Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cari ayah
"Sebenarnya waktu itu ibu pernah kasih aku kertas dengan tulisan alamat ayah sekarang"
"Bagus dong, berarti kita tinggal cari alamatnya aja" Rara antusias
"Nggak bisa. Karena kecerobohan aku, tulisannya pudar dan gak kebaca lagi!" Raut wajah Vika berubah menjadi murung
"Kok bisa?"
"Iya. Waktu itu aku taro di saku dan enggak sengaja ke cuci"
"Ya ampun Vika kasihan banget sih kamu, tapi kamu pernah baca dan tentunya masih ingat kan daerah mana?!"
"Setahu aku di sini, tapi lokasi tepatnya benar-benar lupa," itulah sebabnya dia sekarang berada di kota ini. cari kost yang murah, cari kerja yang bisa mereka lakukan selepas pulang sekolah. Dan beruntung nya bertemu Rara, yang bukan hanya baik tapi seperti sodara kandung sendiri
"Itu sama aja kita cari jarum dalam tumpukan jerami dong,"
"Iya aku tahu, makanya cari ayah cuma di waktu senggang aja, meskipun semua sia-sia, tapi kan seenggaknya aku udah berusaha Ra!" Vika tiba-tiba terdiam dan merenung
"Nggak kok, semua usaha yang udah kamu perjuangkan gak mungkin sia-sia" Rara mencoba menyemangati Vika, padahal dia sendiri tau kalau kerja kerasnya mungkin tidak akan mendapatkan hasil kalau caranya seperti ini "Apa gini aja deh. Kamu punya foto juga namanya nggak? nanti kita bisa cari di media sosial"
"Sebenarnya aku udah pernah coba cari di media sosial tapi nggak ada, sempet juga upload foto. Ya cuma memang foto zaman masih sama ibu."
"Terus sekarang kita ke mana dan bagaimana?" Rara tidak tahu arah mereka menuju kemana, sedangkan lokasi pencariannya saja memang sangat minim. Rara pun memarkirkan kendaraannya ke tepi jalan, dan sebaiknya membahas terlebih dahulu mau ke mananya nanti.
Vika juga memang sedikit sedih. Dia sudah tahu kalau mencari orang dengan tanpa informasi apa-apa tidak akan mendapatkan hasil. Namun setelah berpikir keras akhirnya keluarnya keputusan dari mulut Vika kalau mereka akan kemana
"Aku tahu sekarang kita harus apa" Vika tiba-tiba mendapat arahan
"Kemana?" Rara juga senang akhirnya ada tujuan yang pasti akan mereka tempuh,
"Lihat deh" Vika mengerahkan telunjuknya ke seberang jalan yang terdapat sebuah ruko
"Kita ke sana!" Kemudian menatap Rara dengan menggerakkan kedua alisnya
Rara pun mengikuti arah jemari itu berhenti, dan sangat mengejutkan
"Ya ampun Vika.! Aku pikir kamu nemuin jalan yang menuju titik terang. Nggak tahunya tukang bakso?" Rara menepuk kening sambil menggeleng tak mengerti dengan jalan pikiran temannya. Tadi sedih setengah mati, dan sekarang sempat-sempatnya memikirkan makanan,
"Loh apa salahnya?, mencari ayah satu hal yang belum pasti, tapi lihat bakso itu, dia sudah ada di depan mata kita ra" ekspresi Vika meyakinkan kalau mereka harus memikirkan perut dulu dia atas segalanya
"Selama ini biasanya kamu lebih dewasa dari aku. Tapi kenapa sekarang malah kebalik" Rara masih bingung dengan sikap Vika, walau begitu tetap saja dia putar arah dan akhirnya berhenti di depan kedai bakso itu juga
Setelah memasuki kedai tersebut, mereka langsung memesan dengan selera masing-masing, bulatan daging sapi yang bercampur tepung dan rempah itu memang makanan favorit keduanya, sampai tidak pernah satu hari pun tanpa makan makanan tersebut.
Saat satu suap saja kuahnya masuk ke dalam mulut Vika, lidahnya serasa dimanjakan dengan rasa yang begitu pas, tak tanggung dia juga menambahkan beberapa apa sendok sambal ke dalam mangkuknya, dan ini membuat Rara terkejut
"Vika!! kamu gila ya? ini terlalu banyak dan kamu akan sakit perut nanti" Rara menghentikan tangan sahabat nya
"Kepala aku sedikit pusing Ra, rasanya kuah pedas ini bikin mood aku jadi naik lagi deh"
"Nggak ada ya!!. Kenapa sih hari ini kamu kelihatan aneh banget"
"Apa yang aneh, enggak lah aku biasa aja kok,"
"Nggak biasa, fix kamu aneh"
"Udah ah, nanti makanannya keburu dingin" Dan kemudian mereka menikmati baksonya sedangkan Vika masih terus makan tanpa rasa pedas sedikitpun. Hal ini membuat Rara tak henti menggeleng karena tidak masuk akal dengan tingkah temannya.
