Alyssa, seorang gadis dari keluarga sederhana, terpaksa menerima pernikahan dengan Arka, pewaris keluarga kaya raya, demi menyelamatkan keluarganya dari krisis keuangan. Arka, yang memiliki masa lalu kelam dengan cinta pertamanya, juga tidak menginginkan pernikahan ini. Namun, tuntutan keluarga dan strata sosial membuat keduanya tidak punya pilihan.
Dalam perjalanan pernikahan mereka yang dingin, muncul sebuah rahasia besar: Arka ternyata memiliki seorang anak dari cinta masa lalunya, yang selama ini ia sembunyikan. Konflik batin dan etika pun mencuat ketika Alyssa mengetahui rahasia itu, sementara ia mulai menyadari perasaannya yang kian berkembang pada Arka. Di sisi lain, bayangan cinta lama Arka kembali menghantui, membuat hubungan mereka semakin rapuh.
Dengan berbagai pergulatan emosi dan perbedaan kelas sosial, Alyssa dan Arka harus menemukan jalan untuk berdamai dengan masa lalu dan membuka hati, atau memilih berpisah dan meninggalkan luka yang tak terobati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ansel 1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta yang Tumbuh Perlahan
Hari-hari berlalu, dan Alyssa merasakan perubahan dalam hubungannya dengan Arka. Meskipun masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab, mereka berdua mulai berusaha untuk saling memahami dan membuka diri satu sama lain. Momen-momen kecil yang sebelumnya hilang kini mulai bermunculan, menambah kehangatan dalam rumah yang dulunya terasa sepi.
Suatu malam, setelah makan malam yang sederhana, Alyssa dan Arka duduk di beranda, menikmati suasana malam yang tenang. Bintang-bintang bersinar cerah di langit, menciptakan nuansa romantis yang membuat Alyssa merasa nyaman. Dia memutuskan untuk berbicara dengan Arka, menanggapi keraguan yang mengganggu pikirannya.
"Arka," Alyssa memulai, suaranya lembut. "Aku merasa kita semakin dekat. Tapi aku juga merasakan ada sesuatu yang mengganjal di antara kita. Aku ingin tahu lebih banyak tentang masa lalumu."
Arka menatap Alyssa dengan tatapan yang dalam. "Aku tahu, Alyssa. Masa laluku bukanlah sesuatu yang mudah untuk dibicarakan. Aku... aku punya banyak kenangan yang menyakitkan, dan aku takut itu akan mengganggu kita."
"Aku mengerti. Tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku di sini untuk mendukungmu. Kita bisa menghadapi masa lalu itu bersama," Alyssa berkata, berusaha meyakinkan Arka. "Aku tidak ingin kamu merasa sendirian. Kita bisa saling berbagi."
Dengan napas dalam-dalam, Arka mulai bercerita. "Dulu, aku memiliki hubungan yang tidak baik. Aku sangat mencintainya, tetapi keadaan tidak berjalan sesuai harapan. Ada banyak rahasia yang harus kusembunyikan, termasuk Dika. Aku merasa terjebak antara cinta dan kewajiban. Aku harus merelakan banyak hal."
Alyssa merasakan hatinya bergetar mendengar cerita Arka. Dia bisa merasakan rasa sakit yang dibawa Arka, dan dia berusaha untuk tidak menghakimi. "Itu pasti sangat sulit untukmu. Aku tidak bisa membayangkan betapa beratnya beban itu," katanya dengan tulus.
Arka menunduk, seolah terjebak dalam kenangan yang menyakitkan. "Aku merasa seperti aku telah mengecewakan banyak orang, terutama keluargaku. Mereka mengharapkan yang terbaik dariku, tetapi aku tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan."
Alyssa meraih tangan Arka, menggenggamnya erat. "Kamu tidak perlu merasa tertekan. Kita akan membangun hidup kita sendiri. Aku ingin kamu tahu bahwa aku mencintaimu, termasuk semua bagian dari dirimu, bahkan masa lalumu yang kelam."
Kata-kata Alyssa membuat Arka terdiam. Dia menatap Alyssa dengan tatapan penuh haru. "Mencintai seseorang adalah hal yang sulit bagiku. Tapi denganmu, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Mungkin ini saatnya untuk membuka hati dan menerima cinta lagi."
Dengan perlahan, Arka mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah Alyssa, menatap matanya yang penuh kehangatan. "Kau adalah orang yang bisa mengubah hidupku, Alyssa. Aku tidak ingin kehilanganmu."
Alyssa tersenyum, merasakan kehangatan yang menyebar di dalam dirinya. "Kita tidak akan kehilangan satu sama lain. Kita akan berjuang bersama, apapun yang terjadi."
