SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 29
"Jangan berani-beraninya menyentuh calon istriku kalau kalian tidak mau merasakan akibatnya!" tegas seseorang menarik atensi Herdan, Rahma, dan Ratih.
Giana yang familiar dengan suara itu pun menoleh. Ia cukup terkejut dengan pernyataan laki-laki yang tak lain adalah Albirru itu.
"Apa maksudmu?" desis Herdan tak suka saat mendengar pernyataan Albirru yang mengatakan kalau Giana adalah calon istrinya.
"Apa perkataanku belum jelas? Atau telingamu memang bermasalah?" desis Albirru yang kini sudah berdiri di samping Giana.
"Heh, brengsek! Jangan bicara sembarangan! Bagaimana mungkin kau mengatakan kalau Giana adalah calon istrimu? Kau tau, dia sedang hamil anakku. Artinya dia masih dalam masa iddah dan kami bisa rujuk kapanpun kami mau. Bahkan bila saat ini aku menyatakan rujuk pun kami bisa langsung kembali bersama," ucap Herdan yang tidak terima dengan ucapan Albirru.
Albirru menyeringai. "Memangnya Giana mau?" cibirnya membuat Asrul dan Desti yang berdiri tak jauh dari Giana pun tersenyum geli.
Suasana cafe kini hanya ada mereka saja sebab saat suasana mulai memanas tadi, Asrul sudah meminta cafe tutup. Pelanggan yang tadi ada di cafe pun sudah pergi karena melihat suasana yang tak mulai aman. Lagipula mereka ada pekerjaan lain. Jadi kini di cafe hanya ada mereka saja.
"Dia pasti mau. Mungkin saat ini belum, tapi aku yakin, ia tetap akan memilih kembali padaku karena ada anak diantara kami," ucap Herdan penuh keyakinan. Hatinya benar-benar panas melihat bagaimana Albirru mengklaim Giana sebagai calon istrinya. Ia mendadak merasa tak rela kalau sampai Giana bersama dengan laki-laki lain.
Herdan ingat betul siapa Albirru. "Pantas saja ia begitu membela Giana saat itu. Ternyata itu karena mereka memiliki hubungan. Sialan! Bagaimana bisa laki-laki ini menyukai Giana? Janda, wanita hamil pula, rasanya nggak mungkin," batin Herdan yang sangsi Albirru tulus pada Giana.
"Gi, apa benar yang laki-laki itu katakan?" tanya Albirru pada Giana.
Giana menggeleng tegas kemudian berseru lantang. "Mau di dunia ini laki-laki tinggal kamu doang pun aku nggak sudi, Mas. Sudah cukup aku mengorbankan masa mudaku untuk mendampingimu. Sudah cukup aku menjadi budak dalam keluargamu selama lima tahun. Sudah cukup aku menyia-nyiakan waktuku selama lima tahun untuk melayanimu. Aku nggak akan lagi balik menjadi istrimu. Mau kau memohon dan bersimpuh pun aku sudah tak sudi lagi. Titik."
"Sombong sekali kau!" sentak Herdan muntab mendengar penolakan mentah-mentah Giana. Harga dirinya rasa tercoreng. Ia benar-benar tidak terima dengan penolakan yang Giana lakukan.
Rahma yang melihat itu segera memegangi lengan Herdan. Khawatir putranya tiba-tiba kalap dan menyakiti Giana, sementara Albirru segera pasang badan dengan berdiri di depan Giana. Asrul pun kini sudah berdiri di samping Giana.
Melihat bagaimana Albirru melindungi Giana membuat ia tertawa.
"Wah, wah, wah, bagus sekali! Giana, kau pikir laki-laki itu tulus padamu, hah? Kau seharusnya mikir, mana mungkin ada laki-laki single yang mau dengan janda hamil seperti kamu. Jangan bodoh, Gi! Dia pasti memiliki tujuan tersembunyi." Herdan berusaha memengaruhi pikiran Giana.
"Ah, aku ingat, Kak, kau tau, dia itu hanya tukang ojek. Tukang ojek, bergaya lagak orang kaya. Pasti semua hasil pinjol," cemooh Ratih sambil memperhatikan penampilan Albirru dari atas ke bawah. "Jangan-jangan dia deketin Mbak Giana untuk dijadikan sumber duit untuk dia bayar utang pinjol atau bisa juga dia mau mau ambil anak kalian untuk dijual demi bayar utang pinjol dan judol," ucap Ratih membuat Giana menepuk jidatnya. Desti bahkan sampai terbahak-bahak mendengarnya. Asrul memalingkan wajah karena geli sementara Albirru tampak cengo dengan kata-kata ngawur Ratih barusan.
"Apa? Jadi dia hanya tukang ojek?" ucap Herdan dengan ekspresi mengejek. "Gi, meskipun aku nggak kaya-kaya amat, seenggaknya pekerjaan aku jauh lebih baik dari dia. Kau mau dengan dia?" imbuh Herdan sambil terkekeh.
