"Jangan harap aku akan tunduk kepada siapapun! Apalagi seorang wanita sepertimu!" Alaska Dirgantara.
"Sekeras apapun hatimu menolakku, aku tidak peduli! Akan aku pastikan hati sekeras batu itu luluh dengan caraku!" ucap Arumi Nadya Karima.
Alaska Dirgantara, merupakan pewaris tunggal Dirgantara. Pria keras dan kasar yang terpaksa harus menerima perjodohan dengan wanita pilihan Papa Farhan---ayah kandungnya, sebagai syarat untuk mendapatkan aset keluarganya.
***
Terbangun dari koma selama tiga bulan, Arumi Nadya Karima dikagetkan dengan status barunya yang tiba-tiba sudah menjadi istri dari pria kejam yang bahkan tidak dikenalinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi, ia hanya dijadikan alat untuk mempermudah jalannya mendapatkan aset Dirgantara dari ayah mertuanya.
Akankah Arumi mampu menjalini hari-harinya berganti status seorang istri dari pria keras dan kejam? Atau memilih pergi dari suaminya? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32 : Kedatangan Wanita Asing
..."Setelah kepercayaan sudah dikhianati, maka jangan berharap sikapku akan sama seperti sebelumnya. Seandainya sikapku berubah, itu adalah akibat dari pengkhianatan yang telah kau lakukan dengan menodai kepercayaan seseorang yang sangat mencintaimu."...
...~~~...
Dengan ragu Arumi mencoba mengatakan sesuatu, walupun giginya begitu kelu untuk berucap.
"Mas, wa--nita itu siapa?" tanya Arumi sedikit terbata, karena giginya bergetar.
"Oh iya, ini sayang kejutannya," jawab Alaska dengan santai masuk ke dalam rumah bersama wanita cantik yang berada di sampingnya.
"Apa yang Mas maksud? Ini tidak mungkin, kan? Buat Apa Mas bawa wanita ke rumah? Dan apa hubungannya dengan kejutan?" Arumi mencecar Alaska dengan banyak pertanyaan.
Alaska merangkul pinggang ramping wanita seksi dan cantik yang berada di sampingnya. "Ini pacarku. Sangat cantik, kan?" tanyanya dengan senyum yang begitu licik.
"Hah! Mas bilang apa? Mas itu suami Arumi, kenapa Mas bisa pacaran dengan wanita itu?" tanya Arumi terkejut dengan pengakuan dari suaminya itu.
"Haha ... terserah aku lah mau pacaran dengan siapa saja juga. Bukan hakmu untuk mengatur hidupku!" tegas Alaska dengan tertawa, sehingga membuat Arumi semakin kesal.
"Sayang, perkenalkan dirimu kepada istriku ini! Biar dia tahu kamu itu siapa," ucap Alaska, dibalas senyuman dari wanita cantik yang belum diketahui identitasnya itu oleh Arumi.
"Tentu sayang. Perkenalkan, nama saya Safa Syifana. Sekertaris serta pacar dari Alaska Dirgantara, suamimu," ucap Safa dengan pedenya mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Arumi.
Arumi menatap tajam wanita berpakaian minim itu. Tangannya dikepal kuat, ia tidak tahan lagi untuk melampiaskan kekesalannya. Ketidakberdayaan yang sempat ia rasakan tadi, kini berganti dengan rasa kesal yang mengisi lerung hatinya.
"Maaf, aku tidak sudi untuk berkenalan dengan wanita seperti anda! Tanganku terlalu berharga untuk berjabatan dengan tangan kotormu itu," tolak Arumi begitu sangat menyakitkan dari setiap katanya.
"What? Apa ini sayang? Istrimu kurang ajar menolak berkenalan denganku! Kalau tahu begini, aku enggak perlu berkenalan dengennya," ucap Safa mengadukannya kepada Alaska dengan begitu manja.
Alaska malah tediam, ia sedikit terkejut dangan apa yang Arumi katakan barusan. Bagaimana bisa wanita yang dianggapnya lemah mampu melawan juga? Itulah yang sekarang Alaska pikirkan.
"Sayang, kok diem saja si? Jawab dong!" kata Safa dengan bergelayut manja di salah satu tangan Alaska.
"Eh, iya biarin saja sayang! Dia emang tidak punya rasa hormat terhadap tamu. Dikasih kejutan indah sepertimu malah ditolak mentah-mentah," cibir Alaska kini menatap Arumi dengan pandangan acuh dan tidak memperdulikannya.
"Oh iya, sayang. Aku haus mau minum," ucap Safa sengaja bersikap manja kepada Alaska di hadapan Arumi.
"Bentar sayang. Arumi bawakan jus untuk pacarku!" pinta Alaska kepada Arumi yang masih berdiri di depan, tepat di hadapannya.
"Tidak Mas! Aku tidak ingin membuatkan jus untuk wanita yang tidak punya malu seperti dia!" ucap Arumi menyindir Safa yang terus bersikap manja kepada suaminya.
"Kamu berani membantah suamimu? Buatkan sekarang! Kalau tidak, maka akan aku buat tanganmu itu semakin sakit!" ucap Alaska dengan tegas supaya istrinya itu cepat menurut.
