Suka cerita tentang toko utama wanita yang tidak mudah ditindas? Di sinilah lapaknya!
Renata Carissa, seorang putri dari Panglima TNI yang berprofesi sebagai Psikiater. Memiliki kehidupan yang sempurna dengan memiliki suami yang begitu mencintainya dan anak laki-laki yang sangat tampan.
Sepeninggal suami tercintanya, Renata pun meninggal karena mengalami sakit keras.
"Aku berharap bisa bertanya kepadanya, mengapa aku tidak pernah tahu?"
"Apakah aku bisa bertemu dengan Jefra-ku lagi?"
Itulah harapan terakhir Renata.
Bukannya ke akhirat dan bertemu dengan suami tercintanya. Namun, Renata justru secara misterius berubah menjadi tokoh antagonis yang berperan menjadi pelakor. Nasib tokoh yang menyedihkan, hidup dalam penderitaan, dan berakhir bunuh diri.
Ya, dia masuk ke dalam novel!
Tidak ingin nasibnya berakhir tragis, Renata memutuskan untuk mengubah alur cerita yang sudah tertulis itu.
Dan takdir mempertemukannya kembali dengan Jefra, suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elwi Chloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Bukan Pembunuh
Sepeninggal Renata dari ruangan CEO.
"Jadi Tuan J memilih Nona Angel?" tanya Arvin.
"Hmm," Tuan J hanya bergumam.
Kemudian Arvin tersenyum, "Kalau begitu aku akan merasa lega karena Tuan J akan diurus seorang wanita secantik Nona Angel."
Tuan J melirik Arvin dengan tajam.
"Ma-maaf, aku tidak bermaksud," ucap Arvin tergagap.
"Jangan bicara macam-macam, kamu tahu sendiri alasan aku memilihnya," kata Tuan J dingin.
"Ya, Tuan J."
Jefra Tjong ternyata memiliki asalan tersendiri untuk menjadikan Renata menjadi Asisten pengganti Arvin.
"Ngomong-ngomong, apa tuan J akan melakukan terapi hari ini?" tanya Arvin kemudian.
"Percuma saja, aku tidak mungkin sembuh."
**
Malamnya, pukul delapan malam.
Brak
Renata menutup bagasi mobilnya setelah mengambil barang-barang yang dibelinya di mall.
Sepulang kerja Renata sengaja mampir ke salah satu mall untuk memberi beberapa baju. Seperti niat awalnya, dia akan membuang baju-baju seksi milik Angel dan menggantinya dengan baju-baju yang baru dibelinya ini. Beruntungnya saldo tabungan Angel memiliki limit yang begitu banyak.
"Uang Angel kan uang aku juga, jadi tidak apa-apa doang aku memakainya," gumam Renata seraya melangkah masuk ke rumah mewah keluarga Tan.
"Masih ingat pulang kamu?" ujar Rendra yang berdiri tegak di tengah-tengah ruang tamu, dengan bersedekap dan tatapan yang tajam.
Renata diam saja, dia sedang malas untuk berdebat dengan pria yang kini menjadi Ayahnya itu.
"Apa kamu habis menjual tubuhmu untuk membeli semua barang-barang itu? Setelah berusaha merebut suami adikmu, sekarang kamu menggoda lelaki hidung belang di luar sana. Sungguh beban keluarga yang hanya bisa terus-terusan mencoreng nama baik keluarga Tan."
Seketika rasa malas Renata digantikan dengan rasa marah. Bisa-bisanya seorang Ayah berkata seperti itu pada putri kandungnya.
"Apakah pantas seorang Ayah memiliki mulut yang tidak berpendidikan?" ucap Renata kemudian.
Rahang Rendra mengeras seketika. Ada rasa terkejut ketika Renata membalas perkataannya, padahal dulu putrinya itu akan diam saja saat dihina dirinya.
Sejak kecelakaan, gadis itu memang menjadi sangat aneh.
"Kamu berani berkata seperti itu pada Ayahmu? Di mana rasa hormatmu kepada orang tua?"
Renata tersenyum miring dibuatnya, "Aku hanya menghormati orang yang memang pantas dihormati."
"Angel..." Rendra terlihat geram.
"Sudah aku bilang, putrimu Angel sudah mati, sekarang aku adalah Renata. Jangan mengkhawatirkan aku, ah tidak, Tuan Rendra mana pernah mengkhawatirkan aku."
Hati Rendra mencelos mendengarnya, sejak dulu dia memang tidak pernah sekalipun mengkhawatirkan putrinya itu.
"Mulai sekarang aku akan urus masalahku sendiri, karena aku tahu apa yang aku lakukan. Jadi jangan ikut campur."
Setelah mengucapkan itu, Renata berjalan menaiki tangga untuk menuju kamar.
Rendra semakin geram, "Dasar anak pembawa sial! Apa begini cara hidupmu setelah membunuh istriku?"
Renata menghentikan langkah tanpa menoleh ke belakang, hatinya terasa sesak, memang benar jika perasaan Angel masih tersisa di dalam dirinya. Renata jadi bisa merasakan bagaimana rasanya dibenci oleh Ayah sendiri.
Benar-benar menyakitkan.
Kedua mata Renata memerah, tapi dia menahan untuk tidak menangis, "Aku bukan pembunuh."
"Ck, masih tidak mengaku? Kamulah penyebab istriku tertabrak truk!"
