Mencari Daddy Sugar? Oh no!
Vina Rijayani, mahasiswi 21 tahun, diperhadapkan pada ekonomi sulit, serba berkekurangan ini dan itu. Selain dirinya, ia harus menafkahi dua adiknya yang masih sangat tanggung.
Bimo, presdir kaya dan tampan, menawarkan segala kenyamanan hidup, asal bersedia menjadi seorang sugar baby baginya.
Akankah Vina menerima tawaran Bimo? Yuk, ikuti kisahnya di SUGAR DATING!
Kisah ini hanya fantasi author semata😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Terserah!
Viktoria Hotel
"Mereka fikir aku tidak bisa ke sini seorang diri?" dengan susah payah, Anggi berhasil turun dari bak pick up yang mengangkut tubuh besarnya.
Baik taxi online maupun ojek online, tidak ada yang mampu menampung tubuh besarnya itu.
"Bu, ongkosnya?" tagih sang sopir.
"Ongkos! Ongkos! Pala-mu ongkos! Gue duduk dibelakang, dijadikan seperti sapi, enak aja minta ongkos. Pergi sana!" usirnya, sambil menyundul kepala sang sopir.
"Lah si Ibu, maunya gratisan! Enak aja! Bannya bisa gelinding sampai kesini ya pake pertamax! Mana ban pick up saya hampir meledak bawa tubuh ibu yang se-ton itu!" sarkas sang sopir tetap bersikeras sambil mengusap kepalanya yang baru disundul.
"Pergi nggak! Gue geplak nih!" ancam Anggi dengan raut merah padam.
"Ada apa Mas ribut-ribut disini? Mobilnya tolong jangan berhenti disini Mas," seorang security datang menghampiri, karena posisi mobil pick up menghalangi kendaraan lainnya yang ingin masuk-keluar area hotel.
"Nggak bisa Pak, saya tidak bisa pergi sebelum Ibu raksasa ini membayar ongkos, rugi saya! Anak isteri saya juga butuh makan dirumah!" kekeuh sang sopir, masih menuntut haknya.
"Bapak tidak bisa seenaknya parkir, kami bisa melapor pada pihak perhubungan untuk menderek mobil bapak dari sini karena sudah mengganggu ketertiban umum!" suara security mulai meninggi.
"TERSERAH! Saya tidak perduli! Saya hanya butuh dibayar, baru saya mau pergi!" sang sopir tidak mau kalah, suranya lebih meninggi dari security.
Sementara itu, bunyi klakson kendaraan yang akan masuk dan keluar sudah berteriak dari sumber kendaraannya masing-masing. Perdebatan itu menyebabkan macet panjang yang mengular didepan gerbang hotel.
"Apa yang terjadi?" seorang security lain datang menghampiri.
"Pak Arvian, sopir pick up ini tidak mau menggeser mobilnya sedikit kearah sana sebelum Ibu ini membayar ongkos angkutnya," lapor security itu pada atasannya.
"Loh, ini kan pak security yang datang ke Kampung kami kemaren bersama Vina keponakan saya?" Anggi langsung mengenali.
Arvian menoleh, dirinya pun langsung ingat bagaimana wanita besar itu mengamuk saat dirinya tidak kebagian paket sembako.
"Mana Vina! Panggil dia, biar dia saja yang bayar!" gelegar Anggi lagi, sama sekali tidak merasa malu walau banyak orang yang menontonnya.
Arvian tidak menjawab, dirinya langsung beralih pada sang sopir yang masih menuntut pembayaran.
"Berapa ongkosnya Pak?" tanya Arvian.
"Tiga ratus rebu!"
Arvian merogoh sakunya, mengeluarkan tiga lembar pecahan seratus ribuan dan menyerahkan pada sang sopir pick up.
"Tolong mobilnya cepat menyingkir dari depan gerbang ya Pak, supaya tidak macet," ucap Arvin.
"Beres pak security!" sang sopir sumringah sambil mengecup tiga lembar uang kertas berwarna merah itu, memasukan kedalam saku, lalu gegas pergi membawa mobil kesayangannya, sumber mata pencarian untuk menafkahi keluarganya.
Arvian dibantu tiga security lainnya cepat mengatur lalu lintas, mengurai kemacetan yang mengular panjang.
📞"Tuan, bu Anggi, bibi dari nona Vina ada di pos security, memaksa bertemu dengan Tuan," lapor Arvian.
📞"Bawa saja kemari," datar Bimo.
...***...
"Aku tidak mau tinggal dirumah jelek ini! Sudah sempit, panas, bau lagi! Seperti tinggal dineraka!" teriak Riska mengeluh, baru satu hari ia sudah tidak betah.
"Iya Pap, nggak ada yang lebih bagus dari ini apah?" Lolita ikut protes, menyongsong suaminya yang sibuk menurunkan beberapa koper dari taxi online.
"Banyak, tapi uang Papi hanya mampu mengontrak rumah sederhana ini," sahut Gunawan acuh.
"Kalau mau rumah bagus dan nyaman, mulai sekarang kita semua harus hemat. Dan satu lagi, kita harus merawat Ayah. Papi mau menebus kesalahan Papi yang sudah menelantarkan Ayah di panti jompo."
"Apa?!" teriak Riska dan Lolita kaget, memandangi Gunawan yang sedang memapah turun seorang laki-laki tua renta yang terbungkuk-bungkuk dengan kepala penuh uban dari taxi online dibantu sopir.
"Harusnya, Papi bicarakan dulu ini sama Mami sebelum membawa Ayah kemari," protes Lolita lagi.
"Jijik! Riska nggak mau serumah sama kakek! Jorok!" Riska begitu jengkel melihat kehadiran kakeknya.
"Terserah kalian saja. Kalian boleh pergi dari rumah ini, Papi akan mencarikan perawat untuk merawat Kakek. Tapi, jika kalian bertahan dirumah ini, kalian wajib merawat Kakek."
Gunawan terus berlalu, membawa ayahnya yang sudah tua renta itu masuk ke dalam rumah kontrakannya, mengabaikan Riska dan Lolita yang frustrasi atas keputusannya.
Sudah cukup selama ini dirinya mengalah pada keegoisan isteri dan putrinya itu.
Bersambung...✍️
🤣