NovelToon NovelToon
Teman Bahagia

Teman Bahagia

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: firefly99

Tampan, mapan dan populer rupanya tidak cukup bagi sebagian perempuan. Vijendra sendiri yang menjadi objek dari ketidak syukuran pacarnya, atau mungkin bisa disebut mantan pacar. Ia memilih mengakhiri semuanya saat mendapati perempuan yang ia kasihi selama 3 tahun lamanya sedang beradu kasih dengan laki-laki lain.

Cantik, berprestasi dan setia juga sepertinya bukan hal besar bagi sebagian laki-laki. Alegria harus merasakan sakitnya diputuskan sepihak tanpa tahu salahnya dimana.

Semesta rupanya punya cara sendiri untuk menyatukan dua makhluk yang menjadi korban ketidak syukuran hingga mereka sepakat untuk menjadi TEMAN BAHAGIA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. The Ring

Tepat hari ini, usia Aileen sudah 6 bulan. Bayi gembul itu semakin menggemaskan dan juga sudah bawel dengan bahasanya sendiri.

"Ayooo, cucunya Oma minum madu dulu."

Alegria melihat ibunya yang sedang menyuapi madu ke anaknya.

"Semoga baby Aileen bisa seperti madu ini. Manis dan bermanfaat." harap Ale pada cucunya.

"Kenapa harus madu, ibu?" tanya Alegria.

"Madu kan bisa jadi obat, penawar racun juga, manis, banyak deh manfaatnya." jawab Ale. Ia mengusap sudut bibir cucunya yang terdapat madu. "Tunggu 15 menit dulu, baru suapi MPASI tadi yah." pesan Ale.

"Siap, ibu. Terima kasih." ucap Alegria. Ia lalu menemani anaknya ke taman samping rumah sembari menunggu waktu makan.

"Hihik hihi."

"nyenye nye."

"Bawel yah anaknya mama." Alegria lalu mengangkat tubuh anaknya dan menciumi perut nya. Ia bisa merasakan cengkraman anaknya pada rambutnya.

Apakah Alegria pernah mengeluh pada keadaannya yang sekarang? Jawabannya adalah tidak pernah. Ia begitu menikmati kondisinya yang sekarang. Melakukan banyak hal bersama anaknya. Mulai dari memandikannya, memakaikan nya baju-baju lucu, membaca buku dan lain-lain lagi.

"Sayang, ada Vajen di bawa." beritahu Ale pada anaknya.

"Eh?"

"Kok kaget?"

"Kak Vajen gak ada ngomong kalau mau kesini." jawab Alegria.

"Ayah sudah tahu kok."

"Kok bisa?" heran Alegria.

"Namanya juga laki-laki, nak." Ale tersenyum. "Sana, temuin dulu."

Alegria mengikuti langkah ibunya sambil menggendong Aileen.

"Tante ke belakang dulu yah, Vajen."

"Baik, Tante. Terima kasih." Vajen mengangguk. Pandangannya lalu terarah pada Alegria yang sedang merapikan pakain Aileen. "Lagi sibuk yah?" tanyanya.

"Nggak. Tadi habis memandikan baby Aileen." jawab Alegria.

"Kalau saya ajak jalan, mau?"

"Kemana?"

"Ke pantai? Ke Muntea Highland?"

"Aku tanya ibu dulu."

"Sebenarnya sudah izin om Angga. Tapi kamu bilang lagi ke Tante Ale." kata Vajen. "Baby Aileen biar sama saya." imbuhnya.

Alegria mengangguk mengerti. Ia lalu memberikan Aileen kepada Vajen, sebelum ke taman belakang rumahnya dimana Ale biasanya berada. "Ibu, kak Vajen ngajak keluar."

"Bawa baby Aileen juga?"

"Hnggg, sepertinya iya."

"Ya nggak apa-apa. Ayah sudah ngomong kok." Ale mengizinkan anaknya. "Sana gih, siap-siap. Biar ibu yang menyiapkan MPASI untuk bekal baby Aileen nanti."

