Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Jelaskan apa yang dikatakan Lyra soal makanan basi padaku!" tuntut Xavier seusai menyantap makan malam tadi.
Ia mendatangi Myra yang berada di kamarnya. Dalam dada rasa berkecamuk tak tentu. Ada marah, ada malu, dan juga rasa tak percaya berpadu menjadi satu.
Gadis itu berbalik, berubah menjadi sosok menyedihkan dan lemah.
"Xavier, apa kau percaya kata-katanya? Bukankah selama ini dia selalu mengadu-domba kita? Kau jangan sampai tertipu, Xavier. Kau tidak ingat bagaimana dulu dia pernah meracunimu?" cerocos Myra menatap Xavier untuk meyakinkannya.
Terbayang sikap Lyra selama ini yang selalu membuatnya salah paham terhadap Myra. Soal minuman, soal pakaian, dan lain sebagainya yang selalu memicu pertengkaran di antara mereka. Lalu, sekarang masalah makanan yang dia katakan basi.
Myra tidak mungkin melakukan itu. Dia gadis yang baik. Aku yakin itu hanya akal-akalan Lyra saja agar aku membenci Myra.
Xavier tersenyum, mengusap pipi Myra dengan lembut. Ada rasa sesal terbesit di hatinya karena termakan ucapan Lyra.
"Maafkan aku. Aku hampir termakan ucapannya," katanya dengan lemah lembut.
Myra menggelengkan kepala, bibirnya tersenyum manja.
"Tidak apa-apa, aku mengerti," katanya seraya berlabuh ke dalam pelukan Xavier.
Dia tersenyum licik, tak akan pernah membiarkan kemenangan menjadi milik Lyra.
Kau pikir bisa membuat Xavier percaya padamu? Selamanya dia akan mempercayaiku, dan kau akan selalu menjadi pecundang di hatinya. Lyra, seharusnya kau menyerah dan pergi dari sini. Dengan begitu, aku tidak perlu meracunimu untuk seumur hidup. Kau bisa tetap melanjutkan hidupmu dengan baik. Sayang, kau memang keras kepala.
Myra bergumam dalam hati, dia merasa puas karena racun yang selama ini diberikan kepada Lyra mulai terlihat hasilnya. Yang dia inginkan adalah Lyra tersiksa seumur hidupnya tanpa dapat melawan.
"Xavier, kau adalah orang besar. Siapa yang tidak mengenal namamu? Hanya dengan menyebut namamu saja, orang-orang akan gentar. Mempunyai istri lemah seperti Lyra, bukankah aib untukmu? Dia hanya akan mempermalukan dirimu saja," ucap Myra mengungkapkan apa yang terdetik di hatinya.
Xavier tercenung, membayangkan selama pernikahannya dia tidak pernah membawa Lyra pergi keluar rumah ataupun ke pesta karena terlalu malu. Dia sangat berbeda dengan Myra yang berkelas. Selama satu tahun menikah, tidak ada yang tahu seperti apa wajah istri dari seorang Xavier Baldrick.
"Bukankah aku memiliki dirimu? Selama ini kau yang selalu menemani aku, bukan? Tidak usah memikirkannya lagi. Pernikahanku dengannya hanyalah sebuah status," sahut Xavier sembari menggamit hidung bangir Myra.
Senang rupanya gadis itu. Lihat saja dia memeluk erat tubuh Xavier tanpa tahu malu. Ingin menguasai laki-laki itu beserta seluruh harta yang dimilikinya. Tak peduli tak ada status yang terpenting Xavier tetap berada di sisinya.
"Sebaiknya kau beristirahat. Aku masih ada pekerjaan yang harus aku lakukan," ucap Xavier melepas pelukan dan berbalik pergi meninggalkan kamar gadis itu.
"Eh! Xavier!" Dia tak berani mengejar, mematung di dekat ranjang dengan perasaan bingung.
Xavier tidak pernah pergi begitu saja dari kamarnya. Meski mereka pun belum pernah melakukan hal yang berlebihan. Namun, setidaknya, dia akan selalu mencium Myra sebelum pergi.
"Ada apa dengannya? Mengapa terasa berbeda dari biasanya?" Myra bergumam dengan hati yang perih.
Ia duduk di ranjang, hatinya cemas dan gelisah. Menggigit bibir teringat pada sikap Xavier yang tak biasa malam itu.
"Apa dia akan menemui Lyra? Untuk apa?" Dia menerka, tak rela hatinya Xavier pergi bertemu dengan gadis itu.
"Jangan sampai Lyra berbicara yang macam-macam pada Xavier. Dia tidak terlihat bodoh seperti biasanya. Mengapa Lyra berubah?"
Ah, dia teringat malam itu di mana Lyra mencekik lehernya.
kyknya mmg keluarga Lyara adalah leluhur keluarga Eleanor.. 🤔🤔
sampe nangis bacanya😂