NovelToon NovelToon
TURUN RANJANG

TURUN RANJANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor
Popularitas:17.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kikan Selviani Putri

Annisa memimpikan pernikahan yang bahagia bersama lelaki yang dicintainya dan mencintainya. Tetapi siapa sangka dirinya harus menikah atas permintaan sang Kakak. Menggantikan peran sang Kakak menjadi istri Damian dan putri mereka. Clara yang berumur 7 tahun.

Bagaimana nasib Annisa setelah pernikahannya dengan Damian?

Mampukah Annisa bertahan menjadi istri sekaligus ibu yang baik untuk Clara?

Temukan kisahnya hanya di sini!^^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan Selviani Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ide Gila!

Annisa menggandeng tangan kecil Clara saat mereka memasuki rumah, meskipun bocah itu beberapa kali mencoba melepaskan diri.

Saat mereka melangkah ke ruang tamu, Annisa melihat Damian sudah duduk di sofa, dengan tablet di pangkuannya. Wajahnya tampak serius, dan ia langsung menatap mereka tanpa berkata apa-apa.

Clara mencoba bersembunyi di belakang Annisa, merasa canggung di hadapan ayahnya. Damian perlahan menurunkan tablet dan menatap Annisa dengan tajam.

"Bu Hanifa menelepon," katanya dingin, suaranya tajam seperti pisau. "Katanya Clara berkelahi di sekolah. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Annisa merasa jantungnya berdegup lebih kencang. Ia berusaha menjelaskan dengan tenang. "Mas, Clara... Dia marah karena temannya, Sita, mengatakan hal-hal yang menyakitkan tentang ibu tirinya. Clara merasa tersinggung—"

"Dan itu alasan untuk berkelahi?" potong Damian, suaranya naik. "Annisa, kamu seharusnya bisa mengendalikan ini. Kamu yang seharusnya mendidiknya, bukan membiarkan dia bertindak seenaknya."

Annisa tertegun, merasa sakit mendengar tuduhan Damian. "Aku tidak membiarkan apa pun, Mas. Aku bicara dengan Clara setelah kejadian itu, dan dia sudah meminta maaf. Ini masalah yang sensitif bagi Clara. Dia merasa tersinggung dan—"

"Tersinggung atau tidak, kekerasan bukan jawabannya!" Damian menggerutu, berdiri dan berjalan mendekati Clara, tatapannya kini tertuju ke anak itu. "Clara, masuk ke kamar sekarang. Kamu butuh waktu untuk introspeksi diri. Tidak ada alasan untuk berkelahi, tidak peduli apa yang mereka katakan."

Clara menunduk, terlihat ketakutan dan malu. Tanpa berkata apa-apa, ia berbalik dan berjalan perlahan menuju tangga. Saat ia menghilang di balik pintu kamarnya, Annisa menatap Damian dengan kecewa.

"Mas, ini bukan cuma soal Clara berkelahi. Anak itu sedang kesakitan. Kata-kata Sita sangat menyakiti perasaannya, dan dia merasa terancam. Bukankah sebaiknya kita bicara dengannya, bukannya menghukumnya tanpa memberikan pengertian?"

Damian mendengus, melipat tangannya di dada. "Jadi, sekarang kamu ingin aku bersikap lebih lunak, Nis? Clara berkelahi di sekolah, dan kamu mau bilang itu bukan masalah besar? Kamu yang seharusnya menjaga dia."

Annisa merasa hatinya sesak. "Aku berusaha, Mas. Aku berusaha memahami Clara. Tapi dia juga butuh bantuanmu, bukan cuma hukuman."

Damian menatap Annisa dengan dingin, lalu berjalan kembali ke sofa dan mengambil tabletnya. "Aku tidak punya waktu untuk drama ini, Annisa. Kamu yang harus menangani Clara. Aku berharap kamu bisa lebih baik dalam mengurusnya."

Annisa berdiri terpaku, merasa seolah-olah sedang dimarahi untuk sesuatu yang di luar kendalinya. Clara memang bukan anaknya secara biologis, tapi Annisa telah melakukan yang terbaik untuk merawat dan mendukung gadis kecil itu. Namun, Damian selalu bersikap seolah segala kesalahan Clara adalah tanggung jawabnya semata. Perasaan frustrasi dan sakit hati perlahan mengalir dalam dirinya, tapi ia tahu bahwa berdebat dengan Damian sekarang hanya akan memperburuk keadaan.

