NovelToon NovelToon
Jadi Kedua? Hayu!

Jadi Kedua? Hayu!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / CEO / Selingkuh / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Sinopsis:

Zayden Levano, pewaris perusahaan besar, dihadapkan pada permintaan tak terduga dari kakeknya, Abraham Levano. Sang kakek memintanya untuk mencari Elara, seorang gadis yang kini bekerja sebagai wanita penghibur di klub malam. Keluarga Zayden memiliki hutang budi kepada keluarga Elara, dan Abraham percaya bahwa Elara berada dalam bahaya besar karena persaingan bisnis yang kejam.

Permintaan ini semakin rumit ketika Abraham menuntut Zayden untuk menikahi Elara demi melindungi dan menjaga warisan keluarga mereka. Di tengah kebingungan dan pertarungan moralnya, Zayden juga harus menghadapi kenyataan pahit bahwa istrinya, Laura, mengandung anak yang bukan darah dagingnya. Kini, Zayden terjebak antara tanggung jawab keluarga, cinta yang telah retak, dan masa depan seorang gadis yang hidupnya bergantung padanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Malam Pertama Main-main

Bab 18

Elara menatap cermin dengan penuh ketidakpastian. Pakaian tidur yang dikenakannya terlalu sederhana, hampir kekanak-kanakan. Bermotif boneka dan berwarna pastel, pakaian itu terasa begitu jauh dari suasana malam pertamanya yang seharusnya romantis—atau setidaknya, normal.

"Terserahlah, yang penting aku nyaman. Dia kan tahu, aku bukan wanita dewasa. Menyesuaikan umur dong pakaianku," gumam Elara, sambil terus memandangi dirinya di depan cermin.

Tubuh mungilnya terbungkus lembut, menenangkan setelah hari yang melelahkan. Lagipula, ia tidak pernah membayangkan akan menjalani pernikahan seperti ini. Pernikahan atas dasar kesepakatan, tanpa cinta.

Sedangkan Zayden, yang duduk di sudut kamar, memandangi istrinya dengan tatapan yang semakin tajam. Hatinya mendidih pelan melihat Elara yang tampak begitu nyaman dalam pakaian yang menurutnya tidak pantas.

 “Serius, istriku seperti itu?” desisnya, suaranya terdengar berat dan penuh frustrasi.

Wajahnya memancarkan ketidaksenangan yang tak bisa ia sembunyikan lagi. Dia sudah menyiapkan malam ini dengan sangat hati-hati, berharap setidaknya ada sedikit gairah, sedikit kemesraan. Namun, apa yang ia temukan? Istrinya mengenakan pakaian yang terlihat lebih cocok untuk seorang gadis kecil daripada seorang istri di malam pertama mereka.

"Kau yakin pakai baju itu?" Zayden mendekati istrinya.

 Elara menoleh kaget, tidak menduga Zayden akan berbicara dengan nada seperti itu. “Kenapa?” tanyanya polos, seakan tidak memahami sumber kemarahan suaminya.

 "Kenapa kau bawa pakaian seperti itu? Semua sudah disiapkan di sini."

 "Aku gak bisa tidur kalau gak pake baju ini."

 "Argh! Omong kosong."

  “Ini nyaman, tahu.”

 Zayden mendengkus sinis. "Nyaman? Kau bercanda, kan?"

Dengan langkah cepat, Zayden menuju kopernya yang terbuka di lantai. Tangannya meraih kotak hitam kecil, yang tampaknya sudah dipersiapkan dengan cermat untuk malam ini. Tanpa bicara lebih lanjut, ia melempar kotak itu ke arah Elara. Kotak itu melayang di udara sebelum jatuh tepat di pangkuan Elara.

 Elara mengernyit, menatap kotak itu dengan tatapan bingung. Perlahan, ia membuka penutupnya, dan matanya langsung terbelalak ketika melihat isinya—sebuah lingerie berenda merah, sangat minim, bahkan terlalu minim menurut standarnya.

 "Kau ingin aku... memakai ini?" Elara menatap lingerie itu dengan horor.

 “Bukankah kau seharusnya tahu apa yang diharapkan seorang istri di malam pertama?” Zayden menatapnya, alisnya terangkat dengan sikap menantang.

"T-tapi Tuan, kita sama-sama sepakat, pernikahan ini hanya tentang uang," Elara membela diri.

 Gadis itu merasakan wajahnya memanas. Dia sebenarnya tipe wanita yang mudah malu, apalagi dalam situasi yang melibatkan Zayden. Tapi lingerie ini—sebuah pernyataan yang sangat berbeda dari apa yang ia rasakan malam itu—membuatnya kehilangan kata-kata. Dia melemparkan pakaian itu kembali ke arah Zayden dengan cepat.

 "Pakailah sendiri kalau kau mau!" serunya, mendengkus kesal.

 Tubuh mungilnya bergerak cepat saat dia melangkah menuju sofa di sudut kamar, menarik selimut tipis, dan meringkuk di dalamnya dengan tegas. Seakan-akan dia benar-benar percaya bisa menghindar dari Zayden dengan bersembunyi di balik selimut itu.

 Zayden menatap adegan itu dengan keheranan yang berujung pada kemarahan.

  "Elara, kau sungguh membuat malam pertama kita berantakan hanya karena pakaian anak kecil ini?" Dia menghampiri sofa dengan langkah berat, namun Elara tidak menoleh sedikit pun, berusaha keras mengabaikan keberadaannya.