Malam itu, Alyssa dan Arka berbagi lebih banyak cerita, mengungkapkan rasa takut dan harapan mereka. Mereka berbicara tentang Dika, tentang bagaimana mereka bisa menjadikannya bagian dari hidup mereka, dan bagaimana mereka bisa menjadi keluarga yang utuh. Setiap percakapan membawa mereka semakin dekat, membuat Alyssa merasakan cinta yang tumbuh di antara mereka.
Namun, di balik kebahagiaan yang baru ditemukan, Alyssa masih merasakan bayangan masa lalu yang menghantui mereka. Rasa khawatir tentang bagaimana keluarga Arka akan bereaksi terhadap Dika dan bagaimana semua ini akan berakhir selalu ada di sudut pikirannya. Dia berusaha untuk tidak membiarkan keraguan itu merusak momen indah yang mereka miliki, tetapi semakin dia mengenal Arka, semakin dia ingin melindunginya dari segala luka yang mungkin kembali menghampiri.
Satu malam, saat mereka berbaring di tempat tidur, Alyssa berusaha untuk bersikap positif. "Kita sudah melewati banyak hal, Arka. Mungkin kita tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi kita bisa membentuk masa depan kita sendiri."
Arka menanggapi dengan senyuman. "Kau benar. Kita tidak sendirian dalam hal ini. Kita punya Dika, dan kita akan memberikan cinta dan dukungan yang dia butuhkan."
Mereka saling berpelukan, dan Alyssa merasa tenang. Dia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi dengan cinta yang tumbuh di antara mereka, dia yakin bahwa mereka bisa menghadapi apa pun yang datang. Dia merasa beruntung memiliki Arka di sisinya, dan dia bertekad untuk berjuang demi kebahagiaan mereka.
Seiring waktu, Alyssa mulai merasakan cinta yang tulus dan mendalam untuk Arka. Meskipun bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya, dia merasa bahwa bersama Arka, mereka bisa menghadapinya. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu mendukung suaminya dan berusaha memahami luka yang dibawanya.
Dengan setiap momen yang mereka bagi, Alyssa merasakan ikatan mereka semakin kuat. Dia tahu bahwa cinta itu bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang menerima dan memahami satu sama lain, termasuk masa lalu yang tak terpisahkan dari hidup mereka. Dan saat mereka berdua melangkah maju, Alyssa merasa percaya bahwa cinta yang tumbuh perlahan ini akan membawa mereka menuju masa depan yang lebih cerah, di mana mereka bisa menjadi keluarga yang utuh dan bahagia.
Setelah malam itu, Alyssa dan Arka berusaha untuk lebih terbuka satu sama lain. Arka mulai menceritakan lebih banyak tentang Dika, anak dari hubungan masa lalunya yang tersimpan rapat. Setiap kali Dika disebut, Alyssa merasakan campuran emosi: kebanggaan, cinta, dan sedikit rasa sakit. Dia tahu bahwa Dika adalah bagian penting dari kehidupan Arka, dan meskipun ada kekhawatiran tentang penerimaan keluarga, Alyssa ingin berjuang demi anak itu.
Suatu hari, Alyssa memutuskan untuk mengajak Dika berkunjung ke taman. Dia ingin memberikan pengalaman baru bagi Dika, memperlihatkan bahwa dia akan selalu ada untuk anak itu. Arka terlihat ragu saat mendengar rencana tersebut, tetapi Alyssa meyakinkannya.
"Dika perlu merasakan kebahagiaan anak-anak seusianya. Kita tidak bisa membiarkannya hidup dalam bayang-bayang masa lalu," Alyssa berkata penuh semangat. "Ayo, kita bisa menghabiskan waktu bersama dan menjalin ikatan yang lebih kuat."
Akhirnya, Arka setuju. Mereka bertiga pergi ke taman di akhir pekan, membawa bekal piknik dan perlengkapan bermain. Saat mereka sampai di sana, Dika terlihat sangat senang. Dia berlari menuju ayunan dan mulai bermain. Alyssa dan Arka duduk di bangku taman, mengamati anak itu dengan senyuman.
“Dia sangat ceria,” kata Alyssa, matanya bersinar melihat Dika. “Aku senang bisa melihatnya bahagia seperti ini.”
Arka menatap Alyssa dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih telah memberinya kesempatan ini. Aku tahu betapa sulitnya bagimu."
Alyssa tersenyum. “Kami adalah keluarga, Arka. Dan keluarga selalu mendukung satu sama lain, bukan?”
Seiring waktu berlalu, Alyssa menemukan banyak momen indah dengan Dika. Mereka bermain bola, menggambar, dan terkadang hanya duduk bersama sambil membaca buku cerita. Setiap interaksi membantu Alyssa dan Dika membangun ikatan yang semakin kuat, dan Arka melihat semua ini dengan perasaan bahagia di dalam hatinya.
Namun, meskipun hari-hari di taman terasa indah, Alyssa masih merasakan tekanan dari keluarga Arka. Dia tahu bahwa jika mereka tahu tentang Dika, reaksi mereka bisa sangat berbeda. Alyssa berusaha untuk tidak memikirkan itu, tetapi bayang-bayang ketakutan terus mengikutinya. Apakah mereka akan mengizinkannya menjadi bagian dari hidup Arka dan Dika? Bagaimana jika mereka mengusirnya?
