"hiks, hiks sakit sekali....
"sakiiiiit....sakiit...
Intan pindah dari kota setelah bercerai dari suami nya, dia meninggali rumah yang dulu milik adik Ibu nya dan rumah itu sudah lama di biarkan kosong sebab Adik nya Ibu Intan menghilang tak ada yang tahu rimba nya.
Namun ketenangan Intan tak bertahan lama, sebab setiap malam ada suara rintihan atau juga menangis di kamar yang paling belakang sekali membuat Intan tak kuat menghadapi nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Intan kesurupan
Mobil yang membawa mereka sudah mulai keluar dari desa, mereka berempat pergi menggunakan mobil nya Pak RT yang menjadi sopir nya adalah Tedi karena dia menang sudah ahli membawa mobil. Intan menatap desa yang rasa nya tadi malam ia ada di sini, agak penasaran juga kenapa bisa dia masuk sini dalam mimpi.
Suci tiba tiba sadar ada yang tidak beres dengan Intan karena mendadak tubuh nya tegang dan terasa sangat dingin, dia melihat dengan seksama apa kah ada yang sedang di lihat nya sehingga membuat Intan tegang tak karuan, kaki nya juga kaku bagai kan batang roboh yang sangat keras.
"Intan!"
"Aku ora terimo di gawe koyok ngene karo mbak yu ku! sopo ae harua mati melok aku." mata Intan putih semua dan mengoceh dalam bahasa jawa membuat Suci ketakutan.
"Intan kerasukan, To!" pekik Suci yang ada di sebelah nya.
"Jangan sembarangan, ya allah piye iki mau kok bisa gini?!" Anto kaget juga melihat Intan yang mau mencekik Suci.
"Ini aku Suci, Tan! ya allah sadar kan dia." pekik Suci yang sudah di tindih Intan.
"Gimana ini, To? mau berhenti tapi kita masih di desa mati." panuk Tedi yang tidak fokus nyetir jadi nya karena takut dengan Intan yang tiba tiba saja kerasukan.
"Terus kan saja, kita tidak boleh berhenti di sini." Anto pun pindah kebelakang.
Sekuat tenaga dia memisahkan Intan yang sedang mencekik Suci, seluruh tubuh Intan terasa sangat dingin sekali bagai kan es batu, mata nya juga masih putih. Anto yang laki laki saja tidak bisa memegangi Intan yang kekuatan nya begitu besar, Tedi tidak bisa membantu karena dia harus mengemudi.
Gubraaaak.
"Intaaaan!"
"Apa itu, To?" Tedi melihat dari spion karena kaget.
"Kenapa tidak pegangi dia? hentikan mobil nya, Di!" pekik Suci panik sekali.
"Ya allah dia loncat dari mobil, ayo cepat bantu dia." Tedi menghentikan mobil nya dan segera pergi mendekati Intan.
Belum sempat teman teman nya memegang tubuh gadis ini, Intan sudah bangkit dengan wajah seperti di tumbuhi akar hitam di dalam daging nya, mata pun masih putih semua tanda dia kerasukan belum hilang. Anto yang berusaha membaca ayat suci jadi sasaran amarah Intan, sebab dia merasa panas.
"Tarik dia, Di!" pekik Suci karena Intan menyerang Anto.
"Sadar lah, Intan!" Tedi menahan tubuh Intan yang begitu berat.
Suci memeluk pinggang Intan agar dia segera turun dari atas dada nya Anto, wajah Anto sudah terluka gara gara di cakari oleh Intan yang kuku nya tidak seberapa itu tapi bisa membuat wajah orang luka.
Wuuuusssh.
"Intaaaaan!" Suci kembali histeris karena Intan berlari masuk kedalam desa mati.
"Mampus lah kita, kenapa dia malah kerasukan tepat di desa ini." keluh Tedi lemas karena takut.
"Kau pulang lah, Di! aku dan Suci yang akan mencari Intan di dalam sana, sebaik nya kau minta tolong dengan beberapa warga agar membantu mencari Intan." suruh Anto bangun dati tanah.