"Terima kasih ibuku " Alegria menyempatkan mencium pipi Ale sebelum berlari kecil ke ruang tamu. "Kak, bawa baby Aileen boleh?"

Vajen tersenyum dan mengangguk. "Sangat boleh, Yaya." jawabnya.

"Tunggu sebentar yah " pamit Alegria lalu kembali menggendong Aileen ke kamarnya untuk bersiap-siap.

Butuh waktu 30 menit untuk bersiap-siap. Dan mobil baru saja meninggalkan pekarangan rumah Airlangga.

"Let's start our trip yah baby!" Vajen mengelus pelan rambut tipis Aileen.

"Kukuku kuku"

"Hiiiiiii akkk"

"nyeee nyenye."

"Yang kalem, nak " tegur Alegria.

"Biarkan saja, Yaya. Biarkan dia mengoceh, suaranya lucu." ujar Vajen. "Yah sayang yah?!"

Pohon-pohon menjulang tinggi, jalanan rapi yang tidak padat oleh kendaraan dan udara dingin yang mulai menusuk kulit membuat Alegria memakaikan jaket ke tubuh mungil anaknya. "Naik naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali..." ia sambil bernyanyi dengan suara yang pelan. Membuat Aileen tertawa.

"Senang yah dibawa jalan-jalan? Senang dong?!" ujar Alegria.

Vajen sengaja mengajak Alegria pergi disaat hari kerja seperti ini. Selain karena tidak ingin bermacet-macetan, juga karena menghindari keramaian yang akan membuatnya pusing di kemudian hari. Ia takut dirinya menjadi makanan publik. Tiba di lokasi pun, ia langsung mengajak Alegria dan Aileen ke saung bambu yang ada di pojok, yang memperlihatkan keindahan kebun yang tersusun rapi, juga birunya laut. "Gak apa-apa di sini saja?" tanya nya.

"Gak apa-apa, kak. Aku suka." jawab Alegria. Ia bahkan sudah sibuk sendiri mengarahkan kamera ponselnya kesana kemari untuk mengabadikan pemandangan di sekitarnya.

"Daripada kamu fotoin kebun, langit, dan laut, lebih baik foto saya deh, Yaya." ujar Vajen. "Ya, sayang yah. Apaan mama lebih memilih memotret yang lain ketimbang kita."

"Hiiiii ak!"

"Nah, baby Aileen saja protes." Vajen memang sedang memangku Aileen yang sedang memainkan boneka kecil yang Alegria bawa.

"Bilang saja mau difoto " dengus Alegria. "Madep sini. Ayoo baby Aileen, lihat mama yok!" ia lalu mengarahkan kamera ponselnya ke depan, dimana Aileen dan Vajen berada.

Seolah mengerti dengan aba-aba yang diberikan mamanya, baby Aileen tertawa, lalu mengernyitkan hidungnya seolah memasang wajah gokilnya.

"Gokil kamu, nak." Alegria menggelengkan kepalanya melihat tingkah anaknya.

Vajen jangan ditanya lagi, ia sudah menjadikan Aileen sasaran kegemasan nya pada sang bayi. Hal itu juga membuat Aileen tertawa terpingkal-pingkal khas bayi berumur 6 bulan.

Ketika pelayan datang mengantarkan makanan, Vajen sengaja membelakangi mereka dan membiarkan Alegria yang menata makanannya. Ada singkong rebus, nasi jagung, sayur bening, tahu dan tempe goreng, gurame goreng dan juga sambal matah.

"Kak Vajen makan duluan saja, aku mau membantu baby Aileen makan dulu." suruh Alegria.

"Nanti saja." tolak Vajen. "Makanannya baby Aileen mana? Biar saya yang bantu "

Alegria yang sedang sibuk membuka ranselnya, bertanya, "bisa emang?"

"Ya bisa. Hanya menyuapi, apa yang susah?" seloroh Vajen. "Mana MPASI nya?"

