Kelahiran Gara menjadi pertanda karena bertepatan dengan kematian Hybrid yang telah membawa malapetaka besar untuk daratan barat selama berabad-abad. Pertanda itu semakin mengkhawatirkan pihak kerajaan ketika ia belum mendapatkan jati dirinya diusia 7 tahun. Mendengar kabar itu, pemerintah INTI langsung turun tangan dan mengirimkan Pasukan 13 untuk membawanya ke Negeri Nitmedden. Namun Raja Charles menitahkan untuk tidak membawa Gara dan menjamin akan keselamatan bangsa Supernatural. Gara mengasingkan diri ke Akademi Negeri Danveurn di wilayah Astbourne untuk memulai pencarian jati dirinya.
Akankah Gara mendapatkan jati dirinya? Bagaimana kehidupan asramanya di Akademi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cutdiann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 13: A SIMPLE QUARREL.
Sudah tiga hari sejak aku terbaring di rumah sakit Akademi, dan akhirnya aku bisa mengikuti pelajaran lagi. Mr. Chairoz bilang kondisiku sudah lebih baik, akan tetapi aku harus menjaga diri.
"Gara, cepat!"
Aku keluar dari asrama. Di ruang berkumpul, murid-murid lain sudah berkumpul. Chlea bilang, pagi ini kami akan pergi ke sungai Odile, tempat biasanya para Mermaid clan latihan. Dia bilang, kita akan mandi di sana.
"Seharusnya kau tidak terlambat."
Saga? Seharusnya kau membangunkanku.
"Jika aku bangunkan, kau hanya akan dapat serangan jantung."
Kenapa begitu?
"Itu hanya lelucon, hahaha."
Kau membuat aku kesal.
"Aku tidak pernah melihatmu kesal."
Aku tidak memperlihatkannya.
"Gara, ada sesuatu di kepalamu?" Tanya Selena ketika aku sampai, berdiri di antara murid-murid lain. Ternyata, tidak hanya dari clan ku saja, namun ke enam clan lainnya.
"Ya, ada sesuatu di kepalaku, dan itu membuat aku kesal" ucapku jujur.
"Tapi, kau tidak terlihat sedang kesal."
"Karna aku tidak memperlihatkannya."
"Oh ya, bagaimana kondisimu?" Sambung Selena.
"Aku tidak tahu, kurasa, sudah baik."
"Tidak, tidak, tidak. Sesuai kata guru, kita semua harus berjaga jarak dengan Gara. Lagi pula kau masih sakit, pergilah ke dalam dan beristirahatlah" ucap Ezekiel Astred, salah tau anggota Wizard clan, sambil membuat jarak antara murid-murid lain dan aku, serta menunjuk kearah tangga.
"Aku sudah baik-baik saja. Jikapun aku harus berjaga jarak, tapi biarkan aku ikut" kataku.
"Hei, dengar. Kami tidak tau penyakit seperti apa itu dan kami tidak ingin hal itu bertambah parah. Memang, bagimu kau sudah baik-baik saja. Tapi bagi kami, kau sedang tidak baik-baik saja. Menurutlah" jelas Radian Niccolo, salah satu dari Vampire clan.
"Aku tidak ingin terdengar keras kepala, tapi biarkan aku ikut. Jika aku mulai sakit lagi, aku akan kembali ke asrama."
Tetapi, Ezekiel dan Radian hanya menatapku serius. Mereka bahkan tidak mempertimbangkan kata-kataku.
"Oh ayolah," Xavier menghampiri dan merangkul Ezekiel dan Radian secara bersamaan, "Apa yang harus ditakutkan?"
Radian menepis tangan Xavier, "Kau tidak tau apa yang sedang kau pertanyakan."
"Aku tau, aku tau dengan baik apa yang aku pertanyakan. Maksudku, lihat, aku merangkul Gara dan aku tidak tertular penyakitnya. Aku tidak demam, perutku tidak sakit. Kalian terlalu melihat sesuatu pada satu sisi" kata Xavier menghampiriku dan merangkulku dengan erat.