"Apa kau gila? warga mana yang akan mau masuk kedalam desa ini!" bentak Tedi yang paham dengan para warga.
"Tedi benar, tidak akan ada warga yang mau membantu." jelas Suci yang menggigil ketakutan di buat nya.
Ketiga nya langsung pucat karena berada dalam pilihan yang sangat sulit, tidak mungkin meninggkan Intan sendirian di dalam desa mati sana. namun mereka juga tidak bisa minta pertolongan lain, harus mereka saja yanh masuk kedalam sana. Anto berdoa agar Allah melindungi langkah nya masuk kedalam desa ini, desa yang bisa di bilang tenpat pembantaian.
Bahkan mayat yang di bantai dengan setan kafan hitam tidak ada yang di kuburkan karena mereka semua takut, ketakutan yang sangat besar sehingga desa ini sama sekali tidak pernah di jamah oleh orang lagi sangking seram nya, mereka semua yakin bahwan setan itu masih ada di sana.
"Pegangan aku saja kalau kamu takut." Tedi mengulurkan tangan nya.
"Kamu saja takut kok mau pegangan sama kamu, jadi apa nanti." rutuk Suci yang lebih baik jalan sendirian saja.
"Bahkan siang hari pun seram nya masih terasa." lirih Anto menatap sekeliling bangunan ynag usang semua karena lapuk akibat tidak di huni.
"Ini bekas rumah Pak Lurah ya yang paling besar." Tedi menunjuk yang paling besar.
Suci diam saja dan malah membuang muka dengan sangat pucat, jelas sekali dia melihat orang yang sedang melakukan gerakan sholat dengan mukena yang berwarna hitam pekat. sudah pasti itu adalah setan nya, maka lebih baik banyak doa saja.
"Intaaaaan!" Anto berteriak memanggil Intan yang hilang.
"Jalan nya cepat lah sedikit!" Suci mendahului karena mukena hitam menoleh pada nya.
"Dia kenapa?" Tedi ikut melihat kearah dalam rumah namun tidak ada apa apa.
"Apa pun yang terjadi kita jangan berpencar, satu jam waktu kita mencari nya!" tegas Anto.
"Kalau belum ketemu bagai mana, To?" Tedi berdegup kencang.
Anto diam saja tidak mau memberitahukan rencana nya, sebab kafan hitam seolah selalu menghalangi niat mereka kerumah nya Purnama yang akan minta tolong. Anto yang sadar akan hal itu mendadak menghentikan langkah nya, dia mengajak teman nya keluar dari desa ini sebelum semakin jauh.
"Kita mau kemana, kenapa malah keluar?" Suci heran karena di tarik paksa.
"Kenapa kita malah pulang, To? Intan belum ketemu ini." Tedi juga heran karena Anto menarik diri nya.
"Aku minta tolong kalian ikuti saja aku, jangan banyak tanya!" tegas Anto membuka pintu mobil.
Tedi dan Suci akhir nya menurut karena di sini memang Anto yang kepekaan nya kepada mahluk halus sangat tinggi, maka mereka segera masuk kedalam mobil. Anto mengambil alih kemudia, dia yang membawa mobil dengan kecepatan tinggi.
Tin, Tin.
Tak lupa juga menghidupakan klakson sebanyak dua kali, pokok nya dia harus segera datang menemui Purnama tanpa membahas nya dengan teman teman. dia yakin kafan hitam atau hnatu nya Bu Nisa hanya ingin mencegah mereka minta tolong, mungkin dia dia tahu bahwa Purnama sanngat hebat.
"Astagfirullah ya allah!" Suci yang duduk belakang mengucap nama allah.
"Ada apa lagi?" Tedi menoleh kebelakang karena kaget.
"Dia memperhatikan kita, dia menatap kita." lirih Suci menelan ludah yang terasa pahit sekali.
"Abai kan saja, kita akan pergi kewarung untuk beli makan." jawab Anto
Suci dan Tedi melongi karena tujuan nya malah kewarung makan, mereka tidak sadar bahwa itu cuma akal akalan nya Anti saja agar lepas dari Kafan hitam.
kereeen thor
sukses selalu ya