanannya dan sang istri.
"Aku minum ya Jus Alpukat saja..",Damian mengangguk, Pria itu juga memesan orange jus untuk minumannya. Karena Damian sendiri tidak suka dengan buah alpukat itu.
"Mas..
"Iya sayang kenapa?
"Mas bilang tadi, Katanya untuk beberapa hari mas mau ngajar?
"Iya kenapa memang? Kamu gak suka mas ngajar?" Tanya Damian dengan mata memicing sebelah.
"Jangan salah paham dulu, Bukannya perusahaan mas lagi ada masalah ya.. "Bukan tidak suka dengan Damian yang kembali mengajar. Justru Adhiba bahagia Suaminya kembali ke kampus. Kalau boleh, Damian mengajar saja lebih aman untuk dirinya.
Hanya saja, Suaminya ini punya tanggung jawab. Tanggung jawabnya sebagai pemegang perusahaan kembali setelah Damian menikahinya.
"Ning.."Adhiba menatap Damian, Panggilan itu sangat indah di telinga Adhiba saat di dengar.
"Mas kenapa?
",Boleh kan? Mas panggil kamu Ning.."Tentu saja Adhiba mengangguk. Tangannya yang lentik di genggam oleh Damian. Keduanya saling tatap dengan tatapan yang sulit di artikan.
Mereka memang belum saling cinta. Tapi Adhiba maupun Damian memegang teguh komitmen mereka agar selalu bersama dalam pernikahan ini. Tidak peduli sebesar apa cobaan mereka nanti. InsyaAllah mereka bisa melewati asal di terjang bersama.
" Terimakasih sayang sudah mau menerima mas apa adanya.. Dan maafkan mas ya.."Adhiba meninju lengan kekar pria itu.
"Sudah berapa kali kamu minta maaf mas.. Aku sudah bosan mendengarnya.."Damian terkekeh, Sebelah tangan pria mengusap pipi Adhiba walaupun terhalang kain tipis.
Pemandangan itu sudah jelas membuat seseorang yang duduk tak jauh dari tempat sepasang suami dan istri itu meradang. Kevin bangkit dari duduknya dan pergi ke tempat yang biasa ia datangi bersama teman-temannya.
"Wah.. Ini nih.. Baru dateng, Dari mana?" Tanya Raka sembari menghisap rokok yang di apit dengan dua jarinya.
"Minum?" Toni menawarkan minuman alkohol dan lagi-lagi pemuda tampan itu menolak.
"Gue lagi males..
"Kenapa? Kok kurang semangat gitu. Bukannya tadi semangat karena bisa ketemu si cadar .."Ucap Willy ikut menimpali. Kevin menghela nafas panjang. Ia memang semangat tadi, Namun sayang Adhiba seolah mengabaikannya. Padahal setiap hari wanita itu selalu seperti itu, Tapi entah mengapa Kevin merasa berbeda.
"Gue gapapa kok.. lagi gak enak badan aja.."Pemuda itu bersandar Di sofa, Melipat kedua lengannya di dada seraya memejamkan mata. Hingga suara seseorang yang datang.
"Keviin..."Erika datang bersama dua temannya yaitu Karin dan Bella. Kevin memutar bola matanya malas, Ketiga gadis itu memang selalu mengganggunya.
"Ngapain lo kesini hah!!?
"iih.. Kevin, Aku tuh kesini karena kangen kamu tau.."Erika ingin menggandeng lengan Kevin namun segera pria itu tepis.
"Kita cabut.. Ogah gue ada disini.."Kevin beranjak dan mengajak teman-temannya pergi meninggalkan tiga gadis itu.
.
.
.
"Kamu suka?
"Suka mas.. Aku jarang loh main ke pantai. Mainnya paling setahun sekali..",Damian menoleh ke arah sang istri yang mulai melangkah ke depan.
Gamis panjangnya di sapu deburan ombak. Sungguh Adhiba sangat menyukai tempat seperti ini..
"Masha Allah..
"Maaf, Mas belum bisa ajak kamu ke tempat yang spesial sayang.. Tapi mas janji setelah urusan di perusahaan selesai, Kita akan mempercepat resepsi kita.. Mas akan ajak kamu jalan-jalan mau?
"Apapun mas... Adhiba pasrah kok.. "Kembali saling tatap menatap, Mata keduanya sempat terkunci. Damian menautkan tangannya ke tangan sang istri.
"Hari sudah mulai sore.. kita pulang ya.."Adhiba mengangguk. Kali ini ia memang nurut saja. Damian masuk ke dalam mobil Begitupun dengan Adhiba yang telah masuk lebih dulu.
Dua minggu, Ya! Dua minggu lebih pernikahan mereka. Dan sampai sekarang masih ada rasa insecure dalam diri Damian. Damian yakin, Tuhan itu mampu membolak balikan hati manusia. Ia percaya itu.
Damian juga yakin seratus persen dengan ucapan sang istri dan keluarganya yang menerimanya apa adanya. Lalu bagaimana dengan keluarga yang lain?
Awalnya Damian kira, Adhiba hanya keluarga dari kalangan agama saja..Namun siapa yang menyangka bahwa wanita yang nikahi ini adalah salah satu cucu dari kyai besar. Yang ada dalam pikiran Damian sekarang ialah, Bagaimana kalau mereka menolak Damian.Secara mereka orang alim dengan ilmu agama yang tinggi, Sementara dirinya? Hanya seorang pendosa yang sedang memperbaiki diri itu saja.
"Mas kenapa sih?
"Hah!?
"Mas kenapa dari tadi diem mulu.. Adhiba sampai di kacangin loh.."Damian menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu..
"Mas gapapa kok..sungguh.."Mobil yang di kendarai Damian telah sampai. Untuk kali ini mereka tidak pulang ke rumah mereka sendiri melainkan ke kediaman orang tuanya.
Dahi Damian mengernyit heran ketika ada dua mobil asing ada di halaman rumah mewah itu. Damian menoleh ke arah sang istri yang tampak biasa saja.
"Kita turun mas.." Damian mengangguk, Ia menurut saja. Adhiba meraih tangan kekar sang suami dan menggenggamnya. Di lihat dari raut wajah Adhiba, Wanita itu tampak sangat tenang.
"Sayang..Sepertinya ada tamu..
"Sepertinya iya mas.."Jawab Adhiba santai sekali. Walaupun sebenarnya, Adhiba tahu siapa tamu yang sedang berkunjung itu.
"Saya sungguh kecewa dengan anda Kyai Ibrahimi!!.. Sungguh benar-benar kecewa.." Langkah keduanya sempat terhenti saat mendengar suara seorang wanita paruh baya. dan suara itu bukan suara Umma Salma.
"Ning, Sebenarnya ada tamu siapa?" Tanya Damian dengan rasa penasarannya. Adhiba menghela nafas panjang.
"Ada Kakek Yai...
"Siapa kakek Yai..?
"Kakek Adhiba mas, Dari pesantren..
"Hah..
.
.
.
Tbc
semangat untuk berkarya kembali..
btul2 gk ad bonschap ny kah thor. satu bab az pn jdi. 😁
alfatihah untk suamiku