"Ya udah, aku buatkan. Mas harus inget ini. Jangan sampai kaki wanita itu melangkah masuk ke dalam rumah kita!" tegas Arumi memperingati suaminya yang hanya tertawa mendengar perkataan Arumi.
"Haha ... sudah sana pergi! Jangan membuat pacarku kehausan terlalu lama," ujar Alaska yang bersikap acuh kepada Arumi, sedangkan kepada Safa sangat diperhatikan.
"Wanita modelan gitu dipacari, kayak tidak ada wanita pantas saja," ucap Arumi pelan yang tetenger oleh Safa.
"Apa yang kamu bilang?" tanya Safa yang sedikit tersinggung dengan perkataan istri dari pacar sekaligus bosnya itu.
"Tidak ada, hanya saja bajumu terlalu pendek. Bahannya kurang ya? Cantik-cantik kurang modal sekali si? Cuma buat pake baju saja sobek begitu," ucap Arumi berbeda dengan perkataannya tadi. Kali ini perkataannya sangat menusuk.
"Kurang ajar kamu! Sayang lihat dia megataiku," ucap Safa sempat menatap tajam Arumi, kini ia beralih menatap Alaska.
"Sudahlah jangan diambil hati, dia emang begitu," ujar Alaska sorot matanya masih menatap Arumi tidak percaya.
"Lebay, dikit-dikit ngadu ke suami orang," cibir Arumi yang mampu didenger oleh keduanya.
Namun, belum sempat Alaska membalas perkataannya, dia malah dikagetkan dengan tingkah Arumi yang tiba-tiba saja meninggalkan meraka berdua begitu saja.
"Kenapa dia jadi berubah seperti ini? Ini bukan Arumi yang aku kenal. Rencanaku gagal, tidak seperti yang aku bayangkan. Aaakkh! Sialan!" batin Alaska berkata dengen penuh kekesalan karena ternyata rencananya membuat Arumi cemburu gagal, malah istrinya itu terlihat begitu tegar.
"Sayang kok diam saja si? Jangan-jangan kamu mikirin istri anehmu itu ya? Awas aja kalau benar, kita putus!" ucap Safa mencurigai Alaska yang terus menatap kepergian Arumi, walupun wanita itu sudah menghilang dari pandangannya.
"Jangan begitu sayang, aku tidak memikirkan dia kok. Ayo kita masuk. Tuh nanti aku buat dia pelajaran yang lebih menyeramkan," ucap Alaska sembari memikirkan rencana lainnya yang akan ia kerjakan nanti.
"Begitu dong, baru ini pacar Safa," ucap gadis cantik itu, walupun kecantikan yang dimilikinya tidak seberapa jika dibandingkan dengan istri sah dari Alaska.
Alaska hanya diam saja, keduanya pun berjalan masuk ke dalam rumah Arumi yang cukup besar itu. Pada akhirnya, Alaska melanggar perkataan Arumi yang sudah pasti akan membuat marah istrinya itu.
Berbeda dengan seorang wanita berhijab dan memakai pakaian tertutup yang berada di dapur, ia terlihat sedang menangis di depan wastafel, menumpahkan segala kesedihannya karena di sana tidak ada Bi Retno. Pembantunya itu tenyata sedang beristirahat di kamarnya.
"Mas, hiks! Kenapa kamu melakukan ini kepadaku? Kamu sudah membuat sakit fisik dan juga hatiku. Apa kamu tidak menyadari itu? Apa salahku? Hiks! Sehingga kamu membawa wanita lain ke rumah kita, hiks!" ucap Arumi diiringi dengan tangisan yang begitu pelan supaya tidak ada yang mendengarnya.
"Huf! Aku harus kuat. Arumi itu kuat, enggak boleh nangis! Apalagi wanita itu tidak sebanding denganmu, statusmu lebih jelas dan kuat daripada dia. Aku harus bisa melawannya dan mengambil kembali hati Mas Alaska dari wanita itu!" lanjutnya dengen menghapus air mata yang sempat keluar begitu banyak, karena menangisi setiap yang Alaska lakukan kepada dirinya setelah pindah dari rumah mertuanya.
Kini Arumi mulai menguatkan dirinya, walupun hatinya begitu rapuh. Akan tetapi, ia cukup kuat untuk menghadapi wanita yang sudah merebut suaminya itu. Entah sejak kapan Alaska berpacaran dengan Safa, tapi yang pasti. Arumi akan menyingkirkan wanita itu dari hidup suaminya. Bagaimanapun juga, ia lebih berhak daripada wanita itu.
Perlahan tangan lentik itu mulai mengambil satu gelas dan membuat jus untuk Safa. Wajahnya menampakkan senyuman, sedang merencanakan sesuatu yang akan ia perbuat nanti. Sudah dipastikan rencananya itu akan berhasil, dan hanya Arumi yang tahu apa yang akan terjadi akibat rencananya itu.
"Siap-siap Safa, aku akan membuatmu menyesali perbuatanmu itu!" ucap Arumi dengan senyum di bibirnya.