Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Bayu yang melihat wajah Kasih hanya geleng-geleng kepala. Kasih yang menyadari ayah nya itu sedang mengejeknya hanya memanyunkan bibirnya.
“Tidak ada yang tahu kan kalau kau anak Ayah,” ujar Bayu. “Mau di taruh di mana muka Ayah kalau ada yang tahu putri Angkasa Bayu babak belur di hajar empat orang.” Sambung Bayu lagi sambil bercanda.
“Makanya Kasih datang mau latihan lagi sama Ayah, Kasih sudah lama tidak latihan. Tangan dan kaki Kasih sudah kaku.” Ujar Kasih membela dirinya dari ejekan ayahnya.
Sekali lagi interaksi Kasih dan Ayahnya jadi perhatian Aurel. Dia merasa cemburu dengan keluarga Kasih yang begitu hangat. Kasih memiliki ayah dan ibu, dan mereka juga sangat menyayanginya. Sedangkan dirinya hanya memiliki seorang ayah. Hubungannya dengan ayahnya pun tidak terlalu dekat semenjak ibunya meninggalkan mereka.
Tapi jauh sebelum ibunya meninggalkannya, Aurel pun tidak pernah merasakan kehangatan keluarga seperti yang dia lihat pada keluarga ibu sambungnya. Papa dan Mamanya tidak sedekat orang tua Kasih, hanya mamanya yang selalu berusaha mendekati Papanya. Sementara Papanya selalu berusaha menjauh dari Mamanya. Puncaknya saat mereka kembali ke negeri ini tiga tahun yang lalu. Sejak saat itu, Aurel tidak pernah lagi melihat Mamanya.
“Sayang, kamu mau belajar taekwondo juga,” ujar Kasih sambil memperagakan beberapa jurus di depan Aurel. Gadis itu sepertinya tertarik. Dia berdiri dan mendekati Kasih dan juga ayahnya.
“Dulu tante Kasih mulai latihan saat umurnya bahkan lebih kecil dari kamu,” ujar Bayu. Dia sangat ramah dan sudah menganggap Aurel anak kandung Kasih. Aurel menganguk.
“Sebentar, Tante ambilkan baju latihan Tante waktu Tante masih kecil,” Aurel seperti terkejut.
“Apakah masih layak pakai?” tanya Aurel.
“Tentu saja, semua baju kecil Tante yang punya sejarah masih di simpan dengan baik oleh Ibu.” Kasih tersenyum lalu masuk ke dalam rumah mencari bajunya. Tidak lama Kasih kemabli dengan membawa sepasang baju warna hitam lengkap dengan ikat pinggangnya.
Dengan telaten, Kasih memakaikan baju itu pada Aurel.
“Ini baju pertama Tante saat latihan.” Ujar Kasih mengencangkan ikat pinggang di perut Aurel.
Sementara Aurel dan Kasih latihan Taekwondo, Dimas di ikuti Harlan di belakangnya mendatangi rumah mantan mertuanya. Lama dia berdiri di depan rumah itu, dia kembali teringat bagaimana dia di bawa paksa ke rumah itu dan di ancam untuk menikahi Monika yang sedang hamil.
Tangan Dimas terkepal. Semua sudah berubah, dia bukan lagi remaja berusia dua puluhan tahun yang tidak punya apa-apa. Meski orang tua Monika bisa bangkit setelah Dimas menghancurkan perusahaannya, tapi masih belum sebanding dengan apa yang Dimas miliki. Sekarang dia juga punya uang, punya power yang cukup untuk melawan keluarga mantan istrinya.
Penjaga keamanan sudah mengabarkan kedatangan Dimas kepada tuan rumah, Dimas lalu di persilahkan menunggu di ruang tamu. Tidak selang berapa lama Gunawan dan istrinya keluar menemui Dimas.
Sarina, Ibu mertuanya langsung berlari dan ingin memeluknya. Tapi Harlan yang datang bersama Dimas langsung menahan dengan tangannya.
“Aku datang bukan untuk bernostalgia dengan kalian,” ujar Dimas dengan suara bariton dan penuh penekanan.
“Aku datang untuk memperingatkan pada kalian untuk tidak melakukan sesuatu yang akan kalian sesali dua kali.” Ancam Dimas dengan sangat serius.
“Jangan sombong kamu, Dimas. Kau bisa seperti ini juga berkat kami yang membiayai sekolahmu di luar negeri. Uang yang kami krimkan pada Monika waktu itu lebih dari cukup untuk kau membangun bisnismu. Monika menceritakan semua pada kami.” Ujar Gunawan yang tidak takut pad ancaman Dimas.