"Apa kau bodoh?" Ledek Ezekiel.
"Tidak. Tapi aku pastikan, Gara akan baik-baik saja" kata Xavier dengan nada serius.
"Bagaimana, Gara ikut atau tidak?" Radian bertanya pada murid-murid lain. Mereka hanya mengiyakan namun ada keraguan di dalam kata-kata mereka. Aku tau, seharusnya aku tetap tinggal, tapi aku tidak ingin.
"Biarkan Gara ikut, aku yang akan bertanggung jawab. Aku dan gara juga punya sesuatu yang harus dibicarakan" tiba-tiba Edward datang dari antara murid-murid yang lain. Tatapannya menuju kearahku.
"Kau yakin Ed?" Tanya Ezekiel.
"Aku yakin. Cepat, jangan membuang-buang waktu."
Perkataan Edward diterima Ezekiel dan Radian. Mereka membiarkan aku ikut. Tentu, tanpa harus diulang, aku tetap akan membuat jarak pada mereka.
Pahadal ini bukanlah penyakit, hanya mereka saja yang tidak tau. Tapi dengan begitu, aku tidak akan membahayakan mereka, jika suatu saat nafsu memangsaku muncul. Dan aku berdiri di bagian paling belakang dengan sedikit membuat jarak. Begitu saja, sampai Edward menghampiriku dan ikut bergabung berdiri denganku.
"Bukannya aku peduli, tapi bagaimana kondisimu yang sebenarnya?" Tanya Edward disela-sela perhatiannya.
"Aku baik, sungguh."
"Jangan berbohong."
"Tidak."
"Bicara soal sifat Hybrid mu , sifat Lycanthrope ku muncul pagi ini" kata Edward.
Aku menoleh melihatnya, "Kau ingat mangsa pertamamu?"
"Tentu, seekor burung pipit di jendelaku. Aku pikir aku akan berakhir sepertimu. Menjadi seorang yang kelaparan, dan sangat liar. Oh ya, itu karna kita berbeda" Edward memperjelas.
Aku tidak melihatnya lagi, kembali fokus ke deoan, mendengarkan orang-orang berbicara. Apa maksudnya berkata seperti itu?
"Dari awal aku memang tidak suka anak itu. Tapi dia tidak salah, kita memang berbeda dari yang lain. Awal kemunculan Lycanthrope biasa adalah transformasi wujud menjadi serigala."
Edward melakukannya?
"Iya, seharusnya kau bisa merasakan ada sesuatu yang baru padanya."
Aku melirik Edward, dan benar. Auranya lebih kuat dari Edward yang sebelumnya. Entah kenapa, aku sedikit merasa tidak suka.
"Aku bertransformasi, tebak nama serigalaku" ucap Edward.
"Kau yang memberinya nama, bukan aku."
"Aku tidak melakukan itu" bantah Edward.
"Apa maksudmu?"
"Serigala mempunyai namanya sendiri. Aku tidak perlu menamai mereka lagi seperti binatang peliharaan"
Apa itu benar?
"Tentu, kami punya nama sendiri."
Kenapa kau tidak beritau saja aku namamu?
"Untuk apa?"
Agar aku tidak memberimu nama.
"Ada apa dengan itu, kau terbawa perasaan mendengar perkataannya?"
Bukan. Aku tidak ingin orang lain akan menganggapmu binatang peliharaan.
"Aku menghargai itu, namun sebaiknya kau tak tau nama asliku. Kau harus mencari tau sendiri."
Sial.
"Sebagai bantuan. Nama serigalanya adalah Rakas."
Apakah serigala lain bisa mengetahui namamu juga?
"Gara, kita ini Hybrid. Hanya aku satu-satunya serigala yang bisa tau detail serigala lain. Dan aku yang menentukan, apakah serigala lain mengetahuiku atau tidak."
"Aku ingin menebak, tapi aku tidak ingin merusak suasana hatimu yang sedang tinggi itu" kataku sambil tersenyum.
