Di tolak tunangan, dengan alasan tidak layak. Amelia kembali untuk balas dendam setelah delapan tahun menghilang. Kali ini, dia akan buat si tunangan yang sudah menolaknya sengsara. Mungkin juga akan mempermainkan hatinya karena sudah menyakiti hati dia dulu. Karena Amelia pernah berharap, tapi malah dikecewakan. Kali ini, gantian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*8
"Tuan muda."
"Kabar buruk. Barang kita di rampok lagi."
"Dan, yang lebih buruknya lagi, gudang penyimpanan kita di bobol sekarang."
Tangan pria tampan yang sedang memegang pena langsung terhenti. Dia yang awalnya fokus pada berkas yang sedang dia tanda tangani, langsung mengangkat wajah. Mengalihkan pandangan dari apa yang sebelumnya dia lihat.
"Jangan bilang kalau itu ulah orang yang sama dengan yang sebelumnya, Fendi."
Si asisten pribadi yang bernama Fendi itu langsung menunduk. "Maaf, tuan muda. Tidak ada orang yang lebih berani lagi selain geng kupu-kupu hitam. Hanya mereka yang begitu berani untuk berhadapan dengan tuan muda."
Plak! Byar! Berkas-berkas yang ada di atas meja berjatuhan ke lantai. Tatapan mata tajam menusuk langsung terlihat. Pria tampan yang sebelumnya duduk di atas kursi di belakang meja, sekarang sudah berganti posisi. Dia kini bangun dengan gerakan kasar. Pria itu langsung menggenggam erat tangannya, lalu memukul meja dengan keras. Pank!
"Kurang ajar. Dalam tiga bulan, mereka sudah berulang kali membuat keributan. Bukan hanya bahan baku yang mereka ambil, tapi data-data perusahaan juga mereka tembus."
"Fendi, apa tidak ada sedikitpun informasi tentang mereka yang bisa kamu daaptkan?"
"Tu-- tuan muda. Saya sudah berusaha untuk menggali semua informasi tentang kelompok kupu-kupu hitam. Tapi sayang, informasi tentang kelompok itu terlalu sulit untuk di tembus."
Suasana hening tiba-tiba. Fendi yang berdiri di depan pria tampan yang tak lain adalah Ricky Dirgantara itupun merasa semakin tidak nyaman. Hawa dingin yang mencul dari tatapan mata Ricky membuatnya semakin takut saja.
Hembusan napas berat Ricky per dengarkan.
"Lakukan usaha lebih keras lagi Fendi. Aku ingin tahu apa motif dan alasan mereka yang selalu menargetkan aku sebagai target utama. Padahal, selama ini, semua kelompok, geng atau bahkan gangster sekalipun takut padaku. Tapi sekarang, satu kelompok baru yang sama sekali tidak pernah muncul sebelumnya malah terlalu berani untuk mengusik seorang Ricky Dirgantara. Aku semakin merasa penasaran sekarang."
Benar, kelompok kupu-kupu hitam yang tiba-tiba muncul langsung menjadikan tuan muda Amerta itu sebagai target utama. Padahal, selama ini, tuan muda Amerta adalah orang yang paling disegani di semua kalangan. Mulai dari bisnis, sampai kelas gengster sekalipun. Tidak ada yang berani mengusik ketentraman usaha dari tuan muda Amerta yang memang luar biasa terkenal hingga keluar negara.
Tapi, beberapa bulan terakhir, muncul satu kelompok kecil yang sangat amat berani. Tidak hanya merampok setiap kendaraan milik Ricky yang sedang membawa barang-barang penting. Setiap transaksi jual beli permata atau hal-hal berharga lainnya pun habis dikacaukan. Bahkan, data perusahaan Ricky dalam tiga bulan terakhir sudah di porak-poranda kan oleh kelompok itu berulang kali.
"Sial. Semakin aku memikirkannya. Semakin rasa hati ini ingin tahu." Ricky berucap dengan nada kesal.
"Siapa mereka sebenarnya? Punya salah apa aku pada mereka?"
Ricky yang awalnya duduk, kini langsung bangun dari duduknya. "Pada siapa aku punya salah yang besar sampai orang itu tidak lagi takut padaku?"
Sementara itu, di sisi lain. Tepatnya, di tepian kota yang tenang, sebuah vila berdiri dengan megahnya. Siapa lagi pemilik vila itu kalau bukan nona muda? Amelia Racham yang dulunya terabaikan. Tersakiti, bahkan tidak diinginkan oleh calon suami yang sangat ia sukai.
