Callista merupakan salah satu murid yang menjadi korban pem-bully-an. Ternyata dalang dari semua itu adalah Zanetha, adik kesayangannya sendiri. Sampai suatu hari Callista meninggal dibunuh oleh Zanetha. Keajaiban pun terjadi, dia hidup kembali ke satu tahun yang lalu.
Di kehidupan keduanya ini, Callista berubah menjadi orang yang kuat. Dia berjanji akan membalas semua kejahatan Zanetha dan antek-anteknya yang suka melakukan pem-bully-an kepada murid yang lemah.
Selain itu Callista juga akan mencari orang tua kandungnya karena keluarga Owen yang selama ini menjadi keluarganya ternyata bukan keluarga dia yang asli. Siapakah sebenarnya Callista? Kenapa Callista bisa menjadi anak keluarga Owen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Hidup Kembali
Bab 2. Hidup Kembali
"Ada apa, Kak?" tanya Zanetha dengan senyum manis menghiasi wajahnya, tetapi terlihat menyeramkan di mata Callista.
"Ka-mu yang sudah menjatuhkan pot bunga ke kepala aku, 'kan?" tanya Callista balik masih tidak percaya kalau itu ulah adik kesayangannya.
"Ah, akhirnya kamu tahu juga kalau aku adalah orang yang sudah mencelakai kamu," ucap Zanetha diiringi tawa terkekeh sampai mengeluarkan cairan bening di sudut matanya.
"Ke-napa? Kenapa kau lakukan itu kepadaku? Apa salahku sampai kamu tega melakukan hal itu?" tanya gadis berambut panjang lurus itu secara bertubi-tubi.
"Banyak hal yang membuat kamu pantas mendapatkan semua perlakuanku kepadamu!" bentak Zanetha dengan tangan terulur mencekik Callista.
Mendapat serangan mendadak seperti ini membuat Callista berusaha untuk melawan. Tubuhnya terdorong ke belakang karena tenaga Zanetha lebih kuat. Semenjak gadis itu mendonorkan ginjal untuk orang yang dianggapnya adik, kondisi fisik dia menjadi lemah dan mudah sakit.
"Asal kamu tahu saja, kau bukanlah anak papa dan mamaku. Tapi, kamu menikmati semua hal yang dimiliki oleh keluarga Owen, termasuk kasih sayang kedua orang tuaku!"
Detak jantung Callista seakan berhenti begitu mengetahui berita ini. Tidak pernah terbersit sedikit pun kalau dia bukan anak dari pasangan Michael dan Hannah.
"Lalu, salahkan wajahmu yang selalu banyak menarik perhatian laki-laki. Aku tidak suka! Semua perempuan yang memiliki wajah lebih cantik dari aku, maka pantas mati!"
Bola mata Callista membulat. Dia teringat akan dua murid perempuan yang terkenal memiliki wajah yang sangat cantik dan menjadi idola murid laki-laki. Keduanya ditemukan meninggal diduga bunuh diri, ternyata itu salah, yang benar adalah karena dibunuh.
Tangan Zanetha yang mencekik leher Callista merasakan perih karena sang kakak berusaha melepaskan cengkeraman itu, sampai kukunya menancap.
"A-pa se-mua yang ter-jadi ke-pada-ku ada-lah u-lah-mu?" tanya Callista terputus-putus mulai kehabisan napas.
"Ya, benar sekali! Semua perundungan yang kamu dapatkan selama ini adalah atas perintahku. Aku membayar beberapa murid agar melakukan semua itu kepadamu," jawab gadis cantik seperti jelmaan iblis.
Dengan mengerahkan kekuatannya Zanetha berhasil mendorong Callista jatuh ke danau. Seringai jahat tercipta di wajahnya, melihat tubuh kakaknya tenggelam.
"Selamat tinggal kakakku tersayang," kata Zanetha, lalu tertawa terbahak-bahak karena merasa puas sudah bisa menyingkirkan saingannya.
Callista merasa tubuhnya lemas dan tidak bisa menggerakkan kedua tangan dan kakinya lagi di dalam air. Dia tenggelam semakin dalam ke dasar danau.
"Apa ini akhir hidupku?" batin Callista.
Gadis itu tidak menyangka kalau orang yang menjadi dalang dari semua pem-bully-an dan kemalangan yang menimpa dirinya adalah Zanetha. Dia membayar dan menyuruh beberapa orang untuk mencelakai dirinya.
"Kau bukanlah kakak kandung aku! Dan kau juga buka bagian dari keluarga Owen. Tetapi, kau menikmati semua fasilitas milik keluargaku! Dasar benalu, tidak tahu malu. Kau pantasnya mati!"
Kata-kata Zanetha kepadanya tadi terus terngiang-ngiang di dalam otak Callista. Dirinya tidak tahu sama sekali akan semua itu. Apakah adiknya berbohong atau tidak, dia tidak tahu. Namun, jika dia mengingat kembali apa saja yang sudah terjadi kepadanya di keluarga Owen, kemungkinan dirinya bukan anak dari pasangan Michael Owen dan Hannah Owen, sangat besar.
Selama ini Callista harus menuruti perintah keluarga besar Owen, terutama kedua orang tuanya. Dia juga harus selalu mengalah dan menjaga Zanetha, yang diketahui olehnya sebagai adik. Bahkan dia beberapa kali mendonorkan darah dan memberikan satu ginjal miliknya karena ginjalnya rusak akibat suka makanan yang banyak mengandung gula dan jarang minum air putih.
