Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Darrel mendatangi sebuah club malam terkenal di kota itu. Beberapa temannya sudah menunggu di sana. Dalam ruangan VIP. Ada beberapa perempuan juga yang menemani mereka. Tentu saja perempuan yang dibayar mahal.
"Yo, lihat siapa ini." seru salah satu temannya berambut cokelat.
"Kenapa kau sangat lama? Kami sudah menunggu lebih dari dua jam."
"Aku sibuk kerja," jawab Darrel terkesan cuek. Kemudian seorang wanita penghibur naik ke atasnya. Duduk di pangkuannya, tanpa permisi.
Darrel menatap wanita itu dengan sorot mata tajam. Dia memang sering ke club dengan teman-temannya. Tapi dia tidak pernah main wanita. Juga tidak pernah suka di sentuh oleh para wanita murahan itu.
Darrel ke club hanya untuk minum. Terutama menghindari isterinya yang ada di rumah,
Hope.
Mereka memang sudah menikah. Tapi Darrel belum pernah menyentuhnya sekalipun. Karena pernikahan itu bukanlah pernikahan atas dasar cinta. Memang dia pernah memiliki sedikit rasa terhadap Hope, tapi jauh sebelum mereka jadi suami istri.
Setelah menikah, Darrel menjadi dingin pada wanita itu. Dimatanya, Hope setuju menikahinya karena uang dan nama besar keluarganya. Darrel benci kenyataan itu. Jadi selama dua tahun ini, lelaki itu kebanyakan pulang tengah malam untuk menghindar.
"Hai tampan, kau mau aku menemanimu bermain sebentar?" tanya sih wanita penghibur dengan nada menggoda. Tangannya memainkan dasi Darrel, dan menyentuh dadanya yang keras.
Makeup-nya terlalu tebal hingga Darrel jijik melihatnya. Perempuan menor. Ia heran kenapa banyak temannya menyukai perempuan-perempuan berpenampilan aneh begini.
"Turun." ucap Darrel. Suaranya rendah. Ia menatap wanita itu dingin.
"Loh, kenapa? Aku sangat pandai memberi anda kepuasan tuan, mau coba? Mau di sini langsung atau ke kamar?"
Brengsek.
Apa-apaan ini? Darrel menatap salah satu temannya yang duduk di sebelahnya.
"Bukankah sudah pernah kuingatkan jangan pernah ada ja-lang satupun yang menggangguku?!" sentaknya kasar hingga semua yang berada dalam ruangan itu kaget.
"Dan kau sialan, turun sekarang sebelum aku membuat kaki dan tanganmu tidak bisa bergerak lagi!"
Wanita itu pun turun dengan lutut bergerak ketakutan. Laki-laki itu berubah menjadi sangat menakutkan sehingga semua yang berada di dalam sana terdiam. Suasana berubah tegang.
Dengan marah Darrel meneguk segelas kokain yang belum tersentuh di atas meja. Teman-temannya saling bertukar pandang.
"Darrel itu ..."
Minuman itu akan diberikan ke salah satu wanita penghibur yang akan menari untuk mereka malam ini, dan sudah dicampur dengan obat perangsang.
"Kenapa?" Darrel menatap temannya yang bernama Keno, sekaligus sekretarisnya.
"Ada perangsang dalam minuman yang kau telan tadi." kata Keno.
"Sial," maki Darrel. Tapi dia sudah menghabiskan semuanya. Rasa panas mulai menjalar ke tubuhnya. Keno mendekatinya.
"Jenisnya obatnya sangat kuat, kau mungkin tidak bisa menahannya meski kau mandi. Hanya bisa dengan ..." ucapan Keno tertahan.
"Lalu?" Darrel mulai merasa tersiksa. Obat itu mulai bereaksi. Ia melonggarkan dasi dan membuka satu kenop kemeja paling atas.
"Apa kau ingin aku mencarikan-mu wanita untuk mengobatimu?" tawar Keno. Darrel mendesis,
"Tidak perlu. Aku akan pulang sekarang juga."
Darrel berdiri meninggalkan ruangan itu. Keno ingin mengantarnya tapi ia menolak.
Sepanjang perjalanan pulang Darrel sangat tersiksa. Ia gelisah.
Begitu tiba di rumah, lelaki itu langsung menuju dapur dan meneguk segelas air dingin yang diambilnya dari dalam kulkas. Rumah sudah sepi, semua orang tampaknya sudah tidur.
Habis minum, bukannya semakin reda, Darrel malah semakin kehausan. Rasa hausnya makin menjadi-jadi. Ia merasa gelisah, panas, dan sangat kehausan.