"Nona muda."
"Semua berjalan sesuai rencana dengan hasil yang memuaskan," ucap seorang pria dengan umur yang sama dengan si nona muda yang saat ini semakin terlihat anggun dengan kecantikan alami yang dia miliki.
Senyum terkembang dengan indahnya. Mata bening bercahaya menampakkan kilau yang penuh dengan rasa bahagia. Melia memutar tubuh untuk melihat anak buah yang saat ini sedang berdiri di belakangnya.
"Kabar yang sangat bagus, Vano. Terima kasih untuk usaha dan kerja keras kalian. Malam ini, pesta besar akan kita adakan di belakang vila."
Belum sempat Vano menjawab, Esti malah muncul. Estiana, tangan kanan atau sejenis asisten pribadi Melia. Gadis yang lebih tua dua tahun dari Melia itu adalah orang yang paling Melia percaya sejak awal dia datang ke tempat tersebut.
"Nona muda. Tuan besar ada di sini sekarang."
Sontak, Melia langsung mengalihkan pandangannyanya. "Paman, datang?"
"Iya, nona muda. Tuan besar baru saja tiba. Seperti biasa, pelayan membawa ke lantai dua untuk beristirahat."
"Baiklah, Esti. Aku akan ke sana sekarang juga."
"Kalian berdua, lakukanlah apa yang ingin kalian lakukan. Kalian juga bisa beristirahat dengan nyaman sebelum pesta besar kita adakan nanti malam."
"Baik, nona muda." Keduanya menjawab serentak.
Melia pun beranjak meninggalkan dua anak buah andalan yang selama ini tidak pernah mengecewakan dirinya. Mereka yang dulu sama-sama berjuang, datang dari masa lalu yang sama buruknya dengan Melia, kini sangat bisa Melia andalkan. Bahkan, mereka juga termasuk keluarga buat Melia. Keluarga yang bisa berbagi suka duka sejak pertama Melia datang, hingga saat ini.
Delapan tahun sudah berlalu. Tapi, luka yang sebelumnya tercipta, masih bisa Melia rasakan. Luka yang membuat tekad Melia bulat untuk menunjukkan, kalau dia pantas untuk dipuji. Dia pantas untuk mendapatkan hal yang paling berharga.
Setelah delapan tahun berlalu, gadis belia sudah jadi gadis dewasa yang cantik jelita. Bukan hanya paras yang sempurna, tapi juga kekuatan dan hati yang kokoh. Melia sudah bukan Melia yang dulu lagi. Dia sekarang, sudah menjadi seorang wanita yang cukup disegani.
...
Melia akhirnya tiba ke lantai dua. Kamar utama yang sengaja dia siapkan untuk paman yang sebelumnya adalah orang yang paling berjasa dalam hidup sejak delapan tahun yang lalu. Seorang pria yang dia anggap sebagai papanya, yang telah memberikan kasih sayang yang tulus melebihi papa kandungnya sendiri.
"Paman." Suara indah terdengar nyaring saat pintu Melia buka.
Di dalam kamar, pria baruh baya yang sedang berbicara dengan seorang tangan kanan kepercayaannya itupun langsung menoleh. Senyum manis langsung terukir.
"Mel."
Si paman langsung memberikan tanda isyarat pada tangan kanannya itu untuk meninggalkan mereka. Tentu saja anak buah tersebut langsung melakukan apa yang atasannya perintahkan. Tanpa banyak berkata, pria yang menjadi tangan kanan kepercayaan paman Melia langsung undur diri dengan cepat.
"Paman. Kenapa tidak bilang kalau mau datang?"
"Jika paman bilang, itu tidak akan jadi kejutan untuk kamu 'kan, Mel?"
Melia langsung menghambur ke dalam pelukan pria tersebut. "Paman."
Keduanya saling berpelukan untuk beberapa saat. Pria paruh baya yang tak lain adalah sepupu dari mama Melia itu sepertinya sangat menyayangi keponakan sepupunya itu.
Ya. Itulah tujuan Melia saat keluar dari rumah delapan tahun yang lalu. Saat dirinya benar-benar berada di posisi yang sulit. Melia teringat akan pesan sang mama sebelum berpulang. Jika terjadi hal buruk pada Melia, maka orang yang bisa Melia cari hanya sepupu laki-laki satu-satunya yang si mama miliki yang bisa membantu Melia.
🌹 dulu... nanti lanjut lagi