"Apa maksudmu?"
"Namanya, Rakas?"
Dan hal itu membuat Edward akhirnya menoleh melihatku dengan tatapan terkejut. "Kau yakin itu adalah tebakan?"
"Kenapa, aku salah? Baiklah, biar aku tebak sekali lagi-"
"Kau benar, ok. Namanya Rakas."
"Guru bilang, agar tidak memakan waktu yang lama, aku membuat dua kelompok. Kelompok anak laki-laki dan kelompok anak perempuan. Kelompok anak laki-laki akan mengangkut air. Sedangkan kelompok anak perempuan akan mencuci pakaian" usul Lilac Betroven, anggota Vampire clan.
"Uh, aku rasa idemu sangat berat untuk dilakukan. Ada empat puluh dua anak dan kami hanya tujuh anak perempuan yang akan mencuci pakaian sebanyak itu?" Protes Titania Adeleide, anggota Wizard clan.
Aku mendekatkan diri dengan Chlea dan berbisik, "Mencuci?"
"Aku lupa bilang, saluran air di Akademi sedang mengalami penghambatan. Jadi pakaian kita tak bisa dikerjakan oleh para peri pengrajin. Kita harus mencuci sendiri sampai saluran itu diperbaiki, dan mengangkut air untuk keperluan Akademi" balas Chlea.
"Kalau bukan untuk keperluan Akademi, kita bisa pakai kolam di dalam kamar ajaib kita" Jack menyahut pembicaraan kami.
"Ayolah, tidak akan anak perempuan tidak sanggup melakukannya. Itu pekerjaan anak perempuan, bukan?" Bantah Creter Artemis, Fairy clan.
"Kami anak perempuan, tapi ukuran banyak pakaian itu tidak setara dengan jumlah kami. Kita masih anak-anak. Kalian anak laki-laki juga" Olya Almaturova juga bersuara, ia anggota Demon clan.
"Kami anak laki-laki melakukan tugas yang lebih berat, kami mengangkut air yang letak sungainya sangat jauh dan harus berbolak-balik. Sedangkan kalian hanya tetap ditempat" Esther Marama dari Mermaid clan ikutan berdebat.
"Tapi kami tetap tidak sanggup" Cassandra membantu.
"Ah, tidak seru. Anak perempuan kita lemah" ucap Jack terang-terangan.
Selena menatap Jack dan bertanya, "Apa yang kau katakan, Jack?"
"Kalian lemah. Begitu saja tidak bisa. Kalian 'kan anak perempuan. Seharusnya kalian bisa mengatasi hal mudah seperti itu. Kalian hanya tidak ingin lelah sedikit, itu saja" Jack semakin memperburuk keadaan. Lihatlah, wajah para anak perempuan. Dia membuat mereka menjadi sedih.
"Apa yang akan kau lakukan, Gara?"
Aku? Aku tidak akan mencampuri urusan yang sudah rumit sejak awal.
"Aku pikir kau sedang belajar menjadi orang dewasa."
Orang dewasa tidak mencampuri urusan orang lain.
"Tapi mereka membantu menyelesaikannya, dan menjadi seorang yang bijaksana. Berbeda dari mencampuri urusan orang lain yang sifatnya bahkan memperburuk keadaan."
"Yah, kau benar. Kami lemah. Ayo teman-teman. Siapkan pakaian kotor kalian, akan kami cucikan sampai kalian tidak akan sanggup melihatnya menjadi sangat bersih berkilap" Selena dan anak perempuan lain jalan terlebih dahulu untuk menuju bagian depan lapangan tanding.
"Aku pikir, kau sedikit kasar" dan Chlea akhirnya mengangkat suara.
"Kau pikir aku kasar? Aku hanya membuat mereka bersemangat. Ayo, kita juga ke sana" begitu juga Jack yang pergi, diikuti oleh anak-anak lain.
"Wow, dramatis" ucap Edward sambil ikut berjalan bersamaku mengikuti anak laki-laki yang lain.
