............. Call Me Jade ..........
" Tetaplah seperti ini Jade, sebentar saja, ijinkan aku melepas rinduku." Lirih pria itu ditelingaku sambil melingkarkan tangannya di perutku.
Aku tahu ini salah, hatiku mengakuinya. Tapi kenapa tubuhku berkata lain, aku bahkan membalas perlakuannya.
Aku membalikkan tubuhku, hingga kami saling berhadap-hadapan. Aku menatap indah manik matanya mencoba mencari kebohongan di sana tetapi aku tidak menemukannya. Hanya pancaran kasih sayang dan ketulusan yang aku dapatkan.
Dia semakin mendekatkan wajahnya, kemudian mengecup keningku lama....
Penasaran kan dengan kisah lanjutnya?
Ikuti terus updatenya yuuukk 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esma_04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Dandy menatap gadis di depannya tajam.
" Apa kau tahu kenapa orang tuamu menghilangkan ingatan masa kecilmu dan memanipulasi data kelahiranmu?"
" Apa mas Dandy tahu sesuatu..?"
" Semuanya...aku tahu semua tentang dirimu, Suan."
Dandy mengelus pipi Jade lembut meski tangannya mulai tremor.
Kemudian dia mulai bercerita tentang kutukan dari leluhur sekte Burn Rose yang akan mengambil jantung dari setiap keturunan wanita Ratu Suchen saat usianya genap 21 tahun dan mengambil semua darahnya untuk menyiram taman bunga mawar hitam yang menjadi simbol keabadian sekte mereka.
" Dan kau tahu Jade, hal itu juga yang terjadi pada ibumu, Putri Zisi."
" Jadi maksudnya jika mereka mengambil jantungku di saat usiaku 21 tahun tetapi yang sebenarnya usiaku 23 tahun? Lalu apa bedanya...bukankah hasilnya tetap sama? Mereka mengincarku?"
Dandy mengusap surai Jade dan tersenyum lembut.
" Tetapi jika sebelum usiamu menginjak 21 tahun, kau berhasil mengeluarkan semua bisa dalam tubuhmu, mereka tidak akan mengejarmu lagi karna kau hanyalah manusia biasa."
" Tunggu...apa ini ada hubungannya dengan malam itu?"
Jade tersentak mengingatnya.
" Correct. Kami memang sengaja merencanakannya tetapi tidak dengan melakukan penyatuan, melainkan dengan menyuntikan ramuan penawar secara intravena."
Dandy mengingat lagi kejadian malam itu.
" Tapi bercak darah itu?"
Jade masih ingat jika dia menemukannya di panty.
" Marry yang melakukannya. Dia menjebak kita seolah-olah you lost your virginity hingga kau merasa depresi dan dia bisa mempengaruhimu untuk pergi ke singapura masuk dalam jebakannya."
" And I did it. Meskipun niatku hanya ingin menemui Paman Chan dan bertanya tentang masa laluku."
" Ya...semua kebetulan itu nyata adanya. Marry, adikku dan kamu sendiri entah kenapa mempunyai tujuan yang sama, markas Burn Rose."
Tiba-tiba Jade melompat-lompat dan berteriak.
" Aku masih perawan...Aku masih perawaaaaan."
" Shut up, honey.."
Dandy berdiri dan membungkam mulut Jade rapat.
" Tapi mas...jadi aku masih perawan kan?"
Jade mengulangi pertanyaannya.
" Yes, you're. Dan aku berjanji meskipun kita sudah menikah aku tidak akan pernah menyentuhmu tanpa persetujuanmu."
Mata Jade berkaca-kaca saat mendengar pengakuan Dandy. Benarkah yang di dengarnya ?
" Tapi mas...bukankah jika kita melakukannya itu adalah simbiosis mutualisme?"
Jade mengerlingkan matanya nakal.
Pltaakkk...
" Aaawwwww"
Dandy menyentil tepat di kening Jade.
" Masih tiga tahun lagi, dan aku berharap dr.Steven bisa menemukan jalan keluar untuk hal ini"
" Lalu dengan Mas ? Waktu mas Dandy hanya tinggal 2 bulan lebih."
" Nyawaku ada yang mengaturnya. Dan aku lebih baik harus meregang nyawa daripada menghancurkan masa mudamu."
Dandy berbalik masuk ke kemarnya untuk meredakan gejolak yang sudah membuncah sejak melihat Jade.
Greeeeeppp...
" Ana uhibbuka fillah"
Jade berlari dan memeluk Dandy erat dari belakangnya, melahirkan gelora yang semakin membara di tubuh Dandy.
" Lepas Jade...aku laki-laki normal."
" Lakukanlah...aku ikhlas."
Dandy berbalik dan mengecup kening Jade cukup lama, menyapu lelehan bening yang mulai membasahi kelopak mata Jade lalu menyatukan kening mereka.
" Tidak Sayang...., kau masih terlalu muda."
Jade menatap wajah pria di depannya dan memberanikan diri untuk menyentuh wajahnya.
" Aku mencintaimu...suamiku."