Dengan suara tertahan, ia akhirnya berkata, "Aku akan bicara dengan Clara nanti."

Damian hanya mengangguk tanpa menoleh, tenggelam kembali dalam tabletnya, meninggalkan Annisa merasa sendirian dalam tugas yang paling sulit ini.

Annisa masih berdiri di sana, di ruang tamu yang terasa semakin dingin, sementara Damian kembali tenggelam dalam dunianya, memeriksa tabletnya seolah-olah tidak ada hal penting yang baru saja terjadi. Annisa tahu bahwa tidak ada gunanya memperpanjang perdebatan sekarang. Damian sudah mengambil sikap, dan dia sulit diajak bicara ketika sudah memutuskan sesuatu. Namun, rasa frustrasi dan sakit hati mulai membanjiri dirinya.

Annisa berjalan perlahan ke dapur, mencoba menenangkan pikirannya sambil merefleksikan apa yang baru saja terjadi. Ia selalu tahu bahwa hubungan mereka tidak mudah, terutama sejak menikah karena amanah dari keluarga. Namun, belakangan ini, Damian semakin keras kepala dan selalu menyalahkannya, seolah-olah setiap kesalahan Clara adalah kesalahannya juga. Annisa merasa beban itu terlalu berat untuk dipikul seorang diri, dan kelelahan mulai merambati dirinya, baik secara fisik maupun emosional.

Tak lama kemudian, Damian berdiri dan menyusul Annisa ke dapur, suaranya terdengar dingin namun terkontrol. “Kita perlu bicara, Annisa.”

Annisa menoleh, mengangkat alisnya. “Tentang apa?”

Damian menatapnya dengan serius. “Aku tidak suka kamu terus bekerja. Itu membuang waktu dan energi yang seharusnya kamu curahkan untuk rumah ini. Untuk Clara.”

Annisa menghela napas panjang, menyiapkan diri untuk argumen yang sudah sering terjadi antara mereka. "Mas, aku bekerja karena aku ingin. Aku butuh ruang untuk diriku sendiri, sesuatu di luar urusan rumah dan Clara. Aku tahu tanggung jawabku di rumah, tapi itu bukan berarti aku harus berhenti jadi diriku sendiri."

Damian mencibir, melipat tangannya di dada. "Apa gunanya pekerjaanmu itu? Kamu tahu kita tidak butuh uang dari gajimu. Aku bisa memberikan semuanya untuk kamu dan Clara. Kamu hanya perlu fokus pada rumah tangga ini."

Annisa menatap Damian dengan tatapan yang tajam namun penuh perasaan. “Ini bukan soal uang, Mas. Aku butuh bekerja untuk merasa berharga, untuk punya sesuatu yang aku cintai selain dari semua ini. Aku mencintai Clara, dan aku mencoba yang terbaik. Tapi aku juga butuh ruang untuk diriku sendiri. Bekerja di perusahaan itu memberikan aku rasa pencapaian.”

Damian mendekat, nada suaranya semakin dingin. “Kamu tahu kenapa aku tidak setuju? Karena pekerjaanmu itu mengalihkan perhatianmu. Kamu seharusnya ada di sini, di rumah, mengurus Clara. Bukankah itu alasan kita menikah? Kamu tahu tanggung jawabmu.”

Annisa mendengarkan dengan hati yang mulai berat. “Mas, aku tahu. Tapi kamu tidak bisa menyalahkan ku setiap kali sesuatu terjadi pada Clara. Clara butuh lebih dari sekadar disiplin. Dia butuh kita berdua untuk membantunya melewati masa-masa sulit ini. Dia kehilangan ibunya, dan aku mencoba yang terbaik untuk menjadi figur yang bisa dia percayai.”

Damian mendengus. “Dan kamu pikir bekerja delapan jam sehari, pulang dalam keadaan lelah, itu membantu? Clara butuh perhatian penuh, Annisa.”

Annisa hampir menangis, tetapi ia menahannya. “Jadi, apa yang kamu mau, Mas? Apa kamu ingin aku berhenti bekerja? Apa itu solusi buat kamu? Tapi apa kamu pikir itu solusi untuk aku?”