Alegria lalu mendekatkan sebuah kotak kecil ke Vajen. Di sebelah Vajen, Aileen sedang memainkan mainan karetnya dan juga boneka kecilnya.

"Aaakk"

"Yaa, pinternya."

"Buka lagi mulutnya, pesawat mau masuk."

Siapa sangka, ucapan-ucapan yang berupa bujukan itu diucapkan oleh seorang Vajendra, pemuda kesayangan muda-mudi Atlantis.

"Eh, tidur." ucap Vajen yang sepertinya cukup kaget melihat Aileen sudah menutup matanya sambil bersandar pada bantal kecil yang memang dibawakan oleh Alegria. Apalagi mulut anak itu terbuka dan masih terlihat sisa makanan di sana.

"Sepertinya kelelahan, kak. Ini rekor lho, biasanya kalau siang begini sudah tidur yang kedua. Kalau ini, baru yang pertama." ujar Alegria. Ia lalu berdiri untuk menyiapkan tempat tidur dadakan untuk anaknya. Ia membawa kasur mini dan menggelarnya di sebelahnya.

Melihat tempat tidur untuk Aileen sudah jadi, Vajen lalu memindahkan anak itu dengan sangat hati-hati. "Gak apa-apa gak bersendawa dulu?" tanya nya.

"Nggak apa-apa. Sepertinya suapan terakhir tadi sudah ditelan. Yang ini hanya sisa-sisa nya saja." jawab Alegria yang sedang sibuk membersihkan area bibir anaknya. Ia juga tak lupa menyelimuti anaknya agar tidak perlu merasakan dinginnya area puncak.

Vajen berusaha menajamkan penglihatannya pada tangan Alegria, lebih tepatnya ke salah satu jari perempuan yang sedang bersamanya kini. Ya, Algeria mengenakan cincin yang diberikan Vajen. "Yaya?!"

"Iya kak? Sudah mau makan? Tunggu dulu yah." ujar Alegria. Ia masih melakukan beberapa hal agar anaknya bisa tidur dengan nyaman, seperti menutup tirai yang berada di sisi kanan saung dan juga pada pintu saung. Sehingga pencahayaan hanya datang dari sisi kiri saung - dimana Vajen duduk dan juga dari sisi belakang yang memang tidak terdapat tirai - karena dari sisi inilah mereka bisa melihat keindahan dataran rendah di bawah sana.

Vajen dengan sabar menunggu Alegria sampai menghadap ke arahnya. "Kamu pakai cincinnya?" tanyanya.

Alegria melihat jari manisnya dimana cincin itu berada, lalu mengangguk. "Late surprise for you. Happy birthday, kak." katanya.

Raut wajah Vajen begitu bahagia saat ini. "Thanks a lot, Yaya. Terima kasih telah bersedia menjadi teman hidup, teman bahagia dan menjadikan saya papanya Aileen." ucapnya.

Senyum Alegria juga terlihat. "Terima kasih juga, kak."

"Ahh, out words of you."

Baru kali ini Alegria melihat pipi Vajen bersemu merah, seperti saat lelaki itu bermain bola. Sepertinya lelaki itu benar-benar menginginkannya.

"Tunggu saya, ayah dan bunda di rumahmu besok." kata Vajen lagi.

Alegria memilih untuk tidak menanggapinya. "Kak Vajen makan dulu saja." katanya.

Jadilah keduanya sama-sama makan dan menghabiskan pesanan makanan berat mereka. Setelahnya, Alegria menyusun piring-piring tadi dan memindahkannya ke sudut saung.

"Boleh kali yah memindahkan mejanya dulu?" tanya Vajen.

"Sepertinya boleh."

1
Novita Ika Rini
Kayaknya seru banget nih ceritanya 😍
Mau pantengin terus sampai tamat ahh 😁
Semangat kak bikin ceritanya 🤗 ditunggu sampai happy ending yahh 😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!