EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Nanda Maheswari tak pernah menyangka bahwa ia akan mengandung benih dari Langit Gemintang Laksono tak lama setelah pria yang ia cintai secara diam-diam tersebut merudapaksa dirinya karena emosi dan salah paham semata. Terlebih Langit saat itu di bawah pengaruh alkohol juga.
"Aku benci kamu Nan !!" pekik Langit yang terus menggempur Nanda di bawah daksa tegapnya tanpa ampun.
"Tahu apa kamu soal cintaku pada Binar, hah !"
"Sudah miskin, belagu! Sok ikut campur urusan orang !"
Masa depannya hancur berantakan. Kehilangan kesucian yang ia jaga selama ini dan hamil di luar nikah. Beruntung ada pria baik hati yang bersedia menutupinya dengan cara menikahinya. Tetapi naas suaminya tak berumur panjang. Meninggal dunia karena kecelakaan.
"Bun, kenapa dunia ini gelap dan kejam?"
Takdir semakin pelik bagi keduanya. Terlebih Langit sudah memiliki istri dan satu orang anak dari pernikahannya.
Update : Setiap Hari.
Bagian dari Novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Ara Si Anak Spesial Yang Malang
Bandung.
Hari pertama sekolah Elang berjalan dengan baik dan lancar. Selepas mengantarkan putranya pulang, Nanda pun bergegas ke pabrik untuk bekerja seperti biasanya.
Suasana berbeda tampak di kediaman pribadi Langit dan Kayla. Tengah terjadi keributan yang sebenarnya hal seperti ini bukan pertama kalinya yakni antara Kayla dan Ara.
"ARA !!" teriak Kayla dari meja makan di lantai satu. Sedari tadi dirinya sudah berdandan rapi dan menunggu Ara di meja makan guna bersantap siang sebelum mereka pergi ke kediaman Oma dan Opa Ara yakni orang tua Kayla.
"Bik Sari !!" teriak Kayla memanggil pengasuh Ara.
"Iya, Nyonya." Bik Sari yang sedang berada di dapur tak jauh dari meja makan, langsung bergegas menghadap istri majikannya tersebut yang berteriak memanggilnya.
"Di mana Ara? Aku panggil dari tadi kok tuh anak enggak nyahut juga sih !"
"Non Ara setahu saya masih ada di dalam kamarnya. Tadi sudah saya ketuk pintu kamarnya dan bilang kalau Nyonya nunggu Non Ara untuk turun ke meja makan. Tapi tak ada sahutan. Mungkin Non Ara sedang tidur siang," jawab Bik Sari.
Faktanya, Ara memang masih berada di dalam kamarnya yang ada di lantai dua. Ia sedang malas untuk turun atau pergi ke rumah Oma dan Opanya. Bocah yang mengidap autisme ringan itu tengah melakukan aksi mogok makan dan mogok bicara di dalam kamarnya.
"Dasar anak bandel !!" umpat Kayla dengan nada kesal.
"Tadi di sekolah kata kamu si Ara enggak mau makan atau jajan sama sekali. Cuma minum air putih,"
"Iya, benar Nyonya. Non Ara bersikeras enggak mau makan di kantin. Katanya pengin makan bekal atau masakan buatan Nyonya seperti teman-teman di sekolahnya," jawab Bik Sari apa adanya sesuai yang Ara utarakan padanya ketika di sekolah.
Sebagai pengasuh, ia sudah bersusah payah membujuk Ara untuk makan atau sekedar jajan kue agar perut bocah cantik bermata teduh itu tak kosong. Tentu saja ia khawatir nanti Ara jatuh sakit. Yang akan berimbas dirinya disalahkan oleh majikannya.
Namun Ara tetap lah Ara. Ia tetap bersikukuh tak mau makan apa pun di kantin sekolah. Dan Kayla sudah delivery order makanan untuk di rumahnya. Ia tak ingin repot jika nantinya Ara jatuh sakit seperti dulu-dulu.
Jika disuruh turun ke dapur untuk memasak, tentunya Kayla tak akan sudi. Syndrome tuan putri tentu melekat pada dirinya sejak lahir yang memang sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Memasak telur mata sapi saja ia tak bisa. Apalagi harus memasak yang lainnya. Tentu hal itu tidak bisa ia lakukan.
Kulit mulusnya dan kukunya yang selalu ia rawat ke klinik kecantikan, tentu tak sudi jika harus rusak terkena cipratan minyak dan hal-hal lain yang ada di dapur. Membuatnya repot saja, pikirnya. Membuatkan suaminya secangkir kopi atau teh saja tidak pernah.
Apa gunanya ia membayar pembantu jika dirinya juga harus mengerjakan urusan perdapuran ?
"Huft !!" gerutu Kayla.