"Hidup dan mati ada dalam satu garis benang, tidak dapat terpisahkan, kematian Ibu adalah sebuah takdir kehidupan. Jika bisa memilih aku juga tidak ingin diselamatkan oleh Ibu, aku juga ingin Ibu hidup. Kalau bisa mengulang waktu, akan lebih baik jika aku saja yang mati. Kenapa Ayah selalu menyalahkan aku atas takdir yang sudah ditentukan Tuhan?"
Seketika Rendra membeku, tubuhnya seakan tertimpa bongkahan batu besar, lidahnya pun mendadak keluh.
Ya, kenapa Rendra menyalahkan Angel?
Mendiang istrinya juga pasti tidak akan suka jika Rendra menaruh kebencian yang sangat dalam pada putrinya sendiri. Namun, karena setiap melihat wajah sang putri yang sangat mirip dengan istrinya, Rendra menjadi tidak bisa menahan rasa bencinya.
Mulut Rendra yang ingin terbuka, tapi tertutup lagi, dia bingung untuk berkata apa, karena sekarang dia telah menjadi seorang Ayah yang gagal.
Rendra menatap punggung Renata yang menjauh, berjalan menaiki tangga, dan menghilang saat berbelok.
Apakah saat ini pria paruh baya itu menyesal?
Entahlah, kadang seseorang memang lebih menyukai membohongi hatinya sendiri.
**
Sesampainya di kamar, Renata mulai membersihkan dirinya.
Hari ini terasa begitu panjang. Banyak sekali kejadian yang membuat perasaannya campur aduk, dari rahasia yang disembunyikan oleh alur novel, dirinya yang mendadak menjadi Asisten CEO, hingga berdebat dengan Rendra.
Kini Renata sedang menikmati guyuran dari air shower yang membasahi pucuk kepala hingga mengalir ke bawah. Pikiran kusutnya seakan terbawa oleh air yang membasahi tubuhnya.
Renata mematikan keran shower, berniat mengakhiri ritual mandinya. Kemudian kaki telanjangnya melangkah untuk mengambil bathrobe yang tergantung dan memakainya. Lalu keluar dari kamar mandi sembari menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil.
Bibir mungilnya bergerak untuk bersenandung.
Namun, senandungnya tiba-tiba berhenti ketika melihat benda persegi yang berada di atas ranjang.
Ponselnya.
Renata tidak menyangka jika Tuan J akan memperbaiki ponselnya. Bahkan dia begitu terkejut saat pria itu mengembalikan ponselnya, untung saja Renata belum membeli yang baru.
Renata mengulum senyum, lalu meraih benda persegi itu. Ternyata pria itu bisa bertanggung jawab juga.
Drett
Seperti sebuah kebetulan, ponselnya berdering, menunjukan adanya panggilan masuk. Renata membelalakkan mata saat melihat jika nomor kontak dengan nama Jefra Tjong yang melakukan panggilan, bahkan saking terkejutnya hampir menjatuhkan ponsel yang digenggamnya.
"Je-jefra? Siapa Jefra Tjong?"
Renata menelan saliva berat, badannya bergetar.
Karena tidak kunjung dijawab, panggilan itu berakhir.
"Apa aku sedang halusinasi?"
Drett
Jefra Tjong melakukan panggilan telepon lagi.
Dengan memberanikan diri, Renata memencet tombol hijau pada layar ponsel dengan tangan yang gemetar.
"Ha-halo," Renata sangatlah gugup.
Namun, tidak ada jawaban dari ujung sana.
"...Jefra?" tanya Renata ragu.
Apa yang berada diujung sana adalah suaminya? Tapi, suaminya kan sudah meninggal, terlebih lagi saat ini dirinya berada di dunia novel.
Renata mengerutkan dahinya karena masih tidak mendapatkan jawaban apapun.
Kenapa dirinya merasa dejavu?
"Jefra, apa itu kamu?" tanya Renata lagi.
Tentu saja Renata sangat berharap jika orang di ujung sana adalah benar-benar suaminya.
[ Nona Angelica, beraninya kamu memanggilku dengan tidak sopan setelah begitu lama menerima panggilanku. ]
Pada akhirnya terdengar suara orang di ujung sana.
Renata menelan saliva berat, "Memangnya kamu siapa?"
[ Padahal aku sudah memasukan nama dan nomor ponselku di ponsel milikmu itu. Bagaimana bisa kamu masih tidak tahu siapa aku? Dangkal sekali otakmu itu. ]
Pelipis Renata berkedut seketika, sepertinya dia tahu siapa orang yang bernama Jefra Tjong ini.
"Tuan J?"
[ Hmm. ]
Hanya terdengar gumaman.
Renata memijat pelipisnya yang mendadak pening, ternyata tidak hanya muka saja yang mirip. Namun, nama Tuan J dan suaminya juga sama, hanya berbeda belakangnya. Seperti namanya dan Angel yang juga sama.
Harusnya Renata bisa menebak itu sejak awal supaya tidak tremor seperti tadi.
Sebenarnya ada apa di dunia novel ini?
"Maaf, Tuan J. Aku tidak tahu namamu yang sebenarnya."
[ Apa kamu habis keluar dari goa? ]
"Tentu saja tidak."
[ Hmm. ]
Renata hanya bisa sabar, beruntung karena dirinya sudah terbiasa berhadapan dengan pria sekaku kanebo kering. Bedanya, Tuan J sangatlah bermulut tajam.
"Ada apa Tuan J meneleponku?" tanya Renata kemudian.
[ Besok pagi-pagi sekali datanglah ke alamat yang aku kirimkan. Kamu harus datang sebelum pukul enam pagi. ]
"A-apa?"
_To Be Continued_