Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IA PERGI
"Kamu?!" Viera menatap Kimberly.
"Honey?" ucap William saat melihat Viera.
Viera yang melihat William datang bersama dengan Kimberly, kini menatap ke arah mata William. William bisa menangkap sorot kesedihan dari mata kekasihnya itu.
"Sis, kita pulang yuk," ajak Viera pada temannya Siska. Viera datang ke butik tersebut bersama dengan temannya untuk membeli sebuah gaun, untuk acara ulang tahun salah satu teman mereka.
"Honey, tunggu aku," William meraih lengan Viera san menariknya, hingga tubuh Viera kini tak berjarak dengannya.
"Aku akan mengantarmu," ucap William.
"Tidak perlu, honey. Kamu harus mengurus calon tunanganmu itu kan?" William bisa mendengar ada nada kesedihan dari suara Viera.
William menoleh ke arah Kimberly yang saat ini sedang melihat ke arahnya dan juga Viera.
"Kim, kamu bisa sendiri kan? Aku akan mengantar kekasihku," ucap William penuh penekanan, "Oya, dan pulanglah sendiri, kamu bukan anak kecil lagi."
Kimberly bagai tertampar mendengar perkataan William. Namun, ia hanya tersenyum saja melihat kepergian William bersama Viera.
*****
Senin pagi, Kimberly datang ke kampus. Ini adalah tahun terakhirnya, ia sedang mempersiapkan skripsi sebagai syarat akhir kelulusannya.
"Kris, dy, gue mau kasih ini buat kalian," ucap Kimberly sambil menyerahkan sebuah amplop berwarna peach.
"William & Kimberly engagement?" baca Lady.
"Serius lo?" tanya Kristy.
Kimberly menganggukkan kepalanya.
"Kok bisa?" tanya Kristy lagi.
"Ternyata Kakek dan Neneknya William berjanji sama kakek nenek gue kalau mereka bakalan kasih cucu mereka sebagai cucu menantu buat kakek nenek gue," jawab Kimberly.
"Lo setuju gitu aja? Bukannya lo tahu kalau William pacarnya Viera? trus tuh cewe nyesek donk."
"Lo berdua tahu kan kalau gue tuh suka banget sama William, bahkan bisa dibilang kalau gue cinta banget sama dia. Waktu pertama gue tahu gue mau dijodohin, tentu aja gue nolak. Tapi pas hari H, dan gue lihat kalau yang dijodohin sama gue itu William, gue terima jadinya."
"Lha terus, William nggak nolak gitu?" tanya Kristy penasaran.
"Dia nolak, bahkan dia ngancem gue. Kalau gue terima perjodohan ini, hidup gue bakalan menderita. Trus dia juga bilang kalau dia akan buat gue nolak untuk nikah sama dia."
"Ya ampun, Kim. Gue rasa mendingan lo batalin aja deh tunangan sama dia. Apa lo mau hidup menderita?" tanya Lady.
"Iya, Kim. Gue ngebayanginnya aja udah serem," ucap Kristy.
"Tapi, yang gue baca dari novel novel cinta romantis, setiap perjodohan pasti nantinya mereka bisa saling mencintai dan hidup bahagia."
"Tapi ini bukan novel, Kim!!" ucap Kristy dan Lady bersamaan.
"Apa aku tidak boleh berharap?" kini Lady dan Kristy menatap mata Kimberly yang terlihat begitu sendu.
"Kami bukan memintamu untuk kehilangan harapan, Kim. Tapi kami hanya tidak ingin kamu salah langkah. Kami menyayangimu, Kim, dan kami ingin melihatmu bahagia."
"Aku pasti bahagia jika bersama dengan William, seperti dulu."
Lady yang awalnya duduk di seberang Kimberly, kini berpindah duduk di sampingnya. Ia memegang bahu Kimberly, kemudian menepuknya perlahan.
"Aku tahu kamu sangat mencintai William, tapi aku tidak pernah melihat cinta di mata William untukmu."
"Bukankah cinta itu akan datang saat kami hidup bersama sama? Cinta itu bisa datang karena terbiasa kan?"
Kristy dan Lady menghela nafas mereka pelan. Sepertinya mereka tidak akan mampu untuk merubah keputusan Kimberly.
"Tenang saja, Kim. Kami pasti akan datang pada acara pertunanganmu," ucap Kristy untuk mencairkan suasana.
"Oya, apa kamu juga mengundang Kak Anthony, Kak Hanna dan Kak Hansel?" tanya Lady.