"Anak itu minta dihukum rupanya,"
Kayla bergegas berdiri dan pergi dari meja makan. Ia menaiki tangga menuju ke lantai dua, tepatnya ke kamar Ara.
Deg...
Bik Sari yang baru pertama kali bekerja di kediaman tersebut begitu kaget mendengar kata hukuman untuk bocah sekecil Ara. Terlebih itu dari ibu kandung Ara sendiri. Ia pun mengikuti Kayla naik ke lantai dua dengan rasa khawatir dan perasaan cemas tak karuan.
Tok...tok...tok...
"Ara !!" teriak Kayla seraya mengetuk pintu kamar Ara dengan kencang.
"Buka pintunya sebelum Mama lebih marah lagi sama kamu !"
Namun pintu kamar Ara tetap tertutup rapat. Kayla yang memang tidak sabaran langsung mengambil ponselnya dan membuka pintu kamar Ara melalui ponselnya. Hanya dirinya dan Langit yang punya akses khusus di seluruh kamar yang ada di rumahnya jika terkunci dengan perubahan kode akses awal.
Ya, Ara sengaja mengganti kode kamarnya agar tidak ada orang yang masuk. Terlebih sang Mama. Ara tengah duduk di lantai kamarnya tepatnya di pojokan. Ia menangis pilu sendirian dan menenggelamkan wajahnya ke sela-sela kedua lututnya.
"Hiks...hiks...hiks..."
Tangis Ara kian deras kala mendengar teriakan ibunya di depan pintu kamarnya.
"Pa_pa," gumam Ara lirih. Suaranya tersendat-sendat dengan sedu sedan tangisnya.
BRAKK !!
Pintu kamar Ara pun akhirnya dibuka secara kasar oleh Kayla setelah ia berhasil memulihkan kode sandi kamar putrinya itu.
"Ara ! Ayo makan !" pekik Kayla menatap tajam seraya berkacak pinggang di depan Ara yang tengah meringkuk di pojokan kamar.
Ara hanya diam sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu mau mati apa, hah !!"
"Jangan bikin repot semua orang karena tingkah konyol kamu!!"
"Cepat makan dan kita akan pergi ke rumah Opa dan Oma. Kita sudah lama enggak main ke sana," ucap Kayla dengan nada tinggi yang sudah naik beberapa oktaf.
Namun Ara masih tetap bergeming. Ia tak bangun atau pun melihat Kayla. Ia memilih semakin menenggelamkan wajahnya di sela-sela kedua lututnya.
"ARA !!"
"Kamu dengar Mama tidak !" pekik Kayla.
Seketika...
Grepp...
Kayla langsung menarik tangan Ara secara paksa dan kasar.
Ara memberontak dalam diamnya. Mulutnya terkunci seakan enggan untuk berteriak. Namun tangan dan kakinya berusaha berontak dari tarikan kasar sang ibu.
Sedangkan di luar kamar Ara, Bik Sari berdiri dengan harap-harap cemas. Ia tak berani masuk ke kamar Ara. Sebab sebelumnya Kayla memerintahkannya untuk diam dan tak ikut campur urusannya dalam mendidik Ara.
Sebuah mobil sedan hitam mewah milik Langit baru saja tiba di kediamannya. Sopir pribadinya pun turun dari mobil yang ia kemudikan lalu membuka pintu di bagian tengah untuk sang majikan yakni Langit.
Sebelumnya Langit mendapat undangan menjadi dosen tamu di Universitas Diponegoro, Semarang. Semenjak pindah ke Bandung, ia hanya bekerja sebagai dokter forensik. Untuk pekerjaan menjadi dosen di UGM, dengan berat hati ia lepaskan. Namun dirinya masih menerima jika ada undangan seminar maupun menjadi dosen tamu dari universitas lainnya.
Pintu rumah utama pun dibuka secara perlahan oleh Langit. Seketika ia terperanjat mendengar suara kegaduhan yang diduga berasal dari lantai dua kediamannya. Di mana di lantai dua tersebut hanya ada kamar tidur Ara, mini playground, ruang olah raga dan dua kamar tamu yang kosong.
Fisiknya yang lelah setelah bekerja dan perjalanan dari luar kota, seketika lenyap hilang entah ke mana. Berganti rasa cemas tak karuan.
"Ara," gumam Langit yang langsung tertuju pada putrinya yang dikenal sebagai anak spesial atau berkebutuhan khusus. Dalam pikirannya, Langit menduga Ara tengah tantrum atau sedang menyakiti dirinya sendiri seperti yang pernah ia ketahui sebelumnya saat mereka masih tinggal di Jogja. Setelah dirinya baru tersadar ketika Ara divonis autisme ringan.
Tap...tap...tap...
Langkah kakinya bergegas naik ke atas melalui tangga menuju kamar Ara.
Bersambung...
🍁🍁🍁
kasihan alea uh salah jalan, langit juga tersiksa pnya mak rempong sombong gini