Suatu malam, saat Alyssa dan Arka duduk bersama di ruang tamu, Alyssa memutuskan untuk berbicara tentang kekhawatiran itu. "Arka, bagaimana jika keluargamu tahu tentang Dika? Apa yang akan mereka lakukan?"
Arka menghela napas, menyadari betapa pentingnya pertanyaan itu. "Aku tahu mereka tidak akan menerima Dika dengan baik. Mereka sangat menjaga nama baik keluarga. Tapi aku tidak akan membiarkan mereka memisahkan kita. Dika adalah anakku, dan aku berhak untuk mencintainya."
Alyssa merasa terharu dengan komitmen Arka. "Kita bisa mencari cara untuk menjelaskan kepada mereka. Kita tidak bisa terus bersembunyi selamanya. Dika berhak untuk tahu bahwa dia memiliki ayah yang mencintainya."
Arka menatap Alyssa dengan tatapan penuh keyakinan. "Kau benar. Kita perlu berbicara dengan keluargaku, meskipun itu sulit. Mungkin mereka tidak akan menyukainya, tetapi kita tidak bisa berbohong lagi."
Hari-hari berikutnya, mereka merencanakan pertemuan dengan keluarga Arka. Alyssa merasakan campuran antisipasi dan kecemasan. Dia ingin agar keluarganya mengerti, tetapi dia juga takut akan reaksi mereka. Momen itu terasa semakin mendekat, dan Alyssa berdoa agar semuanya berjalan lancar.
Ketika hari pertemuan tiba, mereka berkumpul di rumah orang tua Arka. Ibu Dian dan Ayah Arka duduk di ruang tamu, menunggu dengan ekspresi serius. Alyssa dan Arka saling menggenggam tangan, memberikan kekuatan satu sama lain.
Alyssa memulai dengan lembut. "Kami ingin berbicara tentang Dika. Dia adalah anak Arka, dan kami ingin kalian mengerti bahwa dia adalah bagian dari hidup kami."
Ibu Dian menatap mereka dengan skeptis. "Kita sudah membahas ini sebelumnya. Kami tidak ingin Dika terlibat dalam keluarga ini. Dia bisa merusak reputasi kita."
"Dia adalah anakku," Arka berkata tegas. "Aku tidak bisa membiarkan kalian meremehkan keberadaannya. Dika berhak mendapatkan cinta dan perhatian dari kami, termasuk dari kalian."
Suasana semakin tegang. Alyssa bisa merasakan jantungnya berdebar. "Kami tidak ingin memaksa kalian menerima Dika. Kami hanya ingin agar kalian memahami bahwa kami mencintainya. Kami ingin dia menjadi bagian dari keluarga ini."
Ibu Dian menggelengkan kepala, terlihat sangat marah. "Kita tidak bisa menerima anak yang tidak diinginkan ini. Ini akan mencemarkan nama baik keluarga kita. Kalian harus memilih, Dika atau keluarga."
Alyssa merasa hancur mendengar kata-kata itu. Dia menatap Arka, yang juga terlihat bingung. "Kami tidak ingin memilih," kata Alyssa. "Kami ingin keduanya. Kami ingin menjadi keluarga yang utuh."
Ayah Arka kemudian berbicara. "Ini adalah situasi yang sulit. Kami mengharapkan yang terbaik untuk Arka. Jika kalian memilih untuk melibatkan Dika, kami tidak akan bisa menjamin dukungan kami."
Alyssa merasakan air mata menggenang di matanya. "Kami tidak meminta dukungan, kami hanya ingin kalian memahami bahwa Dika adalah bagian dari hidup kami. Kami mencintainya dan ingin memberikan yang terbaik untuknya."
Mendengar penolakan itu, Alyssa merasa hancur. Dia tahu bahwa perjuangan mereka belum berakhir, tetapi dia tidak ingin menyerah. Dia menggenggam tangan Arka lebih erat, menegaskan tekad mereka.
Saat mereka meninggalkan rumah orang tua Arka, Alyssa bisa merasakan beban yang berat di dadanya. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa mereka telah mengambil langkah yang benar. Mereka berjuang demi cinta dan keluarga, dan itu adalah awal dari sesuatu yang lebih besar.
Setiap langkah yang diambil membuat Alyssa semakin yakin bahwa cinta mereka dapat mengatasi semua rintangan. Dia tahu bahwa meskipun jalan di depan mungkin sulit, mereka akan terus melangkah bersama, berjuang demi kebahagiaan mereka dan Dika. Cinta yang tumbuh perlahan ini akan menguatkan ikatan mereka, dan Alyssa merasa bersemangat untuk melanjutkan perjalanan mereka sebagai sebuah keluarga.