NovelToon NovelToon
Takdir Yang Menyapa

Takdir Yang Menyapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Cintamanis
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alika zulfiana

Setelah bertahun-tahun berpisah, hidup Alice yang dulu penuh harapan kini terjebak dalam rutinitas tanpa warna. Kenangan akan cinta pertamanya, Alvaro, selalu menghantui, meski dia sudah mencoba melupakannya. Namun, takdir punya rencana lain.

Dalam sebuah pertemuan tak terduga di sebuah kota asing, Alice dan Alvaro kembali dipertemukan. Bukan kebetulan semata, pertemuan itu menguak rahasia yang dulu memisahkan mereka. Di tengah semua keraguan dan penyesalan, mereka dihadapkan pada pilihan: melangkah maju bersama atau kembali berpisah, kali ini untuk selamanya.

Apakah takdir yang mempertemukan mereka akan memberi kesempatan kedua? Atau masa lalu yang menyakitkan akan menghancurkan segalanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alika zulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alice, si Ratu Moodswingಠ_ಠ

"jam berapa, Al?" tanya Alvaro sambil tetap fokus mengemudi.

"jam tujuh," sahut Alice singkat, masih asyik dengan ponselnya.

"Zara udah sarapan?" tanya Alvaro, kali ini pada adik Alice yang duduk di belakang.

"Udah, kak," jawab Zara sambil mengangguk.

"Lo udah sarapan?" tanya Alvaro lagi, kini mengarahkan pertanyaan ke gadis di sampingnya.

"Udah," jawab Alice singkat tanpa menoleh.

Alvaro mengangguk lagi, lalu dengan cepat menambah kecepatan mobilnya, ingin segera sampai ke sekolah Zara agar mereka tidak terlambat.

Setibanya di sekolah, Zara melambaikan tangan dan berlari menuju gerbang sekolah. "babay, Kak Alvaro! babay, Kak Ros!" teriaknya gembira.

Alvaro terkekeh mendengar perkataan Zara.

"Heh, awas aja ya lo!" balas Alice kesal karena disebut mirip Kak Ros yang galak.

"Apa lo ketawa-ketawa? Ada yang lucu, hah?" tanya Alice dengan nada ketus.

"Nggak, nggak," sahut Alvaro cepat, mencoba menahan tawanya.

Alice mendengus, mengabaikannya, lalu dengan langkah cepat kembali masuk ke dalam mobil tanpa sepatah kata lagi. Alvaro hanya bisa tersenyum melihat sikap Alice yang begitu mudah tersulut emosi.

Selama perjalanan, suasana dalam mobil terasa semakin tegang. Alvaro, yang biasanya tak tahan dengan keheningan seperti ini, akhirnya berdecak kesal.

"Lo kenapa diam aja?" tanyanya sambil melirik ke arah Alice.

"Terus gue harus gimana? Teriak-teriak?" balas Alice dengan nada sinis.

"Ya nggak gitu juga, ege. Nggak biasanya lo kayak gini. Tadi malam aja bawel banget sampai ketiduran," ujar Alvaro, bingung dengan perubahan sikap Alice.

"Jadi maksud lo gue bawel?" Alice merespon dengan nada kesal, langsung menangkap bagian yang menurutnya menyinggung.

Alvaro hanya bisa mendesah frustrasi dalam hati. "Astaga, cuma itu yang dia tangkep dari omongan gue," batinnya.

"Enggak gitu, anjing ah, serba salah gue," keluh Alvaro sambil sesekali melirik Alice yang tampak semakin dingin.

"Kan lo duluan yang ngabaikan gue, terus gue abaikan balik malah lo marah-marah," gumam Alice, tapi masih terdengar oleh Alvaro.

"Astaga, kapan-kapan gue ngabaikan lo, hah?" tanya Alvaro, tak merasa pernah melakukan itu.

"Pikir aja sendiri," sahut Alice singkat, memalingkan wajahnya ke arah jendela.

Alvaro menggusar wajahnya dengan kasar, merasa semakin bingung bagaimana harus menghadapi Alice yang mood-nya tiba-tiba berubah drastis.

Suasana di perjalanan yang awalnya hening mendadak berubah saat Alice akhirnya membuka suara, meski dengan nada kesal. Alvaro yang mulai merasa frustrasi karena tak bisa mengerti perasaan Alice hanya bisa mendesah. Saat mereka berhenti di sebuah tempat yang tak dikenal Alice, rasa penasaran pun muncul.

"Kenapa kesini?" tanya Alice, akhirnya mau bicara.

Alvaro tak menjawab, melainkan keluar mobil dan membuka pintu untuk Alice dengan sikap khasnya. "Kita makan dulu," ucapnya tanpa memberi kesempatan untuk menolak.

"Hah? Enggak mau, gue udah kenyang, Ro. Lagian nanti gue telat," tolak Alice dengan nada cepat.

Namun, Alvaro tetap tak menggubrisnya. Dia melangkah menuju sebuah kedai roti dan coffee shop dengan nuansa outdoor yang menyegarkan, dikelilingi pepohonan hijau. Alice, yang sebenarnya suka dengan suasana alam, merasa hatinya sedikit lebih tenang saat melihat pemandangan di sekitar.

Alvaro menarik kursi untuk Alice dengan tegas namun penuh perhatian. "Duduk," perintahnya, membuat Alice tak punya pilihan selain menuruti.

Alice duduk tanpa protes lebih lanjut, merasakan keheningan alam yang perlahan meredakan emosinya. Di balik sikap keras kepala Alvaro, dia tahu lelaki itu selalu mengerti apa yang bisa membuatnya merasa lebih baik.

1
Apis
coba thor baca karya othor yg udah suhu perhatikan setiap tanda petik koma titik tanda tanya sesuai pasti pas dan sesuai jd di bacanya enak
g pa" belajar dari yg udah berpengalaman biar bisa lebih baik lg, sayang lho kalo ceritanya udah bagus tp ada pengganggu nya di setiap part nya jd g konsen bacanya karna yg di perhatiin readers nya typo nya tanda petik koma titik tanda tanya selain alur cerita nya
Bulan: baik kak, aku akan revisi ulang, makasi atas saran nya🙏💞
total 1 replies
Apis
harusnya kalimat nya bu aku minjem ini ya, bukan
bu, aku minjem ini, ya," dan masih bnyk kalimat yg tanda titik baca komanya g sesuai thor
Apis
harus nya di kasih tulisan flashback kalo ceritanya mundur thor trs perhatikan tanda baca koma titik ya thor biar bacanya g ke ganggu salam kenal 😅😅
Apis
Hai othor mampir nich masih ngamatin semoga ceritanya bagus ya 😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!