"Mau aku dengan siapapun, itu bukan urusan kamu, Mas. Jadi sebaiknya kalian segera pergi dari sini. Apa kalian nggak malu buat keributan di tempat umum seperti ini?" Giana malas menanggapi kata-kata mereka. Biarlah mereka dengan asumsi mereka itu. Albirru saja membiarkan mereka berpikir apa tentangnya, lagipula tak penting juga untuk meralat kata-kata mereka. Terserah mereka sajalah.
"Kata siapa bukan urusan aku? Ini berkaitan dengan masa depan anakku kelak. Aku nggak mau anakku hidup miskin bersama kalian," ucap Herdan.
"Gi, pulang sama Mama, yuk! Paling tidak, pikirkan masa depan anak kalian nanti. Jangan sampai dia hidup kekurangan, baik kekurangan materi maupun kasih sayang keluarga. Kamu tentu nggak mau anak kamu merasakan seperti yang kamu rasakan selama ini 'kan? Kamu tau pasti bagaimana hidup tanpa keluarga yang utuh. Mau, ya, pulang sama Mama!" bujuk Rahma lagi.
"Tante nggak usah khawatir, Giana dan anaknya nggak akan kekurangan seperti yang Tante katakan. Baik materi maupun kasih sayang keluarga. Meskipun anak yang Giana kandung bukanlah anak kandungku, tapi aku bisa memastikan dia takkan pernah merasakan kekurangan suatu apa pun," ucap Albirru.
"Berhenti berkhayal, Sialan! Kau saja hanya tukang ojek, gimana caranya mau mencukupi segala kebutuhan anakku, hah? Berhenti membual, Brengsekkk!" sentak Herdan yang merasa muak mendengar kata-kata Albirru yang ia anggap tak lebih dari sekadar bualan semata. "Giana, ayo kita rujuk! Aku berjanji akan memperlakukanmu dengan baik setelah ini. Demi anak kita. Buah cinta kita," ucap Herdan yang sudah beralih pada Giana.
"Apa kau tuli, Mas? Jangan jadikan anak sebagai alasan untuk rujuk karena aku nggak sudi. Kau pikir hatiku ini terbuat dari apa, hah? Bahkan setiap caci maki yang kau, ibumu, juga adikmu lontarkan padaku saja masih terngiang jelas di telinga. Ditambah perselingkuhanmu dengan wanita itu. Lalu kau minta rujuk? Kau gila. Nggak. Aku nggak mau. Sudah. Lebih baik kalian pergi dari sini. Jangan temui aku kalau kalian belum benar-benar berubah dan masih memaksaku kembali," tegas Giana yang sudah benar-benar muak melihat tingkah laku mantan suaminya itu.
"Kau dengar itu? Pergilah sebelum aku menghubungi polisi karena tindakan kalian yang sudah mengganggu ketenangan Giana," tambah Albirru.
Herdan yang tidak terima segera melayangkan pukulan ke arah Albirru, tetapi dengan mudahnya Albirru menangkis pukulan itu. Bahkan kini tangannya sudah dipelintir Albirru ke belakang. Herdan menjerit kesakitan. Rahma dan Ratih sontak panik.
"Aaargh ...," rintih Herdan kesakitan.
"Tolong lepaskan Herdan, saya mohon!" melas Rahma.
"Saya akan lepaskan kalau kalian segera pergi dari sini, bagaimana? Masih ingin membuat onar atau segera pergi?" tegas Albirru.
"Baik, baik, kami akan segera pergi," ucap Rahma.
"Tapi Ma aaargh ...," raung Herdan saat Albirru semakin menekan tangannya ke belakang. "Oke, oke, kami ... Pergi." Herdan akhirnya mengalah daripada tangannya benar-benar dipatahkan Albirru.
Albirru menyeringai kemudian melepaskan cekalannya sambil sedikit mendorong tubuh Herdan sehingga ia pun tersungkur. Nahasnya, dahinya membentur kursi. Ia pun menjerit kesakitan.
"Brengsekkk!" umpat Herdan kesal. Herdan ingin kembali menantang Albirru, tetapi dengan cepat Rahma menariknya.
"Gi, Mama mohon, pertimbangkan permintaan Mama ini. Dengarkan Mama, tidak ada orang yang bisa benar-benar tulus menerima anakmu, Gi. Jangan karena keegoisanmu, kelak anakmu yang merasakan akibatnya," ucap Rahma sebelum akhirnya benar-benar membawa Herdan keluar. Apalagi dahinya sudah membentuk benjolan besar.
Herdan melirik penuh dendam pada Albirru. "Awas saja kau! Tunggu pembalasanku."
Sementara itu, melihat Herdan dan ibunya sudah masuk ke dalam mobil, seorang wanita yang sejak tadi mengintai ketiganya segera bersembunyi di balik mobil yang juga terparkir di sana.
"Sialan! Awas saja kalian!" batin wanita itu marah setelah melihat apa yang terjadi siang itu di cafe.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰 ...
karena setelah kau main-main dengan albirru, kau akan mengetahui siapa birru sebenarnya 👏👏👏 dan siap-siap kau juga akan kehilangan pekerjaan mu 😡
menanti perang ke tiga di rumah nya si herdan 🤪👏👏👏
Dan akhir nya Angel pun tahu kelakuan keluarga nya Herdan suami nya seruuuu