Masih di tempat yang sama, tiba-tiba Vika meminta bakso yang ada di mangkuk Rara, awalnya tidak diijinkan sampai ada adegan perang sendok segala, tapi akhirnya gadis itu mengalah setelah sahabatnya mengiba. Namun sikap Vika memang membuat Rara sangat terheran-heran, tapi tak perlu dipermasalahkan karena mereka saling menyayangi
"Kamu nih kenapa shi, baru kali ini loh aku lihat kayak gini"
"Kayak gini apanya?" tanyanya santai, tapi masih terus fokus dengan bakso yang ada di dalam mulutnya
"Kamu habis minum temulawak ya? jadi nafsu makannya meningkat"
"Iya nih, nggak tahu aku juga. Hari ini semua makanan bikin aku jadi lapar terus,"
"Aku tahu!"
"Apa?"
"Mungkin karena kamu sakit waktu itu yang nggak nafsu makan, dan sekarang jadi balas dendam,"
"Bener juga, bisa jadi. Iya!"
"Baguslah kalau banyak makan, karena Vika ku tersayang akan selalu sehat" Rara mendekat lalu memeluk sahabatnya
"Makasih banyak ya!"
"Untuk?"
"Untuk semua perhatian kamu yang aku nggak pernah dapetin dari siapapun"
"Aa Vika.!! kamu itu lebih dari sahabat aku tau, bahkan aku udah anggap kamu keluarga. Bukannya Nenek juga bilang gitu kan sama kamu,"
"Kalian memang keluarga yang luar biasa. Seumur hidup, aku belum pernah ketemu keluarga yang sebaik ini sama orang lain. Padahal mereka kaya dan aku cuma gadis biasa, tapi gak pernah membedakan status antara kita"
"Aa!! Vika, kamu kok ngomongnya gitu, aku yang bangga karena punya sahabat hebat kayak kamu, dan aku juga banyak belajar artinya hidup. Kalau aku nggak kenal sama kamu mungkin selamanya Rara akan jadi anak manja,"
"Janji ya, apapun keadaannya kamu nggak akan ninggalin aku," Vika berubah melow
"Kamu juga janji ya, diantara kita gak boleh ada yang ditutupi, karena aku rasa kamu lebih suka menyembunyikan sesuatu, entah kesedihanmu, entah masalahmu, dan aku gak suka itu,"
"Aku cuma gak mau kamu ikut susah sama masalah aku,"
"mana ada, kamu pikir seorang Vika itu dewa?, bisa menyelesaikan semua masalahnya sendiri?, kamu butuh aku, kita bisa nemuin solusi buat semua kesulitan masing-masing dengan kerja sama, contohnya kaya sekarang cari ayah kamu"
Rara benar, kalau kita bersama semua Maslah yang ada di hidup aku bisa berkurang, walaupun gak ada solusi tapi dia bisa bikin aku happy, thanks ya Ra, mungkin seumur hidup aku pun gak akan bisa balas jasa kamu
"Iya deh, aku janji. Apapun itu akan cerita sama kamu termasuk pak Nathan yang nembak aku semalem?"
"What?!!" Rara terkejut dan hampir saja bakso yang dia makan tersangkut tenggorokannya "Uhuk,uhuk"
"Ya ampun Rara kenapa gak hati-hati,"
"Uhuk,, jahat"
"Apanya?"
"Kamu, uhuk.." Rara berhenti bicara sejenak. Mengunyah baksonya kemudian melanjutkan lagi "kenapa gak cerita kalau pak Natan nembak kamu?"
"lho, ini mau cerita"
"Iya karena terpaksa"
"Haha, maaf aku gak terlalu fokus sama itu jadi emang lupa" Dari sana Vika menceritakan tentang makan malam bersama Nathan yang sama sekali baginya tidak berkesan. Rara juga sedikit tidak terima karena impiannya, Vika hanya untuk Arya meskipun jarak keduanya jauh tapi dengan bantuan nek Rita bukankah akan lebih mudah