Damian menatap Annisa dengan tatapan dingin yang membuat tubuhnya bergetar. “Aku punya solusi,” katanya perlahan, menimbang setiap kata. “Aku sedang mempertimbangkan untuk membeli perusahaan tempat kamu bekerja.”

Annisa tercengang, matanya membulat penuh ketidakpercayaan. “Apa? Apa maksudmu? Kamu... Kamu ingin membeli perusahaan tempat aku bekerja?”

Damian mengangguk, tampak puas dengan reaksi Annisa. “Ya. Dengan begitu, aku bisa mengontrol apa yang terjadi di sana. Kamu tidak akan lagi dipaksa untuk bekerja lembur atau menghadapi tekanan yang tidak perlu. Dan pada akhirnya, kamu akan lebih fokus pada rumah ini, seperti yang seharusnya."

Annisa benar-benar terguncang. “Mas, itu gila! Aku bekerja di sana bukan hanya untuk uang atau rutinitas. Aku bekerja karena aku ingin melakukan sesuatu yang berarti. Kamu tidak bisa begitu saja mengendalikan hidupku dengan membeli perusahaannya. Itu bukan caranya!”

Damian mendekat lebih jauh, kini jaraknya hanya beberapa inci dari Annisa. Tatapannya tajam dan penuh kontrol. "Aku bisa dan akan melakukannya, Annisa. Aku tidak akan biarkan kamu terus-menerus mengabaikan tanggung jawab di rumah ini demi sesuatu yang tidak penting. Kamu adalah istriku. Dan kamu punya tugas di sini."

Annisa merasa tubuhnya lemas, seolah-olah kekuatan untuk melawan tiba-tiba lenyap. Ia selalu tahu bahwa Damian memiliki kontrol atas banyak hal dalam hidupnya, tapi tidak pernah membayangkan bahwa dia akan sejauh ini. Ia menatap Damian, melihat seorang pria yang tidak lagi peduli pada perasaannya, melainkan hanya fokus pada apa yang dia anggap benar.

“Aku tidak bisa terus seperti ini, Mas,” katanya pelan, suaranya bergetar. “Aku tidak bisa hidup dengan cara ini. Aku butuh kebebasan untuk menjadi diriku sendiri.”

Damian mendengus, lalu berbalik seolah-olah perdebatan ini sudah selesai baginya. “Kita akan bicarakan ini lagi nanti. Tapi jangan harap aku berubah pikiran.”

Annisa berdiri di dapur, sendirian lagi, dengan hati yang semakin kosong dan kepala yang penuh pikiran tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

1
Atik R@hma
buka liburan baru sm disya, lupakan Annisa😁😁
Atik R@hma
slalu bhgia klg kecil Damian, otw adik buat kaka Clara😃😃😃
🏘⃝Aⁿᵘ🍁Kikan✍️⃞⃟𝑹𝑨👀: a-adiikk? 😳😳😳
🏘⃝Aⁿᵘ🍁Kikan✍️⃞⃟𝑹𝑨👀: a-adiikk? 😳😳😳
total 3 replies
🏘⃝Aⁿᵘ🍁Kikan✍️⃞⃟𝑹𝑨👀
iyaaaaaa, akhirnyaaaa setelah 2 tahun diangguriinn
Atik R@hma
kebahagiaan buat Annisa, menunggu bertanya thn😄😄
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
pasti dia seneng damian walaupun sederhana
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
bnr tuh pasti kan dlu kebenaran nya jngn asal ngmng
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
mimpi apaan sih km Damian
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
mngkn belum waktunya damian
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
saking kecapean nya Clara sampai tertidur 😴😴😴
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
heboh bangettt ya gara² rumor ituu
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
nah bagus dong sesekali ajakin makan+ngbrol berdua
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
JD intinya mau ada ruangan khusus yaa
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
seneng banget pasti nya dianterin sama Damian
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
knp kau Andi melamun aja,,Apa jngn² lagi mikirin Anisa
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
semoga aja Clara menyebut Anisa sebagai mama nya
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
Clara diajak belanja lagii pasti seneng tuhh
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
biasa aja dong gina negur nya
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
woww Anisa JD CEO baru disnaa
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
woww Andi punya rasa sama Anisa pdhl kan Anisa istri nya damian
ㅤㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ㅤ❣️
ngapain sih si Zaskia menirukan gaya Anisa segala apa dia mau menggoda Damian 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!