Setelah tiba, kami harus menunggu kedatangan Mr. Chairoz dan guru-guru clan lain. Lalu, Dylan menghampiriku dan memberikanku sebuah ember untuk mengangkut air.
"Kau yakin sudah lebih baik?" Tanyanya.
Aku mengangguk, "Iya."
"Huft, kau itu adikku, jadi jangan membuat aku khawatir. Jika kau merasakan sesuatu, segera pulang ke asrama" kata Dylan.
"Jangan panggil aku adikmu saat di sini, memalukan" ucapku sambil melihat kearah lain, di sana kulihat ada Mr. Chairoz dan seseorang yang asing bersamanya datang menghampiri kami. Kurasa, dialah orang yang bernama Abraham Major. Ahh, dia berasal dari Wizard clan. Tidak heran kenapa dia menjadi seorang Healer. Atau mungkin dia adalah guru dari Wizard clan?
"Selamat pagi anak-anak" ucap MeMr. Chairoz ketika tiba, dan disambut oleh yang lain dengan ucapan selamat pagi juga.
"Seperti kita tak akan menunggu guru-guru lain, mereka sedang ada mengurusi sesuatu. Kalau begitu, kita pergi ke sungi Odile!"
Mr. Chairoz dan Mr. Abraham memimpin perjalanan. Arahnya sebelah kiri dari lapangan tanding. Kami berjalan disebuah jalan setapak ditengah hutan. Tidak seperti tadi malam, hutan ini benar-benar hidup. Perasaanku saja atau ia sedang menuntun kami?
"Gara, ada sesuatu dipikiranmu?" Suara Piers membuat aku hampir terkejut. Lihatlah peri di sampingku, disuasana seperti ini, cahaya matahari mulai muncul di celah-celah daun dan mengenai wajah Piers.
"Ada. Aku penasaran, kenapa semua laki-laki dari Fairy clan punya wajah yang begitu cantik?"
Piers terkejut dengan wajah malu, lalu tertawa, "Kau dan pikiranmu itu!"
Aku menaikkan satu alis, "Ada yang salah? Maksudku, lihat dirimu, dan laki-laki lain dari Fairy clan. Kalian memiliki wajah yang begitu cantik."
Piers tersenyum sambil mengusir helai-helai rambut sebahunya kebelakang telinga, "Terimakasih."
"Dan rambutmu mirip seperti kakakku. Dia punya rambut panjang sebahu juga" kataku.
"Oh benarkah?! Siapa namanya?" Tanya Piers.
"Allegro."
Piers membulatkan mulutnya sepertiga huruf o, kemudian Iris menyambung, "Nama kakakmu seperti nama tempo musik."
"Benarkah?" Aku bahkan jarang mendengarkan musik, karna keluarga Northcliff tidak suka kebisingan.
"Iya! Beberapa orang yang terlahir memiliki suara indah di Mermaid clan disebut Siren. Seorang Siren bahkan hanya dengan bernyanyi bisa menghipnotis para manusia" jelas Iris semangat.
Xavier yang tadinya di depan kami akhirnya berjalan lambat agar bisa berdekatan, "Lalu, apakah kau seorang Siren?" Tanyanya pada Iris.
"Tidak, tapi ibuku seorang Siren. Lagipula, seorang Siren adalah perempuan!"
"Hahahahaha."
Xavier tertawa, sampai membuat Dylan bersuara, "Aku tidak suka musik, tapi apa-apa saja nama tempo yang kau maksud itu?"
"Aku tidak tau banyak, hanya Moderato, Allegro, dan Presto. Aku juga tidak tau tempo seperti apa itu" kata Iris.
Luca dan Castiel juga ikut bergabung, "Sedang bahas apa?" Tanya Luca penasaran.
"Awalnya rambut Piers, sampai nama-nama tempo musik" jawabku.