Jade lalu berbalik dan menuju ke kamarnya meninggalkan Dandy yang berdiri kaku setelah mendengar pengakuan istri kecilnya.
_____________***________________
Sementara di kantor, Shanum yang merasa sudah waktunya pulang kerja segera bergegas menuju ruangan Dandy karna dia yakin jika calon mertuanya pasti sudah menelpon anak sulungnya itu.
" Hai Dean..."
Shanum membuka pintu ruangan Dandy tanpa mengetuknya dan dia justru terperanjat saat mendapati Shawn yang ada di sana.
" S...Shawn..kenapa kau ada di sini?
" Baiklah, aku sudah selesai. Mari kita pergi untuk membeli kebutuhanmu."
Shawn merapikan berkas-berkas di atas meja lalu berdiri dan mengambil jasnya.
" Kita...?" Shanum membeo.
" Tentu. Bos besar kurang enak badan jadi dia memintaku untuk menemanimu."
Jawab Shawn.
" Dean sakit..? Dimana dia sekarang?"
Shanum terlihat panik.
" Dia sudah pulang ke mansion."
" Bagaimana mungkin? Kenapa tidak periksa dokter atau ke rumah sakit? Antarkan aku ke sana."
Shanum menarik tangan Shawn dan mengajaknya ke mansion Dandy.
" Tidak bisa nona, kita tidak boleh mengganggunya." Sambung Shawn.
" Kau antarkan aku, atau aku yang bertanya alamat mansion Dandy pada ayahnya."
Shawn sontak saja terdiam saat mendengar Shanum akan menelepon Tuan besarnya karna dia tahu jika sekarang dirinya dan si boss sedang mengerjai Shanum.
" Baiklah, ayo."
Shawn mengirimkan pesan kepada Dandy jika dia akan datang bersama Shanum ke mansion karna Shanum mengancam akan memberitahu ayahnya Dandy.
Dandy yang baru saja selesai mandi pun segera mengambil ponselnya saat melihat ponselnya berkedip.
" Siaaal...aku harus menyembunyikan Jade."
Dandy berlari ke kamar Jade dan melihat kaca balcony yang terbuka. Dia pun segera masuk dan mendapati Jade baru selesai shalat.
" Jade..dengarkan aku."
Dandy menjeda ucapannya dan mencoba mengatur nafas tanpa memperhatikan wajah Jade yang tampak memerah dengan mata yang membola.
Bagaimana tidak?
Dandy yang baru saja selesai mandi hanya dalam balutan handuk sebatas pinggang, dengan deretan enam roti sobek yang tercetak jelas dan lelehan air yang masih menetes dari rambut basahnya.
" Jade...are you okay?"
Dandy mengguncang tubuh Jade yang terasa kaku.
" Ah...iya. Aku baik-baik saja."
Jade mencoba mengerjapkan matanya untuk mengembalikan kesadarannya dari indahnya ciptaan Tuhan yang terpampang di depannya.
" Jade, sebentar lagi ada tamu dari Malaysia. Kamu jangan keluar kamar. Aku takut jika dia akan menceritakan keberadaanmu pada ayah dan ayah akan memberitahu Joe."
" Joe...? Apa dia kerabat kalian?"
Jade mulai meraba-raba siapa sosok Shanum yang sebenarnya.
" Bukan. Oiya..aku akan mengambilkan makan malam untukmu, kau tetaplah di kamar."
Dandy berbalik dan berniat kembali ke kamar tetapi Jade justru memanggilnya.
" Maassss.., jangan pamerkan roti sobekmu pada wanita lain."
Dandy mengernyit heran saat mendengar ucapan Jade hingga dia menyadari keadaan dirinya yang sekarang. Dandy justru melangkahkan kakinya mendekati Jade meski dirinya sedang menahan malu sampai ke ubun-ubun sekarang.
" Terpesona...hhmm....?"
Dandy semakin melangkah maju hingga membuat Jade semakin merapat ke ujung ranjang.
" Maaasss...keluarkan. Nanti kau terlambat."
Aaaiihh....Jade justru meneguk ludahnya kasar saat menyadari kebodohannya.
" Apanya yang dikeluarkan? Dan apanya yang terlambat?"
Dandy semakin mendekatkan wajahnya hingga Jade dapat merasakan hangatnya hembusan nafas suaminya.
" Aaaaaahhhh......aku tidak."
Jade sontak menutup mulutnya karna suaranya yang justru terdengar mendesah.
" Kau benar-benar memancingku ?"
Dandy merapikan anak rambut Jade yang mulai berantakan karna tiupan angin dari kaca balcony yang tidak tertutup.
Cuuup..
Dandy mengecup singkat bibir istrinya dan mengacak surai kemudian melangkah pergi meninggalkan Jade.
Sementara Jade langsung merebahkan dirinya di atas ranjang dan mencoba menetralkan detak jantungnya.
Ini adalah pertama kalinya dia melihat seorang pria yang hanya memakai handuk dengan pesona yang membuat apotik tutup.
" Oh jantungku. Ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta pada suami sendiri "
Jade justru terkikik saat menyadari ucapannya.
_______________TBC_____________