Dimas tertawa, tentu bukan karena ada yang lucu.
“Kalian pikir apa yang kalian lakukan padaku sebanding dengan uang dan juga aku ingin memperjelas, uang yang kalian kirimkan hanya di pakai Monika sendiri. Aku membiayai diriku sendiri dan anakku,” balas Dimas.
“Memangnya apa yang kami lakukan padamu, kami hanya memintamu bertanggung jawab pada perbuatanmu. Jika saja kau tidak menghamili Monika, tentu kami juga tidak mau anak kami menikah dengan orang miskin sepertimu.” Gunawan sepertinya tidak bisa menahan amarahnya pada Dimas.
“Kalian tahu dengan jelas, anak kalian yang menjebakku. Aku tidak mungkin menyentuhnya jika dia tidak menjebakku dengan minuman sialan itu.” Nada suara Dimas sudah meninggi. Sarina yang melihat Dimas sekarang sungguh sangat berbeda dengan sepuluh tahun yang lalu.
Sepuluh tahun yang lalu, Dimas hanya memohon pada mereka untuk di lepaskan. Dia tidak ingin menikahi Monika, dia tidak ingin meninggalkan wanita yang saat itu sedang bersamanya. Tapi orang tua Monika mengancam akan menyakiti orang tuanya dan juga wanita yang di cintai Dimas itu jika saja Dimas tidak segera menikahi Monika.
Dimas yang tidak berdaya pun akhirnya mengikuti keinginan mereka. Dia meninggalkan orang tuanya, meninggalkan wanita yang sangat dia cintai dan pergi ke luar negeri bersama Monika dan anak yang ada dalam kandungannya.
“Jika aku pernah menghancurkan kalian satu kali, aku akan melakukannya lagi jika saja kalian berani menyentuh anakku.” Sekali lagi Dimas mengancam mantan mertuanya.
“Kami hanya ingin bertanya padanya, dimana Ibunya.” Sarina yang bicara. “Dimana Monika, kenapa kami tidak pernah mendengar kabarnya lagi. Kami hanya ingin tahu dimana anak kami.” Sambung Sarina dengan deraian air mata.
“Aku dan Aurel tidak tahu di mana Monika, jadi jangan coba-coba mengganggunya atau kalian akan tahu akibatnya.” Dimas berdiri. Sarina juga berdiri dan langsung memegang tangannya. Dimas dengan cepat menyentak tangan wanita tua itu dan mendorongnya hingga jatuh. Tapi untung saja dia jatuh terduduk di sofa.
“Jangan pernah berani menyentuhku.”
“Kau berani mendorong istriku.” Gunawan berdiri dan ingin melayangkan tinjunya pada Dimas, tapi Harlan dengan cepat menangkap tangan Gunawan yang melayang dan siap memberi tinju pada Dimas. Harlan tanpa tenaga mendorong Gunawan, tapi sudah cukup membuat laki-laki paruh baya itu terhuyung hingga hampir terjatuh.
Dimas memberi lirikan yang sangat tajam lalu meninggalkan rumah itu di ikuti Harlan di belakangnya.
“Dasar kurang ajar. Tunggu saja aku pasti akan membalas perbuatanmu ini.” Teriak Gunawan menunjuk Dimas yang berjalan lurus tanpa memperdulikannya.
“Kau tidak apa-apa?” Gunawan membantu istrinya berdiri. Wanita itu semakin hari semakin kurus dan lemas karena merindukan anaknya.
“Apa benar dia tidak tahu di mana Monika,” ujar nya menangis.
“Dia pasti berbohong, aku yakin dia membawa Monika di suatu tempat yang sangat jauh dan meninggalkannya di sana sendirian.” Kata Gunawan yang tidak percaya Dimas tidak tahu dimana putri mereka.
“Kau tenang saja, aku pasti akan menemukan Monika bagaimanapun caranya. Jika kita tidak bisa menemukan Monika, maka kita akan mengambil Aurel darinya.”
“Tapi dia bukan Dimas yang dulu, sekarang dia sudah berani melawan kita. Kau ingat dia bahkan menghancurkan perusahaan.”
“Aku tidak perduli, aku akan lakukan apapun untuk membuatnya kehilangan semua yang dia miliki sekarang. Termasuk uang dan kekuasaannya juga Aurel.”
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....