"Tidak," Kimberly tak memberitahu mereka bahwa Anthony sedang pergi bersama Hansel untuk mencari Hanna.
"Kenapa?"
"Tidak apa apa. Hanya saja, undangan yang kupunya terbatas," ucap Kimberly beralasan.
"Baiklah, Kim. Kami akan datang," ucap Kristy dan Lady sambil tersenyum.
*****
Kimberly duduk diam di dalam kamarnya, menatap ke arah jendela. Hari mulai sore, matahari sudah hampir kembali ke peraduannya.
Ia menatap langit sore yang berwarna jingga, yang cahayanya masuk ke dalam kamarnya. Langit itu begitu indah, tapi tidak seindah hatinya saat ini. Buliran air turun dari sudut matanya.
"Semua akan baik baik saja. Aku percaya, aku pasti akan bahagia bersama dengan William. Bukankah Tuhan sudah membukakan jalan bagiku untuk bisa bersamanya," batin Kimberly.
Tokk .... tokkk .... tokkk ....
"Kim, kakak masuk ya," ucap King.
"Ya, Kak," Kimberly langsung menghapus air matanya. Ia tak ingin keluarganya melihat kesedihannya.
"Kamu sedang apa Kim?" tanya King.
"Aku lagi duduk aja, sambil mikir bahan buat skripsi aku nanti, Kak," ucapnya berbohong.
"Kim, apa kamu sedang berusaha membohongi kakakmu ini?" batin King.
"Aku ingin mengajakmu pergi."
"Pergi? Kemana Kak?" tanya Kimberly penasaran.
"Melihat kantor kakak."
"Apa renovasinya sudah selesai?"
"Belum, kakak hanya ingin mengeceknya saja. Mau ikut nggak?"
"Tentu saja!" teriak Kimberly gembira. Ia berpikir, mungkin lebih baik ia pergi bersama King, daripada berdiam diri sendirian di dalam kamar.
Sesampainya di depan ruko yang akan menjadi kantor King, Kimberly akhirnya turun begitu jiga dengan King. Baru juga sampai di sana, ekor mata King menangkap pergerakan di seberang jalan, menampakkan seorang laki laki dan wanita yang sedang berciuman dengan mesra, tanpa mempedulikan sekitar.
"Ahh, kenapa aku jadi memikirkan perasaannya jika melihat ini," batin King.
Akhirnya ia pun mengajak Kimberly masuk ke dalam. Kimberly melihat lihat dari lantai bawah hingga lantai atas. Bahkan ia pergi ke dak paling atas, yang ternyata begitu terbuka dan bisa memandang ke sekeliling.
Sementara itu, King sedang berbicara dengan kontraktor yang mengerjakan renovasi tersebut. Setelah selesai, King menyusul Kimberly ke atas.
"Kim, sedang apa kamu di sini?"
"Aku hanya melihat lihat, Kak. Oya, apa bagian atas sini tidak akan kakak buat apa apa?"
'Maksudmu?"
"Kakak bisa buat tempat barbekyu, atau taman kecil mungkin," saran Kimberly.
"Kakak di sini bukan untuk makan makan, apalagi berkebun. Kakak di sini untuk bekerja, Kim," ucap King.
Meskipun Kimberly berbicara dengan senyuman pada King, tapi King bisa menangkap ada masalah yang sedang dihadapi oleh adiknya itu.
"Kamu ada masalah, Kim?" tanya King.
"Ooo nggak, Kak. Kim cuma lagi mikir, setelah Kim lulus, Kim mau lanjut S2 atau Kim bekerja saja dengan kakak ya," ucap Kimberly sambil tertawa namun terlihat dipaksakan.
"Kim, jangan teruskan pertunangan ini kalau kamu tidak ingin," ucap King tiba tiba.
Kimberly menatap ke arah King, kemudian menangis dan memeluk kakaknya itu.
"Aku mencintainya, Kak. Kalau ada Kak Lee, aku bisa bercerita banyak padanya. Ia tahu bagaimana menghiburku," Kimberly masih sesengukan saat berbicara.
"Lee? kamu masih dekat dengannya? Bukankah kakak sudah bilang untuk menjauhinya," King mengepalkan tangannya.
"Tapi aku tidak bisa, Kak. Kak Lee begitu baik padaku. Aku menyayanginya seperti aku menyayangi kakak. Ia selalu ada saat aku berada dalam masalah. Tapi sekarang, ia tidak ada ..."
"Memang kemana dia?" tanya King ingin tahu.
"Ia pergi ..."