 Zayden berdiri di depannya, sejenak memandangi Elara yang meringkuk di sofa. Meski tubuh kecil wanita itu nyaris tak terlihat di bawah selimut, baginya, ini tidak lebih dari ulah kekanak-kanakan.

“Kau seperti anak kecil,” gumamnya lirih, separuh untuk dirinya sendiri. Lalu, tanpa peringatan, Zayden membungkuk, dengan mudah mengangkat tubuh Elara yang mungil dari sofa.

 "Zayden! Apa yang kau lakukan?!"

 Elara meronta-ronta, tangannya mencoba mencakar udara untuk mencari pegangan. Namun Zayden, dengan kekuatan tubuhnya yang jauh lebih besar, tidak terlalu terpengaruh. Elara memang seperti anak kecil di tangannya, mudah diangkat dan dibawa ke tempat tidur tanpa banyak perlawanan.

 “Kau pikir aku akan membiarkan istriku tidur di sofa di malam pertama?” Zayden menatapnya dengan senyum licik di sudut bibir. “Ini tidak akan terjadi, Elara.”

 Dengan lembut, namun tegas, ia meletakkan Elara di tempat tidur. Elara, masih dalam keadaan kaget, mencoba untuk bangkit, tetapi Zayden sudah lebih dulu menahannya, tangannya menekan bahu Elara dengan lembut namun memaksa.

 “Dengar,” bisik Zayden, wajahnya mendekat ke wajah Elara. Mata mereka bertemu dalam jarak yang sangat dekat, sehingga Elara bisa merasakan napas hangat Zayden di pipinya.

  "Kita sudah menikah. Bukankah seharusnya kita saling membuat bahagia?"

 Elara merasa napasnya tercekat. Bibirnya terbuka untuk berkata sesuatu, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Tatapan mata Zayden begitu intens, begitu dekat, sehingga ia tidak tahu harus bagaimana menanggapi. Namun, tiba-tiba, suasana yang menegangkan itu pecah oleh tawa Zayden yang terdengar tiba-tiba.

 “Kau benar-benar takut dengan lingerie itu?” Zayden terkekeh, matanya yang sebelumnya dingin kini dipenuhi dengan kilatan tawa. “Aku tidak percaya! Seorang wanita yang katanya sudah berpengalaman, tapi kau takut dengan selembar kain tipis?”

 Elara merasa wajahnya semakin memanas. Dengan cepat, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, menolak melihat Zayden yang sekarang menertawakannya. “Bukan takut!” protesnya dengan suara tertahan. “Aku hanya... tidak nyaman!”

 Zayden menggelengkan kepala, masih tertawa kecil. “Tidak nyaman, ya? Baiklah, kalau begitu, kita buat kesepakatan.”

 Ia berbaring di sebelah Elara, tangannya bersilang di belakang kepala, dan menatap langit-langit kamar dengan santai. “Aku tidak akan memaksamu memakai lingerie itu. Tapi sebagai gantinya, kau harus melakukan satu hal untukku.”

 Elara menurunkan tangannya perlahan, menatap Zayden dengan curiga. “Apa?”

 Senyuman Zayden melebar. "Kau harus menyanyikan lagu pengantar tidur untukku. Sesuatu yang manis dan menenangkan. Aku yakin seorang istri yang baik tahu bagaimana caranya membuat suaminya tidur nyenyak, bukan?"

 Elara terdiam, matanya melebar. “Apa?!”

 Zayden menoleh ke arahnya dengan tatapan serius, meskipun bibirnya masih menahan tawa. “Itu kesepakatannya. Kau tidak mau mengenakan lingerie, aku tidak masalah. Tapi, kau harus menyanyikan lagu pengantar tidur untukku.”

 Elara mendesah, tahu bahwa perlawanan akan sia-sia. Dengan suara kecil yang masih dipenuhi kekesalan, ia mulai bernyanyi pelan, suaranya sedikit bergetar karena rasa malu. Namun, semakin lama ia bernyanyi, Zayden mulai menutup matanya, dalam hatinya dia tertawa, namun menikmati momen lucu ini.

 "Tuan," ucap Elara, sambil menggoyangkan tangannya di depan wajah Zayden. "Tuan. Tuan!" ucapnya sekali lagi.

 "Syukurlah udah tidur."

 Perlahan Elara turun dari tempat tidur, dia tersenyum gembira, karena bisa lolos dari malam pertama yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Namun...

 "Mau ke mana kau?! Hahaha!"

 Tiba-tiba Zayden menyergap tubuh Elara dan jatuh ke ranjang. Dengan cekatan tangan Zayden bekerja. Mana mungkin dia membiarkan malam pertama lewat begitu saja.

 "Tuan. Aku pikir kau," ucap Elara terputus karena bibirnya langsung dibungkam oleh bibir Zayden.

Bersambung...

1
Nur Adam
lnju
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
lnju
Senja Kelabu: Mampir dipunyaku juga, Kak. Genre roman komedi.

SUAMIKU GURU GALAK

mampir ya, Kak
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: thx udah mampir
total 2 replies
Anto D Cotto
.menarik
Anto D Cotto
lanjut, crazy up thor
🐜SixNine: Wah, akhirnya up novel baru, nih🥳
Anto D Cotto: ok, seep 👍👌
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!