"Oh, lebih baik kita membahas tentang anak prempuan. Padahal aku tidak bersuara tadi, tapi Cassa menolak untuk berjalan bersamaku sekarang" ucap Castiel sambil melihat ke belakang, aku dan yang lainnya ikutan menoleh, disana para anak perempuan berjalan bersama.
"Kau menyukai Cassa, kan?" Tanya Dylan sambil menyipitkan mata, curiga.
"Apa maksudmu?"
"Tidak ada."
"Tidak ada yang bicara di antara kita. Hanya mereka yang tidak bisa berpikir dan beberapa dari yang lain" gerutu Luca sambil menendang batu di tanah.
"Bagaimana caranya membuat suasana kembali lebih baik? Rasanya atmosfer di sini mencekikku." Tanya Xavier.
"Jangan melakukan apapun terlebih dahulu. Sampai keduanya saling melihat lebih dalam, maka saat itu semuanya bisa diperbaiki" kataku tiba-tiba.
"Maksudmu sampai anak laki-laki dan anak perempuan saling mengerti satu sama lain?" Ucap Dylan memperjelas.
"Iya, kita hanya melihat saja sampai itu terjadi-"
"Woah, para bangsawan sedang berkumpul. Apa yang kalian bicarakan?" Edward bergabung tiba-tiba, berjalan terbalik di depanku.
"Bukan urusanmu" ucap Xavier kesal.
Edward hanya tersenyum dan meletakkan ember miliknya dikepala sebagai topi, "Oh ayolah. Kau sangat tidak keren."
"Hanya bicara soal keadaan sekarang" kata Iris sambil mengisyaratkan anak laki-laki yang berkelompok di depan kami dan anak perempuan yang di belakang kami.
"Oh, masalah itu."
Edward hanya berjalan bersama kami. Tapi kemudian aku merasakan sesuatu. Dia menyalakan matanya, dan saat itu yang lain tersentak dengan pandangan tertuju pada Edward. Kapan dia akan berhenti memamerkan dirinya?
"Auramu? Pantas itu tercium sangat buruk" ledek Xavier dengan tatapan tidak suka tertuju pada Edward.
"Padahal kau terintimidasi tadi, hahaha."
"Baru seperti itu saja kau sudah sombong?" Luca angkat bicara.
"Bukan maksudku sombong, namun diantara Lycanthrope clan di sini tidak ada yang memiliki aura sepertiku" ucapnya lagi.
"Aku tau sifat Lycanthrope mu baru saja muncul pagi ini," aku menatap Dylan dengan matanya yang juga menyala, tentu aku tau, Vampire clan punya kemampuan untuk melihat masa lalu seseorang.
"Memang yang lain tidak memiliki aura yang sangat jelas dan kuat sepertimu. Tapi kau tidak tau, kau sedang berjalan di depan siapa."
Saat itu aku kembali melihat Edward, begitu juga dengannya. Tapi aku tidak melakukan apa-apa.
"Vampire suka mengintip, aku benar?" Kata Edward diakhiri tawa.
"Padahal kau hampir mati hanya karna merasakan sedikit aura Gara, waktu itu" Dylan terus mematai Edward. Dan kalimatnya membuat Edward terdiam sambil melihatku lagi.
"Tunggu, aura dihutan waktu itu. Apakah itu milikmu, Gara?" Aku mendengar sesuatu yang berbeda di kepalaku. Itu bukan suara Saga. Tapi itu adalah Edward. Dia hanya diam di depanku, tapi kenapa aku mendengar itu?
"Kau bisa membaca pikirannya."
Saga, apa itu benar?
"Iya. Sudah kukatakan, semuanya akan berubah mulai dari sekarang. Perlahan kau akan berkembang."
"Kurasa aku salah. Aku melihatmu waktu itu, dan aku tidak merasakan apa-apa. Hutannya yang memiliki aura sekuat itu, bukan kau" batinnya sambil tersenyum dan berkata, "Dylan, itu aura dari hutan Astbourne."
"Bagaimana jika aku meminta Gara untuk mengeluarkan auranya?"