Darrel pun naik ke lantai dua menuju kamarnya dan Hope. Ia masuk ke dalam kamar bertepatan dengan sang istri yang baru saja keluar dari kamar mandi. Wanita itu hanya mengenakan handuk. Dan terlihat begitu seksi di mata Darrel.
Pria itu berusaha menjernihkan pikirannya, tapi pengaruh obat itu begitu kuat, ia tidak mampu menguasai dirinya. Begitu tatapan mereka bertemu, ia melihat ekspresi kaget Hope. Wanita itu cepat-cepat berbalik lagi hendak masuk kembali ke kamar mandi.
"Berhenti!"
Perintah Darrel langsung. Otomatis Hope berhenti. Ia paling penurut apalagi sama Darrel.
Tapi Hope malu. Karena Darrel tiba-tiba muncul di waktu yang tidak tepat. Saat dia baru selesai mandi dan masih mengenakan handuk.
Kenapa Darrel pulang jam segini? Biasanya kan pria itu pulang tengah malam, untuk menghindarinya. Hope tahu itu. Tapi sekarang baru jam sepuluh.
Sebenarnya Hope sudah mandi tadi, tapi karena Aurel menyuruhnya membeli keperluannya di supermarket, waktu pulang tubuhnya merasa gerah dan berkeringat. Jadi dia mandi lagi.
"M ... Mas sudah pulang?"
Darrel mendengus. Pertanyaan bodoh. Jelas-jelas dia sudah berada dalam kamar ini, masih ditanya lagi sudah pulang atau belum. Pria itu duduk di sofa, menahan kegelisahan akan rasa panas yang menjalar di sekujur tubuhnya. Masih bisa dia tahan sebentar.
Pandangannya mengarah lurus ke Hope. Tubuh wanita itu saat memakai handuk sungguh seksi.
"Kenapa ... mandi malam-malam begini?"
Walau tubuhnya sudah dikendalikan oleh obat sialan itu, Darrel masih sadar sepenuhnya. Hanya saja ia merasa amat tersiksa. Butuh pelampiasan dan pelepasan.
Hope mengerutkan kening. Aneh. Ia merasa ada yang aneh dengan suaminya. Gerakan-gerakan pria itu yang seperti cacing kepanasan membuatnya berpikir keras.
"Mas kenapa, sakit?" tanyanya dengan polosnya. Satu-satunya yang ada dalam pikirannya ya itu. Tidak ada yang lain.
Hope itu masih polos, tidak pernah bergaul dengan dunia malam. Kesehariannya dari kecil hanya sekolah, dan langsung pulang. Jarang bergaul dengan teman-teman sekolahnya. Tidak pernah dengar tentang obat perangsang dan cara kerja obat itu.
Di sekolah, mereka tidak pernah di ajarkan hal-hal seperti itu. Hanya ada pelajaran biologi yang sedikit menjurus ke hal-hal dewasa. Itu pun dia tidak terlalu mengerti, karena tidak suka dengan pelajaran biologi.
Umur Hope sekarang baru sembilan belas tahun. Tidak kuliah. Hanya tinggal di rumah dan mengabdi sebagai istri Darrel yang usia mereka terpaut tujuh tahun. Waktu menikah dengan Darrel, usianya tujuh belas tahun.
Darrel tidak menjawab pertanyaan Hope. Pria itu berdiri dari sofa dan berjalan mendekati isterinya yang masih muda. Hope refleks mundur karena tubuh Darrel tiba-tiba menjadi sangat dekat dengan tubuhnya. Tangannya meremas kuat-kuat handuk yang ia kenakan. Tubuhnya kini bersandar di tembok dekat kamar mandi.
"Aku butuh obat ..." gumam Darrel dengan tatapan sayu. Kedua tangannya berpegangan di bahu telan-jang Hope.
"Ma ... Mas sakit apa?" tanya Hope terbata. Ia bisa merasakan hembusan napas Darrel di wajahnya.
"Aku mau kamu ..." Darrel pun langsung mengangkat tubuh Hope dan membawanya duduk di atas meja.
Hope kaget. Jantungnya berdegup kencang.
"M ... Mas Darrel ..."
"Layani aku malam ini," gumam Darrel lagi. Kali ini melepaskan handuk yang terlilit di tubuh Hope dan dilempar ke lantai.
"Mas!" kedua tangan Hope buru-buru menutupi aset bawa dan atasnya mengenakan tangannya. Wajahnya sudah memerah seperti tomat.
pasti bucin nti ada saingan rebut isteri nya
tambah satu dari belakang...lagi tidur lagi🤦