"Seandainya saja aku masih diberikan kesempatan hidup, akan aku balas perlakuan jahat mereka!" batin Callista.
***
"Nona ... Nona Callista! Bangun!"
"Siapa?" batin Callista yang masih dalam keadaan belum sadar.
Callista merasa ada yang memanggilnya. Dia juga merasakan ada yang mengguncangkan tubuhnya beberapa kali.
"Nona Callista, ini sudah siang! Nanti Anda akan terlambat masuk ke sekolah," ucap seorang pelayan wanita paruh baya.
Perlahan Callista membuka matanya. Bola gadis itu bergerak ke kanan dan kiri melihat keadaan tempat dirinya berada sekarang. Dia tahu betul di mana ini. Lalu, netranya bergulir ke arah orang yang sudah membangunkan dirinya.
"Nenek Casandra? Kau kah itu?"
Pelayan wanita yang selalu mengurusnya sejak kecil itu tersenyum kepadanya. Callista pun membalas senyuman orang yang sudah lama dirindukan olehnya.
"Senang sekali bisa melihatmu lagi, Nenek Casandra!" pekik Callista senang sambil memeluk tubuh renta wanita itu.
"Nona ini bicara apa? Seakan kita sudah lama tidak bertemu. Bukannya setiap hari kita bertemu," kata Casandra sambil terkekeh.
"Eh, apakah ini mimpi? Bukannya Nenek Casandra meninggal sudah hampir satu tahun, ya?" batin Callista.
Pelayan wanita itu pergi ke kamar mandi menyiapkan segala keperluan nona mudanya. Setelah itu dia meminta Callista bergegas mempersiapkan dirinya karena nanti berangkat sekolah bersama Zanetha.
Tubuh Callista bergerak menuruti apa yang dikatakan oleh pelayannya. Ketika hendak mengambil tas, dia melihat kalender. Mata gadis itu berkedip beberapa kali, lalu mencubit lengannya sendiri.
"Apa ini? Kenapa kalender ini tertulis tahun 1970? Bukannya sekarang tahun 1971?" batin Callista.
Seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Callista memeriksa buku diary miliknya. Ternyata semua menunjukkan waktu satu tahun yang lalu. Catatan yang dia tulis selama mendapatkan pem-bully-an di sekolah sama menunjukkan tanggal tahun lalu.
"Jangan-jangan aku kembali ke masa satu tahun yang lalu!" teriak Callista di dalam hatinya. "Berarti Nenek Casandra beneran masih hidup," lanjutnya.
"Apa aku diberikan kesempatan untuk membalaskan semua kejahatan mereka atau mencegah kejahatan mereka kepada orang-orang yang tidak bersalah?"
Callista mendatangi ruang makan, bersamaan dengan kedua orang tuanya. Dia memeluk dan mencium pipi keduanya seperti mana biasanya. Tidak lama kemudian datang Zanetha. Gadis itu juga melakukan hal yang sama. Senyum manis dan sikap manjanya tidak ada yang berubah, sama seperti setahun yang lalu.
Callista memerhatikan mereka dan terlihat tidak mencurigakan. Namun, dia kini sudah tahu kalau dirinya bukanlah bagian dari keluarga Owen. Gadis itu ingin tahu kenapa dirinya bisa menjadi bagian keluarga bangsawan ini. Kenapa juga identitas aslinya di sembunyikan.
Dia juga bersumpah tidak akan mau memberikan ginjalnya kepada Zanetha. Selain itu, dirinya juga akan mencari kedua orang tua kandungnya.
"Di kehidupan kali ini aku tidak boleh mati sia-sia. Aku harus berhati-hati terhadap keluarga Owen, terutama kepada Zanetha. Aku juga akan menegakkan keadilan bagiku dan juga orang-orang disekitar aku," batin Callista.
***
Ketika akan memasuki gedung sekolah, Callista memilih jalan memutar ke samping dan akan masuk lewat jalan samping. Dia tahu jika masuk lewat pintu depan, maka akan ada murid yang melempari dirinya dengan telur busuk.
Senyum Callista mengembangkan ketika melihat ada murid yang bersembunyi sambil memegang telur di kedua tangannya. Dia yakin kalau orang itu sedang menanti kedatangan dirinya. Lalu, gadis itu pun menepuk pundak murid laki-laki yang sejak tadi mengawasi pintu depan.
"Hei!" Callista mengejutkan murid itu sampai kedua telur busuk yang di genggaman tangannya jatuh mengenai celana dan sepatunya.
"Kau!" Murid laki-laki itu terlihat sangat terkejut. Mukanya mendadak pucat.
"Jadi, kamu yang selama ini selalu melempari aku dengan telur busuk!" Callista bertolak pinggang sambil melotot.
Murid itu langsung berlari terbirit-birit. Callista pun tersenyum. Kejadian di masa lalu menjadikan dia tahu pola serangan orang-orang kepadanya. Sekarang saatnya dia memberikan balasan kepada pelaku.
"Tidak akan aku biarkan kalian berbuat semena-mena lagi. Lihat saja pembalasan yang akan kalian dapatkan karena sudah berbuat jahat!" batin Callista.
jngan lengah ya callista... karena boom wktu menunggumu... apalgi dngan perbhan si zanet nntinya yg hbis oprasi...
semoga saja...